XIV # Atlantik dan Mahlawa

81 30 7
                                    

"Atlan, coba ikuti kata-kata Mamma ya. Atlan anak hebat."

"Atlan anak hebah," Atlantik tertawa.

"Hebat, nak, hebat, bukan hebah. Coba ulangi, Atlan anak hebat!"

"Hebat anak Atlan." Atlantik bertepuk ria, berpikir bahwa ia sudah pandai berbicara.

Ratu Meisei dan tiga pengasuhnya tertawa.

"Atlantik, kalau sudah besar, jadilah seperti Raja Absu ya." Ratu Meisei mengelus kepala anak itu.

"Hebat anak Atlan."

Ratu Meisei tersenyum lagi. "Atlan anak hebat, sayang."

"Atlan anak hebat."

Ratu Meisei spontan memeluk Atlantik. Betapa senangnya ia, kini, satu-satunya putranya bisa berbicara. Ratu Meisei melepas pelukannya dan mencium hangat kening Atlantik.

"Ratu Meisei!" panggil Mursie.

"Masuk!"

Mursie masuk dengan raut khawatir.

"Ada apa, Mursie?"

"Ra...ja ... Raja Andriant--"

"Ada apa dengan Raja Andriant?" Ratu Meisei berdiri dan menatap tajam Mursie.

"Raja Andriant mengirim surat ke Cala untuk pelepasan Moestan Mahlawa dari tugas penelitian. Di sana ... ada tanda tangan Raja Keanu. Dan, nanti sore, pasukan Ruksey akan berangkat kemari untuk menjemput Moestan Mahlawa sekaligus membawa tiga jasad peneliti lainnya."

Mata Ratu Meisei melebar. "Tidak mungkin. Bagaimana bisa Baginda Raja menandatangi petisi itu sedangkan ia sendiri yang menghukum mati tiga peneliti Ruksey. Bagaimana kalau Ruksey menuntut Cala?"

Ratu Meisei menggelengkan kepalanya cepat. Kepalanya terasa panas. Ia berlari keluar kamar Atlantik menuju ruang lingkup kekerajaan. Di atas meja, sudah ada surat dari Raja Andriant yang tadi telah dibaca pendamping setia Ratu Meisei. Ratu Meisei membuka cepat surat itu. Dan benar saja, ada tanda tangan Raja Keanu beserta cap kerajaan Ruksey. Ratu Meisei terjatuh di atas singgasana raja.

Mursie yang baru menyusul memberikan air yang ia minta pada seorang palasti. "Ratu, diminum dulu."

Ratu Meisei menolak itu. "Sekarang, panggil seluruh menteri dan bawa Mahlawa, Muffin, serta Pay kemari."

Mursie memberi tanda penghormatan. "Baik, Ratu Meisei." Ia pergi berlalu.

Setelah semua orang yang dipinta Ratu Meisei berkumpul. Dengan raut kekhawatiran dan wajah pucat, Ratu Meisei menjatuhkan pandangan pertama kali pada Mahlawa.

"Mahlawa!"

Mahlawa memberi hormat. "Iya, Baginda Ratu?"

"Raja Andriant telah memintamu kembali ke Ruksey dan Raja Keanu menyetujuinya. Sore nanti, pasukan Ruksey akan berangkat kemari. Kemungkinan mereka sampai lusa atau dua hari lagi. Bagaimana pendapatmu?"

"Sungguh, saya mengikuti perintah Ratu saja."

"Aku tidak memiliki hak melarangmu kembali, apalagi di surat itu ada tanda tangan baginda raja. Dan aku melihat perkembangan Atlantik juga pesat. Dia sudah bisa berbicara normal sekarang, walau ada yang kelu di beberapa kalimat. Hanya saja ... Raja Andriant ingin jasad tiga peneliti lainnya juga dibawa kembali."

Mahlawa tetap menunduk. "Jika Ratu berkenan, saya tidak akan membongkar yang sebenarnya terjadi pada tiga peneliti Ruksey."

"Kenapa kau begitu mengabdi pada Cala? Cala bukan negerimu."

KANIBAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang