XXIX # Raja Keanu San Baraq

52 19 0
                                    

Raja Keanu melihat dari teras atas. Rombongan Vansel yang terselip Atlantik, Elips, dan Moestan Prasga tengah menuju Cala Parunga. Ia menggertak.

Dasar lelaki tua bodoh. Aku menyuruhnya membawa Elips saja bukan semua. Dan, mereka menggunakan ramuanku untuk berjalan santai melewati pemakan manusia yang berkeliaran? Sungguh tidak bisa dipercaya, aku harus melakukan sesuatu, batin Raja Keanu.

Ia kemudian berbalik dan menuju ruangannya. Di sana, ia melihat Ailsa yang tengah tertidur dan seorang kanibal yang menatapnya. Raja Keanu menelan ludah. Ia merasa kalah.

Akhirnya, ia memutuskan mengambil tindakan yang akan merusak semua tujuan mereka. Ia berjalan ke depan Ailsa. Kedua tangannya terangkat, mulai menyentuh leher Ailsa yang dingin. Tetapi, perempuan itu masih saja tertidur pulas.

Enyahlah, kau, batinnya.

Dua telapaknya mulai mencengkeran kuat leher itu. Ailsa terjerit bangun. Ia melotot tajam pada Raja Keanu. Tetapi, tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Aku kalah. Aku kalah. Kau dengar itu? AKU KALAH!" frustasinya dengan terus mencekik Ailsa.

Ailsa mulai kehabisan napas. Ia berusaha menggeleng untuk menghentikan aksi Raja Keanu itu.

"Ailsa, kau pasti paham perasaanku karena aku telah menceritakan semuanya padamu. Aku orang tua yang gagal. Jadi, tenanglah."

Ailsa meneteskan air mata. Kulit wajahnya mulai memerah, tanda kehabisan oksigen. Giginya mencengkeram kuat kain sumpalan mulutnya.

"Matilah. Kumohon, matilah. Matilah dengan tenang." Raja Keanu menangis.

Jantung Ailsa berdegup kencang. Ia mulai tidak kuat menahan cengkeraman Raja Keanu yang semakin keras. Hidungnya seolah tersumbat, dan matanya mulai merabun. Tiba-tiba, kepala Ailsa melemah dan oleng. Raja Keanu langsung melepasnya. Ailsa sudah tidak bergerak. Raja Keanu terlihat begitu kaget.

"Ailsa?" bisiknya.

"BABA!" teriak Atlantik di depan pintu.

Raja Keanu langsung menoleh. Ia melihat kedua anaknya serta orang-orang Ruksey tengah menyaksikan perbuatannya.

Atlantik langsung masuk dan melihat Ailsa. "Ailsa? Ailsa? Ailsa, ini aku. Ailsa, ini Atlantik. Ailsa? Ailsa, bangun, Ailsa. Ailsa, kau tidak apa-apa?"

Tidak ada jawaban sama sekali dari Ailsa.

"Ailsa?" ucap Atlantik sekali lagi untuk menyakinkan dirinya apakah Ailsa masih hidup atau tidak.

Perlahan, Atlantik menoleh kepada ayahnya dengan sayu. "Baba? Kau yang melakukannya?"

"Kau mengenalinya?"

Atlantik jatuh terduduk. "Aku sudah ingat hampir delapan puluh persen, termasuk siapa itu Ailsa. Baba ... teganya kau ...."

Raja Keanu menoleh pada Elips. Di sana, Elips sudah menangis.

"Elips?" panggil Raja Keanu.

"Ini, Lamda, Baba. Kau mencarinya kan?" nadanya seolah menantang.

"Putri, apa yang kau lakukan?" Lamda menatap Elips.

"Biarkan saja, selesaikan saja di sini," balas Elips.

"Aku membutuhkan banyak emas dan perak. Terserah pada kalian bagaimana. Keluarkan aku dari sini. Aku harus menjadi raja yang duduk di singgasana lagi."

Elips menggeleng tidak percaya. "Baba, kenapa ketamakanmu tidak pernah usai?"

Tiba-tiba, kepala Raja Keanu dipukul keras dari belakang. Ia jatuh tersungkur. Atlantik memegang kayu di tangannya.

"Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas tewasnya semua orang di Cala."

"Berani kau memukul Baba seperti itu?" Raja Keanu bangkit.

"Salahkah aku jika kau mati di tanganku?"

Raja Keanu menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau menjadi seperti ini? Aku telah membesarkanmu dengan sebaik mungkin. Tetapi kenapa kau tumbuh menjadi anak keras kepala dan nakal?"

Atlantik melempar kayunya ke lantai. "Mari satu lawan satu dengan tangan kosong."

Raja Keanu langsung mendorong Atlantik hingga punggung anak itu tertempal pada jeruji sang kanibal. Kanibal tanpa aba-aba langsung memegang leher Atlantik dan berusaha memakannya. Raja Keanu terus menahan agar tubuh Atlantik tidak bergerak.

"Pangeran?"

Vansel dan Lamda masuk ke ruangan.

"Lepaskan, Yang Mulia." Lamda menarik tubuh Raja Keanu berusaha menjauhkannya dari Atlantik.

Raja Keanu menoleh pada pria itu. "Kau ... Lamda?"

Lamda mengangguk.

Raja Keanu spontan melepas bahu Atlantik dan menarik Lamda kemudian mendorongnya keras pada jeruji kanibal itu hingga kunci gemboknya terlepas. Kanibal itu langsung keluar dan memeluk tubuh Lamda dari belakang untuk dimakannya.

Vansel membelalak. "PAMAN!"

Semua donge langsung berusaha melepaskan kanibal itu dari tubuh Lamda. Atlantik ikut serta di sana, namun Vansel bergeming karena melihat darah yang mengucur dan daging yang mulai terlihat pada bahu kanan Lamda.

Elips maju dan tanpa sadar memegang erat tangan Vansel.

Raja Keanu segera mengambil kesempatan berlari selagi ada kesempatan. Ia berpapasan dengan Moestan Prasga di ambang pintu dan berlari tanpa berkata apa pun.

Seorang kanibal itu mati dengan tusukan pedang di lehernya. Segera, para donge membawa Lamda keluar ruangan disusul oleh semua orang, kecuali Atlantik. Di sana, mereka bersedih atas Lamda yang luka parah. Dirinya di sini, sedih atas kepergian Ailsa. Ia perlahan melepas seluruh ikatan Ailsa. Ia mengangkat tubuh itu dan menidurkannya di samping tubuh terkapar milik Lamda.

Leher dan bahunya hampir habis digerogoti sang kanibal. Itu membuat Lamda benar-benar kehilangan energi dan banyak darah. Elips memegang tangannya erat. Vansel dan Atlantik sedikit risih melihat itu, namun, di situasi seperti ini tidak ada yang terlalu menghiraukan.

"Vansel ... ada yang ingin Lamda sampaikan padamu."

#####

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang