Desiran angin menerbangkan ujung sorban yang dipakai untuk menutup sebagian wajah seorang lelaki. Kopiah putih tersemat dikepalanya. Matanya pun ditutupi kacamata bening sehingga wajahnya tak tersapa dinginnya udara dinegara yang ia datangi ini.Hilir mudik orang-orang tak membuatnya bergeming membidikan kamera yang dia pegang menuju bangunan masjid di hadapannya.
Rona Senja menjadi latar bangunan persatuan umat muslim di Negara Amerika Serikat ini. Masjid Islamic center yang berlokasi di Washington dc AS.
Seorang lelaki perawakan sedang dengan wajah begitu oriental, berkulit sawo matang dengan rambut ikal yang hanya ditutupi sorban menghampiri sang pembidik kamera.
“Mas, Gak dingin toh?”
Tanyanya sambil memeluk tubuhnya sendiri.“Dingin Di, sebentar. Langit sore sedang cantik-cantiknya.”
“Mas Fahim Kerjaannya begini terus, tiap negara yang didatangi pasti moto Masjid.”
Fahim tersenyum di balik lensa kameranya.
“Untuk kebutuhan photo di Instagram.” Ujarnya.
“Haduhh. Terus dikomenin modus ukhti-ukhti. Ya, tak heran followers instagramnya berjuta-juta jadi butuh konten.” Sadis Ghadi Haidar sahabat dekat seorang Fahim Sidiq.
Fahim hanya menanggapi dengan kekehan lalu kembali fokus dengan kegiatannya. Ghadi izin masuk kembali ke dalam masjid karena tak kuat dengan dinginnya udara di luar. Tinggal Fahim yang masih asyik mengambil Angle yang bagus untuk photonya.
Lensanya tak sengaja fokus terhadap seorang wanita yang termenung sedih dibangku taman masjid. Khimarnya berterbangan disapa desiran angin. Pipinya memerah entah karena udara dingin atau buliran bening yang meluncur jatuh dipipinya. Sesaat Fahim terdiam menatap lensa yang fokus ke arah gadis itu.
Baru dirinya tersadar, saat mata lentik itu menatap tepat seolah menatap matanya yang bersembunyi di balik lensa kamera. Fahim buru-buru menjauhkan kameranya. Bergerak linglung masuk ke dalam masjid.
Ghadi yang melihat Fahim masuk terlihat bingung langsung menghampirinya.
“Kenapa mas?” Tanyanya sambil menyodorkan coklat hangat yang mengepul dicangkir.
Fahim mengambilnya tanpa banyak bicara. Kameranya tersampir dibahunya. Lelaki itu membuka sorban yang menutup sebagian wajahnya. Duduk bersila lalu meminum coklat hangatnya.
“Coba ngaca deh mas, mukamu merah. Kedinginan pasti.” Ujar Ghadi yang kini duduk di sebelahnya.
Fahim meraba wajahnya sendiri yang hangat. Dia hanya menggeleng pelan lalu tersenyum kecil.
“Iya mungkin, terlalu lama bermain kamera di luar tadi.” Ujarnya.
Mereka didatangi panitia acara. Memang malam ini diadakan Malam Bina Iman Taqwa dengan shalat qiyamul lail bersama-sama dilanjut shubuh berjama’ah dengan Fahim sebagai imamnya.
Fahim sudah keliling Negara untuk menjadi Imam seperti ini dan kali ini dia memulainya lagi. Negara ini Negara pertama dalam perjalanan Fahim mengimami kali ini.
Enam bulan Fahim ditemani Ghadi mengemban amanah Safar menjadi Imam shalat diberbagai Negara. Lelaki berparas rupawan ini adalah Fahim Sidiq putra dari seorang Ustadz terkemuka Indonesia bernama Ihsan Sidiq di mana beliau pemimpin pesantren besar yang telah meluluskan santri-santri terbaik bernama Pesantren As-Sidiq yang menjadi Oasis di mana kacaunya moral sebagian anak muda Ibu kota.
Fahim Sidiq lulusan Al-Azhar dan melanjutkan S2 nya di Universitar tertua didunia yakni Universitas Al-qawariyyin Maroko. Terkenal dengan kepahamannya perihal ilmu, kefasihannya dalam melafadzkan ayat-ayat Allah namanya menjadi begitu tidak asing bagi kalangan muda-mudi Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Spiritual(COMPLETED) COVER NOVEL : Dede Yogi Darsita Lakuna diartikan sebagai kekosongan dalam dua sisi jiwa yang mencari muara untuk saling menyempurnakan kekurangan yang ada. Kepingan Puzzle yang belum sempurna. Semesta menjadi saksi para hati yang saling...