(*) Istana Topkapı atau dalam bahasa Turki Utsmaniyah: طوپقپو سرايى, biasanya dieja "Topkapi" dalam bahasa Inggris adalah istana di Istanbul, Turki, yang merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun. Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II.
Udara siang ini begitu sejuk tapi terasa gersang sekali bagi Aruni. Makan siang yang sudah dia telan pun terasa masih bergelantungan dalam tenggorokannya.
Suaranya mendadak tercekat dalam tenggorokan. Aliran darahnya terasa melaju memenuhi wajahnya sehingga dipastikan memerah. Punggung yang menjauh itu begitu santai, seolah ucapannya barusan seperti angin yang berlalu saja.
Aruni langsung memangku Syifa yang sudah mencuri cium dipipi kekasih hatinya, pikir Aruni tanpa sadar dalam hatinya sendiri.
Dia pun bergabung kembali bersama kakak – kakaknya juga Fatima yang sudah mengintruksikan untuk siap – siap menuju tempat selanjutnya Yakni Museum Topkapi. Di mana di sana ada barang - barang sejarah peninggalan Islam.
Rombongan kembali bergerak meninggalkan restoran. Abbas mengejar Aruni untuk memberikan kue Kunefe untuk Ustadznya.
“Kakak, kenapa tidak memberikannya kepada Musab atau Paman Yusuf.” Kesal Aruni.
Kakaknya ini tidak bisa mengerti bahwa adiknya sedang malu saat ini.
“Kamu kan adik kakak, biar sampai niatan baik kita jika dari tanganmu yang masih satu keluarga.”
“Alasan aja bisanya.”
“Siapa tahu kan, dari titipan kue berlanjut kepada titipan kehidupan dunia akhirat.” Ledek Abbas.
“Kak Abbas. Kok bisa mikirnya jauh ke sana.”
“Aku ini kakamu, tahu sekali reaksi wajahmu saat melihatnya.” Ujar Abbas langsung mengusap pelan kepalanya.
Aruni hanya merajuk, walaupun Abbas menyuruhnya cepat – cepat masuk bus. Aruni langsung duduk dikursi busnya di sisi Fatima. Salwa dikursi sebelah karena Syifa tertidur.
“Itu kue?” Tanya Fatima.
“Iya, bisa tolong berikannya pada Ustadz Fahim.”
“Kenapa harus aku?” Tanya Fatima mengesalkan sekali wajahnya bagi Aruni.
“Fatima, Ayolah. Aku malu memberikannya.”
“Bukannya, meminangnya saja kamu berani.” Jawab Fatima terkekeh.
Aruni merenggut sebal. Pipinya memerah.
“Aku pikir dia membaca pesanku.” Curhatnya.
Fatima jelas antusias.
“Betulkah? Apa katanya?”
“Kebetulan terbaca.”
“Yaiyalah pasti terbaca, pesanmu kan pendek, melihat tanpa membuka pesannya pun pasti bisa membacanya. Lalu dia mengetahui itu kamu?” Tanya Fatima.
Aruni mengangguk lemah.
“Nama igmu Arunika Iskender dengan profil wajahmu dimuat sempurna.” Jelas Fatima.
“Ahhh, entahlah. Harusnya aku tidak pasang wajahku diprofil. Aku sudah menghapusnya.”
“Berarti dia stalk akunmu?” Tanya Fatima menduga – duga.
“Menurutmu? Dia bilang juga tidak sengaja, lalu mentertawai bahwa perempuan yang mengirim pesan itu adalah salah satu panitia yang mengurus acaranya.” Kesal Aruni.
“Fahim Sidiq tidak begitu, dia selalu menghargai perempuan – perempuan yang mengaguminya.”
Arunika tidak mau mendengar karena hatinya kacau sekali, dia memilih memejamkan matanya tidur. Baru saja dia terlelap Fatima sudah membangunkan karena sudah sampai. Syifa sepupu kecilnya pun sudah turun bersama orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Spiritual(COMPLETED) COVER NOVEL : Dede Yogi Darsita Lakuna diartikan sebagai kekosongan dalam dua sisi jiwa yang mencari muara untuk saling menyempurnakan kekurangan yang ada. Kepingan Puzzle yang belum sempurna. Semesta menjadi saksi para hati yang saling...