Setelah Vansel dan Atlantik turun ke lantai dasar, Lamda baru berani membuka mulut kepada Elips secara empat mata.
"Putri Elips," serunya.
Elips tersenyum haru. "Terima kasih."
Lamda terkejut. "Untuk apa kau berterima kasih. Harusnya akulah yang berterima kasih telah menyelamatkan nyawaku dan putraku."
"Ya, mungkin karena lama ketidakhadiranku, kau jadi menganggap Vansel hanyalah putramu."
Lamda terkekeh. "Tidak, bukan itu. Tapi, aku hanya tidak menyangka mempunyai seorang anak dari seorang putri kerajaan. Itu sedikit mustahil di kepalaku."
Elips tersenyum. "Tanpamu, Vansel tidak akan seperti sekarang."
"Tanpamu juga, kami berdua akan mati."
"Ah iya, ada apa kalian kemari? Cala sudah buruk seperti ini."
"Kami tidak tahu kabar Cala sama sekali. Cala juga tidak pernah mengirimkan surat pada negeri lain. Itu membuat Raja Andriant merasa bersalah jika meninggalkan Cala sendiri, karena Cala yang membangun Ruksey. Jadi, kami kemari untuk mencari tahu."
"Aku akan memberitahu beberapa hal," balas sang putri.
"Katakan yang sebenarnya. Dari mana kau tahu aku bersama kakakku berdiam di sini?"
Terdengar suara Atlantik dari bawah.
"Ada apa?" tanya Lamda.
"Sebenarnya ... Ruksey adalah penyebab kekacauan semua ini."
Mata Lamda membelalak.
Ruksey? Penyebabnya? Lamda hampir tak percaya.
"Maksudmu apa dengan kata maaf? Kami lelah mencari keberadaan mereka dan kau ... hanya diam, Moestan?" Kali ini terdengar suara Vansel.
"B--bagaimana bisa, Putri?"
"Lebih baik kau jangan memanggilku begitu. Sebut saja namaku jika tidak ada orang."
Lamda menghela. "Baiklah. Tapi, beritahu aku bagaimana bisa Ruksey menjadi penyebabnya?" Lamda menatap nanar.
"Merpada. Dia adalah orang yang Baba angkat menjadi pendampingnya menggantikan Paman Muffin. Ketika aku akan dipenggal ... Merpada justru menghalangi Baba untuk menghukum mati aku."
"Elips, kau akan dihukum mati saat itu?"
Elips tersenyum kecil. "Bukan masalah besar. Buktinya aku masih hidup sampai sekarang dan bertemu denganmu."
"Konyol! Bodohnya aku! Seharusnya aku tidak meninggalkanmu bersama Putri Gulie di sini!" Lamda menarik rambutnya. "Bodohnya aku! Aku adalah manusia paling bodoh."
"Moestan, sebenarnya apa yang kau sembunyikan?"
Lamda tersadar. "Mungkin kita bisa lanjutkan nanti. Aku akan memeriksa ke bawah." Lamda bergegas menuruni tangga dan menghampiri mereka.
#####
"Jujur saja, Lamda. Kebusukanmu sudah terbongkar," desak Moestan Prasga.
Lamda justru tersenyum. "Aku seorang pedagang sukses di Cala. Tetapi, aku seorang perantau dan masuk ketika Cala mendekati kehancuran pertama kali. Menurut Raja Keanu, itu adalah sebuah hal ilegal. Jadi dia mengejarku karena baginya aku telah menghabiskan banyak rempah-rempah dan kebutuhan di Cala. Jadi, aku pergi ke Ruksey."
Moestan Prasga diam.
"Kau dengar kan?" desis Atlantik.
"Ya ampun, Paman. Aku tidak tahu kalau kau dulu pernah tinggal di sini," seru Vansel.
Lamda tersenyum. "Kurasa itu hal yang tidak penting. Tetapi, Moestan Prasga memaksaku untuk membongkarnya."
Vansel menghela kasar. "Aku rasa permasalahannya sudah selesai. Sekarang, katakan apa tujuanmu kemari, Moestan? Atau kau menyusul kami? Tapi ... tunggu, Ailsa bersama siapa? Dia sendiri?"
"Jangan khawatir, Pangeran. Ailsa baik-baik saja. Sebenarnya ... tujuanku kemari disuruh oleh seseorang."
Semua mengernyit dan kaget.
#####
"Aku ingin menggunakanmu untuk membunuh Vansel dan pendampingnya," beritahu Raja Keanu.
Ailsa yang tengah terikat di salah satu tiang dengan mulut tersumpal kain menggelengkan kepalanya. Ia baru saja mendengar sebuah kisah putri Cala yang berhasil mempermalukan ayahnya sebagai raja.
"Menurutmu, kenapa aku menceritakan hal itu padamu? TENTU SAJA KARENA AKU PERCAYA KAU TIDAK AKAN MEMBONGKARNYA," geram Raja Keanu.
Ailsa menangis.
"Aku ... masih dendam sampai sekarang. Siapa yang rela, putrinya, putri kebanggaannya direbut oleh seseorang tidak dikenal." Raja Keanu kemudian duduk. "Amarahku mereda jika mengetahui bahwa mereka telah mati. Aku bahkan tidak bisa mengurus negeriku dengan baik dan berakhir seperti ini. Pantas saja, Merpada memilih untuk pergi keluar Cala daripada menetap di sini."
Ailsa tersentak ketika mendengar nama Merpada lagi. Ia yakin, ada suatu hal yang salah dengan Merpada. Tetapi, dengan mulut tersumpal seperti ini, dia tidak akan bisa menyampaikan maksudnya.
"Tenang saja, aku tidak akan mengorbankanmu. Kamu juga rakyat Cala kan. Aku hanya ingin menggunakanmu sebentar. Sebentar saja, sampai mereka berdua meregang nyawa."
#####
Terpaksa, Vansel dan Atlantik mengikat Moestan Prasga pada sebuah kursi agar tidak kemana-mana. Karena, Moestan Prasga enggan memberitahu siapa yang menyuruhnya kemari dan menyuruhnya membawa Elips. Ia yang ingin berbicara dengan Elips pun tidak diberikan izin oleh dua pangeran itu.
Moestan Prasga diletakkan di lantai dua, agar jika terjadi apa-apa mereka dapat mendengarnya langsung.
Vansel, Atlantik, Elips, dan Lamda kembali mengistirahatkan diri mereka di lantai tiga. Atlantik dan Elips baru saja usai makan pemberian Vansel.
"Putri Elips, anda bisa ceritakan pada kami semua tentang Merpada," Lamda angkat bicara.
"Merpada?" Vansel mengangkat alisnya.
"Dia pendamping terakhir Raja Keanu," singkat Lamda.
Vansel mengangguk. "Apa ada yang aneh dengannya, Putri?"
Elips tampak ragu mengatakannya. Namun, karena Lamda telah membongkarnya, jadi mau tidak mau.
"Sebenarnya, aku pun tidak tahu kebenarannya bagaimana. Tetapi, setelah aku melarikan diri dari istana bersama Gulie, Merpada menemukan kami dan membawa kami berdua kembali ke istana. Sedangkan saat itu, rakyat sedang rusuh karena kedatangan orang-orang kelaparan. Gulie tak lama bunuh diri dengan lompat dari jendela kamarnya. Merpada sendiri memberitahu kabar itu padaku, dan ia bilang, aku tidak akan bisa keluar dari istana karena pemakan manusia itu akan mengejarku. Dia juga bilang, ada cara agar mereka berhenti memakan manusia. Yaitu memberi mereka makan segala macam makanan, kecuali daging manusia. Lama-kelamaan, mereka tidak akan menyukai daging manusia dengan sendirinya. Bukankah aneh, bagaimana Merpada tahu tentang itu?"
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIBAL
Misterio / SuspensoBagaimana jadinya jika sebuah negara berdiri tanpa adanya peraturan hukum? Bagaimana jadinya jika warga negara dibebaskan melakukan tindak pidana? Apakah justru akan membawa kententraman bagi penghuninya atau sebaliknya? . Cerita ini diikutsertakan...