IV # Sang Anak Raja

148 41 5
                                    

Kelinci putihnya lari keluar halaman berpagar. Ailsa mengejar kesayangannya itu dan langsung menangkapnya sebelum jauh. Ailsa menciumi Luly--nama kelinci betinanya--berkali-kali.

"Sa, sudah sore. Kamu tidak ke ladang?"

"Iya, Bu." Ailsa berlari ke perkarangan samping rumahnya.

Dia memasukkan Luly ke dalam kandang yang di sana sudah ada dua kelincinya yang lain. Setelah itu Ailsa bersiap dengan caping dan tas jeraminya.

"Bu, Ailsa pergi dulu!"

"Hati-hati di jalan," jawab sang ibu dari kamarnya.

Ailsa dengan wajah cerah melangkah semangat menuju ke ladang. Di tengah jalan ia ditabrak seorang putri kerajaan. Ailsa menengadah, dan betapa kagetnya dia mengetahui siapa yang ia tabrak. Ailsa segera bangkit dan membungkuk meminta maaf.

"Maaf Putri Resta, saya tidak sengaja."

"Lain kali, hati-hati dong. Lihat jalan."

"I--iya, maaf Putri."

"Baik, kau dimaafkan. Tapi lain kali, berhati-hatilah. Awas saja jika kau mengulanginya." Setelah mengatakan itu, putri tunggal negeri Ruksey pergi.

Ailsa hanya mengangguk dan beranjak berdiri. Ia membersihkan rok merah mudanya yang terjangkit rumput dan tanah kering. Kali ini Ailsa berhati-hati untuk melangkah. Sesampainya ia di ladang, ia langsung menemui kentang-kentangnya. Diberinya pupuk dan air yang ia bawa. Ladang Ailsa berukuran 500 meter X 820 meter. Hanya sepetak, namun dapat menghidupinya bersama sang ibu.

Ailsa beristirahat setelah melakukan pekerjaan rutinnya tiap pagi dan sore hari. Pekerjaan ini sudah dilakukannya sejak dua tahun lalu karena ibunya yang sakit parah. Ibu Ailsa tak pernah ingin dibawa ke tabib, karena akan menghabiskan uang yang mereka hasilkan. Sebenarnya, Ailsa kurang suka dengan alat pembayaran berupa uang.

Sepuluh tahun yang lalu, ketika usianya dua belas tahun, Ruksey masih menggunakan perak sebagai alat tukar barang. Tetapi, masuknya budaya asing ke sini, membuat perubahan pada pemerintahan Ruksey. Ailsa mengipas capingnya untuk melepas lelah. Ia duduk di pinggir ladang. Tak seperti ladang lain yang memiliki gubuk kecil untuk menyimpan keperluan ladang dan beristirahat, Ailsa tak memilikinya.

Di tengah istirahatnya, ia melihat anak pertama Raja Andriant, Pangeran Vansel Rama. Ailsa tak pernah melihat Vansel yang sudah seperti sekarang. Terakhir ia melihat putra mahkota itu ketika ia umur empat belas tahun saat Vansel tersasar di depan rumahnya.

Vansel di kejauhan tak sengaja melihat Ailsa. Ailsa segera mengalihkan pandangan. Sedangkan Vansel menyipitkan matanya.

"Ada apa Pangeran?" tanya dongenya.

"Dia siapa? Aku tak pernah melihatnya sebelumnya."

"Saya kenal dengan ibunya, rumah kami bersebelahan, Pangeran. Namanya Ailsa Yukea Radjinant. Dia dari Cala."

"Cala?"

"Ya, Pangeran. Ibunya membawanya kemari saat ia berumur lima tahun. Alasan mereka datang kemari untuk melindungi diri. Katanya, Cala sudah tidak aman karena dipimpin oleh raja yang tidak bijaksana. Tetapi saya berharap, Pangeran bisa menyimpan rahasia ini agar tak merusak nama baik Cala. Itu yang diinginkan ibu Ailsa. Dan sekarang mereka tak tahu bagaimana keadaan di Cala. Ibu Ailsa berharap kalau Cala sudah makmur kembali. Ailsa sangat merindukan negerinya."

"Bukankah minggu depan aku akan mengunjungi negeri itu untuk berkoalisi?"

"Ya, Pangeran benar. Sudah lama rasanya tidak berhubungan kembali dengan Cala setelah Raja Keanu menutup diri."

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang