XXII # Peraturan Hukum

61 20 2
                                    

Lamda dan Gulie secepatnya mengayuh sepeda menuju Cala Parunga karena jarak istana dengan rumah mereka cukup jauh.
Tiba-tiba, di pertengahan jalan Gulie menyerempet sepeda Lamda dengan sengaja dan membuat sepeda dengan kecepatan maksimal itu oleng. Gulie segera berhenti dan turun dari sepeda. Ia berdiri di depan Lamda. Lamda bangkit sembari mengangkat sepedanya.

"Apa yang kau lakukan, Giesa?"

Gulie menatapnya nanar. "Lamda ...,"

Lamda terkejut karena perempuan itu langsung memanggil namanya.

"Ada hal besar yang harus aku beritahu sebelum kita sampai di Cala Parunga."

"Apa? Cepat beritahu."

"Jangan khawatir, kakakku tidak akan kenapa-kenapa. Tetapi justru, aku mengkhawatirkan dirimu."

"Cepat katakan, ada apa?"

"Kau harus berjanji agar tidak marah pada kakakku dan aku."

"Iya, iya, aku berjanji. Sekarang katakan."

"Kakakku ... adalah Elips Wan Parunga. Kau berarti kenal kan aku siapa?"

Lamda bergeming. Matanya tidak berkedip, namun hatinya serasa tertusuk. Mendadak, ia melepas sepedanya membuat benda itu jatuh. Ia pun ikut jatuh terduduk. Tidak ada yang bisa ia katakan.

"Lamda, maafkan aku dan Elips. Kami tidak ingin tinggal di kerajaan."

Lamda hanya mengangguk lemah.

Gulie kemudian merunduk. "Lihat aku, Lam!"

Lamda menatap Gulie dengan wajah pucat. "Maaf. Sekarang, biarkan aku sendiri yang menyusul Elips, kau pergilah bersama Vansel. Raja Keanu tidak akan sampai menjatuhkan hukuman mati padaku dan Elips karena kami anaknya. Ya, kami akan dihukum. Tetapi, kau dan Vansel harus selamat."

Lamda mengeluarkan air mata. Mulutnya gemetar, wajahnya memerah. Semakin detik, semakin pilu tangisnya. Hingga ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Putri ... Tuan Putri ...," ucapnya disela isak.

Lamda kemudian memberi hormat dengan tetap menangis. "Aku akan pergi bersama Vansel atas perintahmu. Tolong, jaga istriku baik-baik ya."

Gulie menahan air matanya. Lamda segera beranjak dan berbalik arah menggunakan sepeda. Reaksi Lamda justru sangat terbalik dengan pemikirannya. Ia pikir, Lamda akan marah besar.

Ia menggeleng cepat, menyadarkan diri. Gulie segera mengambil sepedanya dan menuju Cala Parunga. Peluh keringat tak berhenti mengucur di sekujur badannya.

#####

Gulie datang menggebrak kasar pintu ruang lingkup kekerajaan. Di sana, terpampang jelas Elips yang tengah dicambuk punggungnya yang disaksikan oleh raja, ratu, dan para menteri. Sedangkan yang mencambuk, adalah pendamping ratu sendiri, Mursie.

Ketika Gulie maju selangkah, kedua tangannya dipegang erat oleh dua orang donge.

"Lepas!"

Mendengar Gulie berteriak, Elips berbalik, dan betapa kagetnya melihat sang adik dijerat oleh dua pedang di lehernya.

"Gulie!"

"Wah, rupanya ada pertunjukan asik hari ini," oceh sang raja.

"Gulie?" gumam Ratu Meisei dengan raut khawatir.

"Baba ... Mamma ...,"

"Jangan memanggilku baba, kau anak siapa, hah?" balas Raja Keanu.

"Mamma?" seru Gulie.

Ratu Meisei tersenyum.

"Baik, karena kelakuan kalian berdua, hukuman tanpa ampun. Kalian telah mempermalukan keluarga kerajaan. Telah mempermalukan Cala. Dengan ini, saya, Keanu San Baraq pada Dinasti Parunga akan mencabut kembali peraturan hukum!" lantang Raja Keanu.

Spontan, semua membelalak. Terutama Ratu Meisei.

"Yang Mulia? Yang Mulia ... aku mohon jangan jadikan Cala seperti dulu." Ratu Meisei langsung bersujud di depan suaminya.

Semua menteri ikut bersujud dan mengatakan, "Ampun Yang Mulia. Kami mohon jangan cabut peraturan hukum dari Cala."

Tetapi, Raja Keanu telah geram. Wajahnya memerah. "Tidak ada yang bisa menentangku. Mursie, cepat panggilkan temanmu, lakukan hal yang sama pada perempuan yang tidak tahu malu itu, dan BODOH!"

"Baik, Yang Mulia," jawab Mursie memberi hormat.

Gulie segera diikat rantai dan disejajarkan dengan posisi Elips. Semuanya berdiri, dan Ratu Meisei dipaksa masuk ke kamar atas perintah Raja Keanu agar tidak merusak kebijakannya.

"Yang Mulia, terserah apa yang ingin kau didik pada keturunanmu, tetapi tolong, jangan cabut peraturan hukum," seru salah seorang menteri.

"Iya, benar, Yang Mulia. Cala sudah baik seperti ini," sahut menteri lainnya.

Raja Keanu tersenyum sinis. "Yang menjadi raja, aku atau kalian?"

Spontan, seluruh menteri memberi hormat. "Maafkan kami, Yang Mulia."

"Sekarang, cepat! Cambuk!" Raja Keanu kemudian duduk di singgasananya.

Mursie dan seorang palasti mencambuk Gulie dan Elips bersamaan. Elips terlihat sudah tidak kuat dan hampir pingsan. Tiba-tiba di tengah penghukuman, seseorang yang tidak diketahui masuk dalam ruang lingkup kekerajaan dan melapor. Sejenak, pencambukan dua perempuan itu dihentikan.

"Lapor, Yang Mulia," pria itu memberi hormat, "saya mendapat informasi bahwa, Putri Elips tidak hanya menikah dengan Lamda Dilwala, melainkan mempunyai seorang putra bernama Vansel Citraputra Dilwala."

Bukan kaget lagi, Raja Keanu seakan hatinya tertusuk ribuan pedang. Sakit yang tidak akan pernah terobati. Ia mendadak memegangi dadanya, karena terlalu sakit. Spontan, para bawahannya menolongnya. Namun, ia enggan beranjak dari singgasana. Dengan mata melotot merah, ia menunjuk Elips.

Giginya menggertak. "Kau ... kau ... adalah penyebab kematianku jika aku mati."

"Yang Mulia, jangan berbicara seperti itu," seru seorang menteri.

Muffin segera datang setelah menyelesaikan urusannya yang ia selesaikan sebelum waktunya karena mendapat kabar bahwa Elips dan Gulie berada di Cala Parunga. Ia membuka ruang lingkup kekerajaan dan ditutup otomatis oleh dua donge penjaga pintu.

"Yang mulia ...," panggilnya.

"Berhenti di situ kau!"

Muffin akhirnya memberi tanda penghormatan di tempatnya berdiri.

"Seharusnya, Cala tidak membaik sehingga putriku tidak akan menikah dan mempunyai anak!" cecarnya dengan menahan rasa sakit di dada dengan tangan kanan.

"Yang Mulia, aku ingin memberitahu sesuatu," sela Muffin.

"Beraninya kau berkata sebelum kuperintahkan!"

"Maaf, Yang Mulia. Tetapi ini harus kusampaikan. Bahwa sebenarnya Lamda Dilwala adalah--"

"AKU TIDAK PERNAH MAU MENDENGAR SIAPA DIA! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR NAMANYA! TIDAK AKAN PERNAH! BERENGSEK! HUKUM MATI ELIPS DAN DIA. SEDANGKAN GULIE, IA TIDAK BOLEH MELIHAT. HARUS DIBUTAKAN."

Gulie membelalak hebat. Ia dan Elips saling pandang.

"Aku tidak akan tenang mati jika kau dibutakan. Dan aku tidak akan membiarkan," ucap Elips.

Gulie menggeleng. "Tidak, kau harus hidup demi Lamda dan Vansel. Kita harus keluar bersama-sama."

"LAKSANAKAN! SEKARANG JUGA!" teriak sang raja yang kemudian jatuh tersungkur dari singgasana.

Ia segera diangkat kembali duduk di singgasananya, sementara Elips, Gulie, dan Muffin dibawa ke ruangannya masing-masing. Elips dan Muffin ke dalam ruang hukum, sementara Gulie ke kamarnya untuk dibutakan.

#####

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang