VIII # Kebijakan Raja

96 36 2
                                    

Wajah Raja Keanu merah padam. Sekujur tubuhnya berkeringat. Kepalanya memanas, serasa ingin pecah. Tatapannya kosong, namun melotot tajam. Ratu Meisei merangkulnya, tetapi dihempaskan tangan lembut itu. Ratu Meisei hampir jatuh, segera ditopang oleh palastinya. Ratu Meisei kemudian memberi hormat di depan suaminya yang termenung gila di singgasana. Palasti Ratu Meisei ikut memberi hormat di belakang sang ratu. Setelah berhormat, Ratu Meisei berdiri disusul dengan para palasti.

"Baginda, tolong lakukan sesuatu. Rakyat sedang meminta keadilanmu."

Iraguna, Muffin, para menteri, datang berbondong-bondong ke ruang lingkup kekerajaan. Ratu Meisei beserta palastinya menyingkir dan duduk pada singgasana ratu yang tingginya lebih rendah dari singgasana raja. Iraguna dan yang lain memberi hormat di hadapan Raja Keanu.

"Yang Mulia, rakyat hampir memasuki batas kerajaan. Donge sudah dikerahkan, namun mereka memberontak. Hampir seluruh rakyat Cala datang, meminta untuk memperbaiki perekonomian dan kesejahteraan rakyat Cala," lapor Iraguna.

"Alangkah baiknya, Baginda Raja menemui mereka semua untuk memberi penjelasan," usul Muffin.

Raja Keanu menatap lekat Muffin. "Tidak, Muffin! Untuk apa aku memikirkan mereka! Mereka pun tidak memikirkan bagaimana rajanya bersusah payah mendirikan negeri ini untuk kemakmuran mereka! Mereka bahkan tidak memakai otaknya atas apa yang terjadi. Bukan seharusnya raja, raja, raja terus yang disalahkan. Mereka kan punya OTAK!" nada Raja Keanu kian meninggi.

Muffin ingin menjawab, namun Iraguna lebih dulu berkata.

"Yang Mulia, bagaimana kita mendirikan hukum baru. Pasal hukum tentang pemberontakan terhadap kerajaan."

"Iraguna, jangan macam-macam. Lagi pula, pasal itu kan sudah ada," sela Muffin.

Iraguna tidak mempedulikan Muffin dan tetap berfokus pada Raja Keanu. "Bagaimana, Yang Mulia? Bukankah di pasal yang sudah tertera, tidak ada hukuman bagi pemberontak. Di sana hanya tertulis, bahwa jika terjadi pemberontakan, kerajaan harus memberikan dua ratus perak pada setiap kepala keluarga? Tetapi, di sana tidak disebutkan apa bila pemberontak yang salah. Apakah kerajaan harus tetap membayar mereka?"

"Cukup, Iraguna!" Wajah Muffin merah padam, "untuk apa kau lakukan semua itu? Bukankah di peraturan sebelumnya membuktikan bahwa tidak ada terjadi pemberontakan terhadap Cala!"

"Lalu ...," Iraguna menaikkan sebelah alisnya, "kau mengatakan bahwa Raja Keanu San Baraq tidak benar mengelola negeri?"

"Muffin, sialan!" Gigi Raja Keanu menggertak mendengarnya.

"Baginda, itu tidak seperti yang terdengar. Bukan itu maksud Muffin. Iya, kan Muffin?" bela sang ratu.

Muffin segera membungkuk, memberi penghormatan kembali. "Tidak, Ratuku yang terhormat. Itu benar," cetus Muffin tanpa berdiri dari tanda penghormatan.

Raja Keanu spontan berdiri dari singgasananya. Badannya yang besar menggenggam erat kedua tangan. Dengan kepalan kuat, ia melempar cangkir hingga mengenai lampu peninggalan Raja Absu yang masih terpasang di langit-langit. Ratu Meisei membelalak, melihat betapa berharganya lampu itu namun begitu mudahnya dihancurkan oleh suaminya.

Raja Keanu menunjuk Muffin yang masih membungkuk. "HUKUM MATI DIA, SEKARANG!" cecar sang raja.

Ratu Meisei bangkit dari duduk, membungkuk pada kaki Raja. Para palasti ikut membungkuk, menunjukkan kesetiaannya pada sang ratu.

"Baginda, aku mohon. Jangan hukum Muffin seperti itu. Dia tidak salah, tugasnya memang sebagai penasehat. Seharusnya engkau lebih mendengarkan penasehat kerajaan." Ratu Meisei menangis.

"Akh! Kau tidak berguna. Seharusnya dalam keadaan seperti ini, kau mendukungku."

"Dua rakyat kecil berhasil memasuki halaman istana," pemberitahuan donge melalui deluring.

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang