DUGA DERITA

5.4K 631 189
                                    

Langit malam begitu pekat tanpa rembulan yang menjadi pelengkap, Angin senyap namun dingin menusuk-nusuk dekap. Selepas hujan reda, keadaannya menjadi begitu dingin.

Dikediaman Hasna, Aruni termangu menatap jendela yang memperlihatkan gelap di luaran sana.

“Na, apa aku berlebihan sebagai perempuan?”

Hasna yang sedang diam di sisi Aruni pun bingung dibuatnya.

“Dalam hal apa mba?”

“Apa aku melanggar kehormatanku sebagai perempuan dikarenakan aku berusaha keras untuk membantu menyelesaikan masalahnya?”

Hasna terdiam, sesaat dia mulai mengerti arah pembicaraan ini.

“Mba, Hasna pikir  ungkapan ketidak wajaran itu keluar dari orang-orang yang belum memahami lebih jauh keadaan Mba. Hasna hanya bisa mendo’akan agar segera ketemu jalan keluar untuk masalah ini yang membuat Mba dan Mas Fahim kesulitan.”

“Aamiin.” Air mata Aruni kembali luruh dipipinya.

“Jadi, Mas Fahim mba?” Tanya Hasna, Walaupun Hasna pernah menduga itu semua, melihat dengan mata kepalanya sendiri interaksi Aruni jika bertemu Fahim seperti apa.

Aruni mengangguk, Hasna langsung memeluknya, Menenangkan.

Dikediaman Fahim, Babanya Aruni ditemani adik iparnya Yusuf sudah duduk tenang diruang tamu, baru sampai dikediaman orangtuanya setelah perjalanan panjang dari Turki.

Hakan langsung meluncur kembali menuju pesantren Sidiq untuk menjemput putrinya.
Setelah mendengar kabar apa yang terjadi kepada putri semata wayang mereka. Mereka langsung bertolak dari Turki menuju Indonesia.

Ihsan beserta Fahim duduk disalah satu sofa untuk menjamu tamu.

“Maaf ustadz, kami malam-malam berkunjung ke sini.”

“Tidak apa-apa, Justru saya dan keluarga merasa tidak enak dengan apa yang menimpa putri bapak.” Jawab Ihsan.

“Ya, Isteri saya sangat marah, Saya memohon maaf atas nama isteri saya saat bicara ditelpon waktu itu.”

“Saya mengerti, sebagai orangtua pasti panik. Maka, kami pun sudah meminta Aruni pulang kembali ke Turki walau tadinya, mungkin jika diselesaikan bersama akan cepat membaik.” Jelas Ihsan.

“Isteri saya tidak suka, Putrinya jadi buronan pemburu berita. Maka dia berbicara sedikit keras untuk memerintahkan agar Aruni kembali ke Turki.”

Ihsan mengangguk mengerti dengan senyum penuh diwajahnya, tidak ada amarah atau kekecewaan di sana, Saat ia dan putranya diminta ibunya Aruni agar Aruni meninggalkan pesantren, Ibunya tidak ingin putrinya terlibat kembali lebih jauh.

“Saya akan berusaha menyelesaikan masalahnya, Mohon maaf telah membuat keadaan tidak mengenakan ini.” Ujar Fahim bersuara.

Hakan menatap Fahim yang tertunduk, lelaki itu seperti malu untuk menatap dirinya saat ini.

“Saya selalu yakin kamu lelaki yang baik, Semoga masalahnya segera selesai.” Ujar Hakan.

Fahim mengangguk, malam ini dia terlihat tidak percaya diri sebagai seorang lelaki. Hakan pamit untuk membawa putrinya kembali pulang bersamanya.

Ihsan mempersilahkan, Fahim pun demikian walaupun gelayut tidak ikhlas bertengger diwajahnya.

“Dia masih milik Ayahnya, Kamu belum punya hak apa-apa. Istirahat, besok Pamanmu Arkan dan Albana akan ke sini untuk membicarakan mengenai press conference mengenai masalah ini.”

Fahim mengangguk lemah, rasanya dia sekarang tidak memiliki daya apa-apa, betapa banyak amanah yang dia genggam. Bukan mengenai harga dirinya saja, Tapi perempuannya lalu anak-anak santri yang bernaung dalam pesantren pimpinan Abinya.

LAKUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang