Epilog

109 24 4
                                    

Mereka menuju jalan keluar dari Cala. Vansel, Atlantik, Elips, Moestan Prasga, dan enam donge. Tanpa Ailsa. Tanpa Lamda. Malas mencari Raja Keanu yang tidak berani melawan di depan. Mereka berjalan menyusuri hutan dengan berjalan kaki. Kuda di celdok tentunya sudah mati habis tergerogoti para kanibal.

Mereka memakai wewangian tanaman, sehingga para kanibal itu tidak tertarik. Namun, jarak yang terlalu dekat tidak akan bisa menghalau mereka untuk menyerang. Walau hanya dengan enam donge, tetapi, Vansel dan Atlantik masih bisa melakukan penyerangan sehingga wanita dan orang tua tetap terlindungi jika ada bahaya menyerang.

Rasa haus mulai menghampiri. Tidak lama, rasa lapar kunjung hadir. Mereka kehabisan bahan makanan dan tidak ada sumber air di tengah hutan. Seluruh air yang sudah diisi di sumur Cala telah habis bercampur dalam tubuh.

Tiba-tiba, ada penghalang di tengah jalan mereka. Mereka segera berlari mendekati. Dan ternyata, Resta beserta donge dan palastinya tewas dengan luka lebar di setiap masing-masing tubuh mereka.

Vansel jatuh terduduk. Walau bukan adik kandungnya, tetapi Resta yang tumbuh sejak kecil bersamanya. Vansel menggeleng, tidak percaya akan semua ini.

"Untung saja aku bukan seorang putra mahkota. Jika saja iya, namaku sudah sangat jelek jika pulang tanpa Putri Resta dan tanpa Ailsa."

Atlantik memegang bahu Vansel. "Sudah, ini memang jalan mereka."

Sedangkan Elips, memegang dadanya dengan kedua tangan di belakang Vansel.

"Pangeran, ada tulisan di tangan Putri Resta," beritahu salah seorang donge yang memeriksa.

Vansel dan Atlantik buru-buru lari dan membaca tulisan itu.

Yang membunuhku bukan makhluk buas itu, tetapi pasukan Ruksey. Baba ingin kita mati karena ia memiliki seorang kepercayaannya yang akan ia naikan takhta sesuai kemauannya. Semoga kau membaca ini, Pangeran Vansel.

Vansel menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. "Pada akhirnya ... semua karena kekuasaan."

Atlantik menyahut, "Seseorang yang telah dipercaya?"

Vansel dan Atlantik saling pandang. "Merpada?"

######

Raja Andriant tertawa renyah. Sekarang, ia merasa pikirannya terbuka. Tidak perlu seorang putra untuk menggantikan takhta sesuai kemauannya. Karena, bagaimana pun, ia sebagai raja, ia yang mengatur hak kekuasaan.

Merpada memberi penghormatan di depannya. "Kita kehilangan pantauan dengan Vansel dan rombongannya, Yang Mulia. Sepertinya, mereka sudah mati."

Raja Andriant tersenyum. "Bagus. Bagus. Dengan begini, tidak ada satu bukti pun tentangku. Biarkan Keanu yang menanggung semuanya. Biarkan dia yang dipermalukan. Seharusnya, Keanu sampai hari ini kan?"

Mendadak, terdengar gerbang kerajaan Ruksey terbuka.

"Itu pasti Keanu yang datang, Yang Mulia," balas Merpada.

Raja Andriant mengangguk. Ia telah menculik Raja Keanu ketika pelariannya. Dan, ia akan bersikap sangat bijak dan penuh belas kasih kepada Raja Keanu dan seolah-olah menjadi juru penyelamat dan dipuji oleh seluruh negeri.

"Setelah ini, giliran siapa, Yang Mulia?" tanya Merpada.

"Yeoson?" Raja Andriant mengangkat kedua alisnya.

#####

END END END

Thanks for reading, guys!
Terima kasih bagi yang sudah baca cerita ini sampai akhir >,< the big appreciation for you and thank you very much.

Insyaallah akan ada extra chapternya untuk menjelaskan tentang para kanibal yang dibawah pengaruh gangguan psikis dalam porsi makan mereka. See you♡

Terima kasih juga untuk author_project yang sudah mengajari bagaimana menyelesaikan sebuah novel individu tepat dengan deadline:)

Salam, 04 Juni 2020
Felsanssnaila

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang