Seluruh pengisi kelas keluar dari kelas masing-masing saat bel akhir pelajaran berbunyi.
"Eh, gue mau nunjukin sesuatu ke kalian." Ujar Vania dengan wajah serius.
"Nunjukin apa?" Tanya Ganis dengan bingung.
Mereka pun mengurungkan diri untuk pulang. Vania merogoh saku rok nya mengambil ponsel. Mencari sesuatu yang akan ia tunjukkan kepada ketiga temannya.
"Nih. Di belakang kita berempat, ada cowok kan itu?" Tanya Vania. Mereka bertiga pun menatap lekat foto yang di tunjukkan.
Athaya men-zoom foto tersebut, "ini?" Vania mengangguk.
"Lo semua inget kan pas kelas 10 gue pernah kasih liat foto Teo?" Tanya Vania.
Ganis memelototkan matanya, "maksudnya, ini Teo?!"
"Kata gue sih beda deh. Ah lagian ini cowok mukanya gak keliatan." Ujar Athaya.
Vania mengerucutkan bibirnya, "makannya, gue gak tau. Gue kaget aja pas nyadar ada yang mirip Teo disitu. Dan kalo bener Teo, berarti si Gio temennya Teo."
"Van, kata lo kan dia lanjutin SMA di luar kota. Jauh banget lagi. Gak mungkin kalo misalnya dia temen Gio, terus dia jauh-jauh kesini cuma buat dateng di hari ultah Gio doang. Apalagi acaranya hari sekolah kan." Jelas Athaya.
"Iya ya. Yah.. padahal udah seneng ini, kalo cowok itu si Teo." Ucap Vania lesu. Ketiga temannya menahan tawa mereka.
"Udah ah, pulang." Lanjutnya.
Mereka berempat beranjak dari kursi kemudian keluar kelas untuk pulang. Saat di sekitaran lapangan, mereka berempat tidak sengaja melihat Gio didepannya yang juga sepertinya dia mau pulang juga. Ailsha yang berjalan disamping Athaya pun menyenggol lengan Athaya.
"Iya gue liat kok." Balas Athaya yang sudah tau kode dari Ailsha.
Athaya tersenyum tanpa ada yang menyadari saat melihat Gio yang agak jauh didepannya yang berjalan bersama orang-orang yang juga menuju gerbang sekolah. Senyum yang mempunyai maksud lain, karena ia melihat Gio yang memakai hoodie yang ia berikan saat perayaan ulang tahun Gio. Hoodie hitam, warna putih dibagian karet pada pergelangan tangan dan bawah hoodie.
"Aduh!" Ailsha mengaduh saat ada orang yang berlari disampingnya hingga menyenggol dirinya.
"Ih! Dramaqueen. Lagi bubaran gini, banyak orang, lari-larian kaya bocah." Gumamnya kesal.
"Eh-eh kesini dulu. Dia nyamperin Gio woy." Bisik Ganis. Kemudian mereka berempat menepikan diri untuk melihat Audrey dan Gio.
Disisi lain, Audrey melihat Gio dengan senang. Ia pun menghampiri Gio dengan berlari walaupun banyak orang yang berjalan dengan tujuan yang sama. Tak peduli ia menyenggol orang disekitarnya.
"Gio!" Panggilnya. Gio menoleh ke belakang dan melihat Audrey. Lalu mereka berdua berhenti di samping jalan orang-orang yang lewat.
"Ada apa? Sampe lari gitu?" Tanya Gio heran.
Audrey terkekeh, "ciee kado dari gue dipake tuh... cocok lho dipake." Puji Audrey sambil melihat penampilan Gio.
Mendengar itupun Gio mengangkat alisnya, "hah? Ini..."
"Heh! Di cariin malah duluan disini. Ayo, katanya mau kerumah gue ngerjain tugas." Ujar Shila yang tiba-tiba datang.
"Oh iya. Yaudah Gio duluan ya." Pamit Audrey dengan senyumnya. Gio mengangguk dan kembali melangkah.
Tepat diparkiran, Gio menaiki motornya. Sebelum memakai helm, ia merasa bingung, "perasaan gue pake yang dari Athaya. Yang dari Audrey sama si Iky."
Flashback
Iky, sepupu Gio memasuki kamar Gio. Ia melihat sepupunya itu sedang memainkan ponselnya. Dia pun duduk dikasur Gio. Iky melihat di meja belajar ada tumpukkan kado dari perayaan ulang tahun Gio tadi. Iky pun kepo dengan isi-isinya dan mengajak Gio untuk membuka kado.
Mereka pun membuka satu persatu hingga tersisa dua kado. Mereka mengambil satu-satu. Gio mencabut note kecil yang ditempel dan bertuliskan 'from Athaya'. Sedangkan Iky mendapatkan kertas biru yang berisi catatan ucapan ulang tahun dan dibawahnya tertulis 'Audrey'.
"Lah sama isinya?" Ujar Iky saat mereka sudah melihat isinya. Gio terkekeh.
"Daripada lu punya dua, yang ini buat gua lah. Boleh kan? Masa pelit sama sepupu sendiri." Lanjut Iky sambil terkekeh garing.
"Iya ambil aja."
To be continue
Vommentnyaaaa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Dla nastolatkówSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...