XVIII # Kerajaan Cala

79 27 3
                                    

"AILSA!"

Ailsa menoleh. Vansel menghampirinya. Ailsa segera memberi hormat.

"Kenapa kau tidak bilang akan keluar istana? Itu berbahaya."

"Aku keluar bersama Paman Lamda dan para donge, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Lalu, dimana Lamda?"

"Dia mengejar donge Yeoson."

Vansel mengernyit. "Donge Yeoson?"

"Ya, Pangeran."

"Apa yang dicari negeri itu di sini," gumamnya.

Ailsa dan para donge kemudian melanjutkan pekerjaan mereka. Dengan kayu, mereka membalikkan mayat-mayat untuk mencari tahu keberadaan keluarga kerajaan Cala Parunga.

"Apa yang kalian lakukan?" Vansel merasa risih.

"Kami sedang mencari keluarga kerajaan Cala, Pangeran," balas seorang donge.

Ailsa membalikkan seorang mayat perempuan penuh lalat. Spontan, seluruh tubuhnya menegang. Ia segera mengambil lembaran di tangan salah satu donge dan melihat satu per satu wajah-wajah yang terlukis di sana. Dan, benar saja. Ia berhenti pada sosok wajah perempuan dengan mahkota di kepalanya. Spontan, Ailsa jatuh terduduk. Semua kaget.

Beberapa donge yang menyadari, ikut terkejut. Sedangkan Vansel sendiri tidak mengerti apa maksudnya.

"Ada apa ini?"

Semua donge memberi hormat. "Itu jasad Ratu agung Meisei Sifabella San Baraq, ratu Cala Parunga, Pangeran."

Vansel mendekati jasad itu, kemudian merunduk. Ditatapnya lekat mayat yang dagingnya telah terkoyak. Vansel bersedih. Ia kemudian menoleh pada Ailsa dan para donge.

"Mari kita kuburkan."

Lamda belari dari kejauhan.

"Itu, Paman Lamda," seru Ailsa.

Lamda sampai dan memberi hormat pada Vansel.

"Benar itu donge Yeoson?" Vansel menaikkan kedua alisnya.

"Benar, Pangeran. Sepertinya mereka ke sini untuk merampok, yang awalnya kupikir mereka dalang di balik hancurnya Cala."

"Sekarang, kita akan menguburkan jasad Ratu Meisei."

Lamda tercengang. "Ra--ratu Meisei?"

Vansel menunduk, menatap jasad itu membuat Lamda mengikuti pandangannya. Lamda langsung terduduk di hadapan jasad dan menangis.

"Lamda?"

Lamda mengusap air matanya. Ia mendongak, menatap Vansel.

"Ada apa? Apa kau tahu sesuatu?"

Lamda kembali merapikan diri, berdiri, dan memberi hormat lagi. "Saya cukup mengenal biografinya, Pangeran."

"Ceritakan padaku setelah kita menguburnya."

#####

Para donge menggali liang lahat di halaman depan Cala Parunga. Pagi yang cerah, namun dalam suasana terbalik. Ratu Meisei dimakamkan dengan diselimuti kain putih yang telah ditutup rapi. Para donge, Ailsa, dan Lamda telah mencari mahkota miliknya untuk dikuburkan bersama, namun tak kunjung ketemu. Setelah liang lahat tertutup, mereka berdoa dan menaburkan biji jagung sebagai pengganti bunga.

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang