Vansel membelalak. "Apa itu barusan?"
Baru saja dirinya menyambut pagi buta setelah tidur semalam, tetapi ia dikejutkan oleh dua orang pria dengan seluruh badan penuh darah menyeret seorang donge dan membawanya jauh dari tempat mereka berlindung. Larinya sangat cepat, dua atau tiga kali dari orang normal.
Sontak semuanya siaga melindungi Vansel, Resta, dan Ailsa. Beberapa donge sempat berinisiatif untuk mengejar, tetapi melihat ganasnya makhluk itu ditambah kecepatannya yang cekat, itu sama saja menyerahkan nyawa jika mendekati mereka.
"Cala tidak aman. Kita mungkin tidak bisa berada di sini," seru Lamda.
"Tidak. Aku harus bertemu dengan Raja Keanu!"
"Pangeran, saya juga merasa tidak aman di sini," sahut salah seorang donge.
"Yang mau kembali ke Ruksey, kembalilah. Aku akan tetap di sini sampai bertemu dengan Raja Keanu. Kalian harusnya sadar, Ruksey ada karena Cala."
"Tapi Pangeran, Cala sedang tidak aman," balas Lamda.
"Itu hanya pikiranmu saja. Kalau pun iya, maka kita harus membantu negeri ini berdiri dengan makmur kembali. Jadi, siapa yang ingin tetap di sini?"
"Kurasa putra mahkota yang satu ini sudah tidak waras," desis Resta.
"Res, silakan jika kamu ingin kembali."
"Iya, aku akan kembali. Padahal kau lihat sendiri bagaimana donge kita diseret dengan buas seperti itu. Manusia macam apa mereka!"
"Baiklah, beberapa donge harus menemani Resta kembali ke Ruksey. Aku tidak menunjuk siapa pun atau pun membatasi jumlah. Siapa saja yang ingin kembali, kupersilakan."
Hening sejenak.
"Tentu aku tidak mungkin membiarkan Pangeran sendiri di sini," ucap Lamda kemudian membungkuk sejenak di hadapan Vansel.
Kemudian dua belas donge berdiri di belakang Lamda, ikut membungkukkan diri mereka, dan berkata, "Kami siap mengabdi padamu, Pangeran."
Vansel tersenyum. Setidaknya ada tiga belas orang yang akan bertahan bersamanya di sini. Tapi kemudian, Ailsa memberanikan diri menghampiri Vansel dengan wajah tertunduk.
"P—Pangeran—"
"Tidak apa, kembalilah ke Ruksey. Temui ibumu dan ceritakan."
Ailsa mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan. "Tidak, Pangeran. Saya akan berada di sini sampai bertemu dengan Raja Keanu."
Dahi Vansel berkerut. "Kenapa? Lihatlah, tidak ada perempuan yang ikut di sini."
"Saya baru sampai di tempat kelahiran saya. Apakah pantas saya langsung pergi? Saya juga ingin bertemu dengan Raja Keanu dan Ratu Meisei."
Vansel berdeham dan berdalih melihat rumah-rumah kayu. "Baiklah, asal kau tak banyak mengeluh."
Spontan, Ailsa terduduk dan berulang-ulang kali mengucapkan terima kasih.
"Dasar aneh. Ingin mempertaruhkan nyawa malah bahagia," ejek Resta.
Ailsa terdiam dan beranjak berdiri. Ia tak peduli seberapa tajamnya perkataan Resta, ia cukup senang karena diberikan kesempatan untuk menelusuri negeri asalnya.
"Silakan kalian berkemas dan meninggalkan Cala," kata Vansel dengan penuh penekanan.
"Maaf Pangeran, bukannya kami tidak mau menemani, tetapi kami takut," seru seorang donge.
"Sudahlah pulang saja."
"Permisi, Pangeran. Kami pamit. Semoga perjalanan anda diberi kemudahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIBAL
Mystery / ThrillerBagaimana jadinya jika sebuah negara berdiri tanpa adanya peraturan hukum? Bagaimana jadinya jika warga negara dibebaskan melakukan tindak pidana? Apakah justru akan membawa kententraman bagi penghuninya atau sebaliknya? . Cerita ini diikutsertakan...