GAMANG

5.5K 625 86
                                    

Musibah yang membuatmu bersimpuh beribadah kepada Allah itu lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa dari dzikir kepada Allah. (Ibnu Taimiyah)

Nasehat di atas yang membuat Fahim senantiasa tetap tegak, walaupun sebetulnya di saat-saat terakhir pertahannya hampir roboh. Pagi ini, pondasinya kembali kokoh saat tantenya Annisa memberikan sebuah senyuman terbaik kepadanya.

“Sepupu shalih, kamu harus dengar ceritaku.” Ujar Sheema kepada Fahim.

“Cerita apa, Ima?”

Keluarga Sidiq mempunyai nama kecil untuk putrinya Annisa ini. Yang selalu semangat, banyak bicara dan segala ingin tahu.

“Semalam, Ima. Membuat kekacauan menawan.”

Fahim mengkerutkan keningnya, Fahima di sisinya pun demikian  menanggapi celotehan sodaranya ini.

“Hasilnya, Ima mendapatkan ini. SD card berisi videomu sepupu. Kerenkan Ima?” Tanyanya bersinar-sinar.

Fahim saling tatap dengan saudari kembarnya.

“Ini senjata, besok kita akan mengadakan wawancara eksklusif, Putar ini di sana.” Ujar Annisa.

“Kakak telpon dulu Arkan.”

Ujar Ihsan langsung ke meja telpon.

“Kalau begitu Keira telpon Radit, agar ikut jadi pelindung hukum untuk Fahim.”

Ihsan yang akan menelpon Arkan urung.

“Dek, Biar kakak yang telpon mereka berdua. Kamu temani Nisa aja.” Timpal Ihsan.

Annisa terkekeh.

“Kakak masih tetap cemburu sama Radit?” Tanya Annisa kepada kakak iparnya itu.

Keira mengangguk.

“Padahal Radit itu gak ada bagus-bagusnya, bagusan kakak Nisa kemana-mana.” Ujarnya sambil tertawa kecil meledek sahabatnya itu.

Saat makan siang, semuanya berdatangan di awali dengan Humaira beserta Sabda anak bungsunya yang masih duduk dibangku SMA. Beda dengan Albana yang komunikatif, Sabda sangat pasif. Dikenal dengan siswa dingin disekolahnya tapi sepertinya dia tidak peduli.

“Sabda Hardinata, it's Me, Sheema Al maktoum. Harusnya mendengar nama belakangku. Kamu memberikan senyuman sedikit untukku.”

Sabda tersenyum kecil, duduk di sisi Hima. Dia paling cocok dengan Fahima yang lembut dan berperangai tak terlalu heboh seperti Sheema.

“Kamu tetap terbaik bagiku, Sepupu lincahku.” Hibur Fahim yang duduk di sisi seberang Ima duduk. Membuat Ima tersenyum senang mendengar itu.

Humaira membantu Keira menyiapkan hidangan makan siang. Nisa dia sedang ngobrol serius dengan Radit.

“Selesai makan siang, kita lihat video utuhnya.” Ujar Nisa.

Semua mengiyakan, Fahim terdiam. Karena ada kehormatan muslimah yang harus dia lindungi sekuat tenaga. Yakni saat Aruni terbuka auratnya dikarekanan Asma membuka khimarnya. Fahim akan menjelaskan nanti saat obrolan.

Albana dan Arkan datang, lelaki berkarisma dan kecerdasan terpancar dari wajah mereka. Makan siang hari ini, kediaman Sidiq dipenuhi dengan suasana hangat.

Abinya Ihsan tersenyum, menatap wajah putra-putrinya yang sudah menemukan pendamping yang tepat. Kebahagiaannya tetap membuncah walaupun tidak seoptimal dahulu saat isterinya masih ada di sisinya.

Umi, Sepertinya abi pun sudah ikhlas untuk menyusulmu jikalau memang sudah dekat waktuku. Amanah abi terasa sudah tertunaikan putra-putri kita tetap saling merangkul jika yang satunya terkena masalah.”  Lirihnya dalam hati.

LAKUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang