XX # Dua Tahun

112 26 8
                                    

Iraguna tewas tersabet pedang. Ketika Raja Keanu akan membunuh ratunya sendiri, Iraguna berdiri, tepat sebelum kilatan pedang menyentuh Ratu Meisei. Semua terkejut. Raja Keanu kemudian melepas pedangnya, dan pergi meninggalkan ruang kerja.

"Baginda ...," panggil Ratu Meisei yang tak didengar.

"Saya akan mencoba berbicara dengan Yang Mulia."

"Jangan, Muffin. Sekarang, kondisi dan pikiran Yang Mulia sedang tidak stabil," balas Ratu Meisei.

"Lalu--"

"Ratu, ada yang tidak beres di dalam penjara bawah tanah," lapor seorang donge.

"Aku akan memeriksanya," ujar Muffin, kemudian memberi hormat pada ratu sebelum pergi.

Muffin berjalan bersama beberapa donge di belakangnya menuruni tangga ke ruangan yang hanya diterangi obor di setiap dindingnya. Muffin melewati orang-orang ditahan dengan bisu. Ia terus berjalan dan memasuki seluk beluk ruang tahanan paling belakang, paling gelap. Dan, betapa terkejutnya ia melihat bagaimana seorang tahanan memakan tahanan yang lain.

"Cepat, pisahkan dia dengan yang lain!" seru Muffin.

Para donge membuka pintu penjara dan menarik pria itu keluar. Mulutnya penuh darah, menggeram.

"Apa yang terjadi dengannya?"

Pria itu menatap lekat pada Muffin. Tak lama, tahanan yang satu sel dengannya dapat membuka pintu penjara sendiri. Dan mereka semua menggeram. Namun, mereka tidak menyerang sama sekali. Hanya saja Muffin dan para donge syok, bagaimana mereka bisa membuka pintu penjara begitu saja.

#####

Cala membaik setelah mendapat simpati dari Yeoson. Awalnya Yeoson menuntut keras Cala, tetapi melihat semakin runtuhnya negeri itu, Yeoson menawarkan bantuan dengan tanpa perjanjian apa pun kepada Cala. Anehnya, Raja Keanu masih saja mempertahankan sifat angkuhnya walau jasa Yeoson begitu besar.

Setelah dua tahun, sungguh, semuanya kembali normal. Yang gugur dikubur, yang hidup diberikan tempat tinggal yang layak. Tanaman tumbuh hijau kembali, dan beberapa perantau dan pengungsi ke negeri tetangga kini hadir kembali di Cala, termasuk ibu angkat Ailsa. Ia balik lagi ke Cala setelah mendengar kini negeri itu makmur dan sejahtera bersama seorang putri kecilnya yang ia beri nama panjang, Ailsa Yukea Radjinant.

Tidak semua yang telah mati, sia-sia. Ternak mulai berkembang biak, perak mulai ramah di Cala. Setelah Cala benar-benar baik, Yeoson meninggalkan Cala tanpa ucapan terima kasih resmi dari Raja Keanu San Baraq. Yeoson membantu Cala sesuka hati, tanpa kesukahatian yang dibantu. Tetapi, Yeoson negeri terkaya yang tidak mempermasalahkan berapa pun biaya yang dikeluarkan untuk membangun Cala selama dua tahun.

Karena itu, putra mahkota tumbuh menjadi anak tujuh tahun. Ia suka menggambar, berlari, memanjat, dan kini belajar menunggangi kuda. Namun, sifat dan sikap Atlantik kurang sopan. Ia berlari dan terus lari ketika ingin dimandikan oleh para pengasuhnya. Dia lari keluar istana dan menabrak seorang anak kecil yang seumuran dengannya. Dengan tegap, anak itu kembali berdiri.

"Lihat-lihat, dong!"

Atlantik mengernyit. "Jangan di jalan, dong!"

Para pengasuhnya kemudian menyusul Atlantik. "Maafkan, Pangeran Atlantik, ya."

Semua yang ada di sana terkejut, dan segera memberi hormat, tidak terkecuali ibu Ailsa yang tengah menjemur pakaian. Ibu Ailsa kemudian berjalan membungkuk dan memaksa Ailsa untuk memberi hormat. Ailsa kesal, tetapi mau tidak mau harus menurut perkataan sang ibu.

"Ayo, Pangeran, kita balik sekarang."

"Tidak mau!" Atlantik kemudian berlari lagi. Sepanjang kakinya menapak, sepanjang itulah barisan penghormatan yang diberikan rakyat kepadanya.

Atlantik melewati sebuah acara pernikahan. Ia diam sejenak di depan sana dan menatap pengantin perempuannya. Mengetahui jarak pengasuhnya tinggal beberapa langkah lagi, Atlantik memutar haluan dan kembali berlari menjauh dari para pengasuh.

"Pangeran, tolong berhenti," ujar salah satu pengasuh, kewalahan.

Di acara pernikahan itu, Lamda yang menjadi tokoh utama prianya. Ia meminum secangkir anggur setelah ia sah menjadi seorang suami. Dan di sebelahnya, Elips dengan riasan menawan menyusul meminum angkur pada cangkir di depannya yang disuguhkan. Gulie di sana sebagai penonton dan ia paling ria berteriak. Tidak menyangka bahwa kakak perempuannya akan menikah secepat ini.

"Yakinkah kau setelah pernikahan ini, kamu mau pergi ke Yeoson?" tanya Lamda dengan suara minim.

Elips mengangguk yakin. "Ya, aku, kau dan adikku. Kita akan pergi dari sini."

Tiba-tiba, Atlantik kembali berlari melewati tempat itu dengan tertawa. Elips melihatnya, dan menyunggingkan sedikit senyum.

Atlantik mungkin sudah sebesar itu, batinnya.

Tak lama, disusul oleh beberapa pengasuh kerajaan, dan itu membuat mata Elips melebar. Elips menunduk dengan ketakutan.

Berarti itu memang Atlantik. Bagaimana kalau para pengasuh itu mengenaliku?

Tetapi, ia tidak mungkin membubarkan acaranya. Orang-orang akan mencurigainya.

"Ada apa, Lily?" tanya Lamda.

Elips segera mengangkat wajahnya. "Tidak, kita lanjutkan saja acaranya." Ia tersenyum.

#####

Satu tahun setelahnya, Elips melahirkan seorang bayi laki-laki. Lamda dan Elips tidak bisa keluar dari Cala akibat pemeriksaan yang ketat terjadap orang-orang yang akan keluar-masuk Cala. Elips takut, ia dikenali sebagai putri raja. Setelah keringat bercucuran dan energi terkuras, Lamda dan Gulie masuk, melihat bayi Elips yang telah digendong oleh tabib wanita.

Lamda mengambil anak itu ke dalam pelukannya. Kemudian sang tabib keluar. Lamda tersenyum dan sangat senang. Gulie menghampiri Elips dan menggenggam erat tangan kakaknya.

"Selamat, El-- hmm Lily." Gulie tersenyum.

Elips tersenyum letih.

"Mau diberi nama siapa, bayi itu?" tanya Gulie.

Lamda dan Elips saling menatap.

"Hmmm ... siapa ya? Aku belum punya persiapan nama untuk anak laki-laki," Lamda terkekeh.

"Bagaimana denganmu?" Gulie berdalih pada Elips.

Elips menatap Gulie, tetapi tidak berbicara.

"Aku setuju, jika istriku saja yang memberikan nama."

Elips tersenyum lebar, dan menyebutkan satu nama, "Vansel."

"Wah, nama yang indah. Sangat cocok dengan wajahnya," seru Gulie.

"Giesa ...,"

"Iya?"

"Bisakah kau mencarikan koneksi agar kita bisa keluar tanpa diperiksa?"

Gulie tampak lesu. "Tidak bisa, Kak. Kita hanya rakyat biasa."

"Aku takut. Aku sekarang tidak sendiri, aku punya Vansel."

Gulie mengangguk paham. "Tetapi, kita pun tidak bisa keluar sembarangan." Kemudian ia berbisik dekat telinga Elips, "Walau Baba sudah berhenti mencari kita."

Elips membisu.

"Jangan khawatir, aku akan mencari koneksi agar kita bisa keluar dari sini," sahut Lamda.

"Benarkah? Kau bisa?"

"Jangan khawatirkan aku, aku lebih kuat sekarang karena Vansel." Lamda tersenyum.

#####

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang