Raja Keanu senang melihat pertumbuhan Atlantik yang pesat, walau pelaku penculikan Atlantik tidak ditemukan. Mahlawa benar, obat pemberiannya memang ampuh. Namun, karena belum genap tiga bulan, Mahlawa tidak boleh kembali ke negerinya. Ia harus menunggu sebulan lagi untuk bebas. Walau Mahlawa telah melakukan perubahan yang begitu besar, Raja Keanu tetap memandang Mahlawa sebelah mata sampai putra mahkota benar-benar sembuh.
Raja Keanu keluar istana, melihat persiapan donge untuknya pergi ke penataran antar-negeri. Lima negeri terdekat yang akan hadir untuk membahas mengenai masalah dan perkembangan negeri masing-masing. Penguasa negeri diduduki oleh beberapa menteri dari dua negeri terkaya dan maju dari lima negeri lainnya. Tugas penguasa negeri adalah membantu yang susah dan meminta sumbangan untuk yang membutuhkan apa bila negeri tersebut makmur dan jaya, serta menangani kasus-kasus antar-negeri seperti perang, perbudakan negeri tetangga untuk militer, dan lain sebagainya.
Raja Keanu sendiri sudah memiliki urutan permasalahan yang akan ia sampaikan. Tentu, penghapusan peraturan hukum sama sekali tak ia sentuh. Ia juga sangat ketat dalam memilih orang luar memasuki Cala. Jangan sampai ketahuan penguasa negeri, pikirnya.
#####
"Gulie, kau sudah mendengar kabarnya?" Elips duduk di depan meja makan, berlawan pandangan dengan Gulie yang menyiapkan sarapan.
"Belum. Kabar apa?"
"Baba akan pergi penataran. Menurutmu apa yang akan terjadi pada negeri ini?"
Gulie menghela. "Mari kita datang ke istana saat itu tiba."
Elips spontan memgernyit.
"Aku rindu pada mamma." Sorot mata Gulie sayu.
"Kudengar juga Atlantik sudah mulai bisa berbicara." Elips memutar kedua bola matanya.
"Tapi, Elips, apakah kita akan berhasil?"
Elips berpikir. "Sekaligus saja kita menculik Samna ketika datang berkunjung. Kita pasti bisa!" Elips mengangkat kedua alisnya.
"Sekarang, tak ada satu orang pun yang bisa dipercaya karena sejak Baba menghapus peraturan hukum itu. Bahkan tetangga belakang kita makin menjadi."
Elips tersenyum. "Mungkin, kalau mereka seperti itu, kita bisa bersikap seperti itu juga pada mereka."
"Jangan menjadi orang-orang bodoh seperti mereka!"
"Tidak, bukan bodoh. Tetapi ini, cara mempertahankan hidup." Elips mengangkat kedua alisnya dan mengangguk.
Gulie terdiam dan mulai menyentuh sendok kayunya, mencelupkannya pada sup tauge. Elips menyusul adiknya, dan mulai makan bersama. Walau hanya nasi, sup tauge, dan kedelai bubuk, itu cukup. Ternyata, dua putri raja yang angkuh bisa juga hidup seperti rakyat biasa yang tidak punya segalanya. Selesai sarapan, Elips dan Gulie mencari informasi, kapan tepatnya Raja Keanu meninggalkan Cala. Seolah pemandangan perampokan sudah terbiasa, Elips dan Gulie tak mempedulikan hal itu ketika melihat beberapa perampokan, seperti penjarahan makanan pokok dan buah, mengambil tanaman orang lain dan obat herbal tanpa permisi.
"Cala masih diambang batas kesabaran. Sebentar lagi akan melebihi batasnya," komentar Elips.
"Bagaimana setelah membawa Samna, kita keluar dari Cala?"
Elips menghela. "Kau pikir semudah itu? Baba sekarang memperketat penjagaan keluar-masuk Cala "
"Hai, putri-putri, aku punya sesuatu untuk kalian." Mendadak, seorang pria menghampiri mereka.
Spontan, Elips dan Gulie mengernyit.
Pria itu mengeluarkan sebuah belati bercorak bunga dari punggungnya. Elips dan Gulie terdiam beku. Kaki mereka perlahan mundur menjauhi si pria. Tetapi dengan senyum lebar pria itu terus maju tanpa rasa bersalah. Dengan tatapan membulat, Elips dan Gulie tak berhenti memperhatikan tangan pria yang membolak-balikkan belati dengan lihainya. Itu dia ... tetangga belakang mereka, yang tega menghabisi saudaranya sendiri.
Pria itu maju perlahan dengan langkah kaki pasti. Elips dan Gulie tak berani lari. Elips menatap sekeliling. Tidak ada yang peduli pada mereka! Pembunuhan ... hal biasa?
Gulie menelan ludah. "Tidak, Elips, aku tidak mau mati."
Tanpa diduga, pria itu melemparkan belatinya ke arah Gulie, mambuatnya jatuh telentang tanpa menyentuh sedikit pun tubuh belati. Langkah si pria begitu cepat, mengambil kembali dan menancapkannya pada tanah, jarak satu senti dari telinga kiri Gulie. Gulie menutup mata.
"GULIE!" teriak Elips yang ternganga.
Gulie membuka mata perlahan, menatap sosok pria yang ganas dengan lidah jelelatan di atasnya.
"ELIPS, CEPAT LARI! AKU AKAN SELAMAT! CEPAT! SEKARANG! ATAU KITA BERDUA MATI!"
Elips berbalik badan dengan berat hati. Ia berlari menjauhi dengan uraian air mata.
Gulie ... ini salahku. Samna benar, pilihan keluar dari kerajaan memang bukan solusi, batin Elips sembari mengusap air mata dan terus berlari.
Lebih tersayat hati Elips, mengetahui orang-orang di sekitarnya tidak sama sekali bertindak untuk menghalangi pembunuhan Gulie. Rakyat ada yang takut berlari menutup rumah, namun ada yang hanya menatap tanpa semangat dan diam membisu. Apa ini? Apa mereka sudah sering membunuh orang?
Elips menangis tersedu-sedu di sebuah kebun milik rakyat. Ia duduk di balik pohon besar.
"BABA! TOLONG, KEMBALIKAN CALA YANG DULU LAGI!" teriakan penuh pilu dan histeris Elips terdengar hingga ke beberapa rumah di sekitarnya.
#####
Raja Keanu dengan gagahnya menaiki kuda paling kuat dan besar di suluruh Cala dan baju kerajaan--siapa pun melihatnya akan mengetahui bahwa dia seorang raja sekali pun orang di luar Cala. Lima puluh donge, dua belas palasti, empat menteri, seorang pendamping, tanpa penasihat--karena Raja Keanu sudah tidak mempercayai Muffin--pergi menuju Yeoson, negeri terkaya diantara lima negeri yang akan mengikuti penataran.
Raja Keanu akan dipastikan pulang dua bulan kemudian. Untuk itu, ia sangat berwaspada agar Mahlawa tidak dapat kabur setelah tiga bulan Atlantik meminum obat. Ia mengundang salah seorang teman lamanya, Pay, yang sekarang bekerja sebagai penjual daging. Sulit dipercaya Raja Keanu mempercayakan amanahnya menjaga Mahlawa dan situasi sekitar pada seorang seperti Pay. Ratu Meisei tidak percaya, bahwa Pay hanya sekadar teman lama raja dan penjual daging.
Ratu Meisei, Samna, dan Atlantik melepas kepergian Raja Keanu setelah pria itu berpamitan. Tiga keluarga inti raja itu menatap rombongan panjang raja beserta kotak kayu yang diplitur berukuran besar yang akan digunakan raja apabila ia lelah mengendarai kuda untuk perjalanan ratusan kilometer. Ratu Meisei menatap Samna dan tersenyum.
"Kamu bisa kan, mencari informasi keberadaan Elips dan Gulie selama Baba tidak ada di sini?"
Samna mengangguk mantap. "Tentu, Mamma."
Setelah sore menjelang, tidak ada satu pun informan yang ia panggil tahu mengenai Elips dan Gulie. Semua palastinya telah diperintahkan mencari tentang kedua saudarinya. Ratu Meisei juga membebaskan Muffin, untuk membantu Samna mencari keberadaan Elips dan Samna, dan jangan sampai hal ini diketahui oleh Pay.
Ratu Meisei kini yang duduk di singgasana raja, tercengang hebat, karena seorang rakyat berpakaian kumuh mendadak datang membawa Gulie. Ratu Meisei langsung turun dari singgasana dan memeluk Gulie yang sudah tak tampak seperti seorang putri.
"Gulie?"
Gulie tersenyum kecil. "Mamma."
Ratu Meisei melihat pada seorang pria yang tetap membungkuk, memberi hormat.
"Di mana kau menemukan putriku?" tanya Ratu Meisei.
Pria itu berdiri tegak dengan tatapan ke bawah. "Ternyata, seorang perempuan yang tinggal di dekat rumahku adalah putri kerajaan."
Ratu Meisei terhenyak. "Di mana saudarinya? Elips Wan Parunga."
"Dia melarikan diri, ketika tahu bahwa aku mengetahui identitas asli mereka," ucap seorang pria yang telah membunuh adiknya sendiri kala itu.
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIBAL
Mystère / ThrillerBagaimana jadinya jika sebuah negara berdiri tanpa adanya peraturan hukum? Bagaimana jadinya jika warga negara dibebaskan melakukan tindak pidana? Apakah justru akan membawa kententraman bagi penghuninya atau sebaliknya? . Cerita ini diikutsertakan...