Hati bersembunyi
Serapih kata dalam menyembunyikan rahasia hati
Harapan selalu terlihat percaya diri
Seperti mengerti jikalau hati sedang berilusi tak peduli.Waktu selalu berderap begitu cepat. Matahari terbit lalu terbenam, semua aktivitas manusia selalu digiring terhadap sebuah rutinitas. Hanya sebagian manusia yang tak lupa untuk menunaikan segala kewajiban dari pemilik dirinya. Mengisi kekosongan nurani dengan ibadah serta duduk dimajlis ilmu.
Sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Raslallah SAW . Ketika seorang sahabatnya, Sufyan bin Abdullah, bertanya : “ Wahai Rasulallah mohon dijelaskan padaku tentang islam yang sesungguhnya, sehingga aku tidak bertanya lagi setelah ini kepada seorang selain kepadamu?”
Beliau menjawab, “Katakanlah, Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah.” ( HR Muslim).
Suasana pagi yang begitu sejuk terdengar tausiyah dari Ustadz mereka yang kembali dari undangan dakwahnya. Suara Ihsan menggema diseantero lingkungan pesantren dan ditutup dengan tilawah surah Fushilat ayat 30.
Langkah para pencari ilmu itu pun keluar dari Masjid saat Matahari sudah mulai menampakkan wajah.
“Jauh dari pesantren, tak abi sangka bisa serindu ini.” Ujar Ihsan saat beriringan berjalan dengan putranya.
“Abi modus pasti kan?”
“Modus abi hanya untuk bundamu, lah masa ke pesantren. Mengerti apa benda – benda mati itu.”
Fahim hanya tersenyum kecil, Ihsan merangkul bahunya.
“Nak, Kamu lihat embun dibunga itu?” Tanya Ihsan.
“Iya, kenapa Abi?”
“Hanya rembesan air yang tak sederas hujan tapi kehadirannya begitu berarti bagi bunga – bunga itu.”
“Lalu?”
“Lalu, jadilah embun bagi dunia yang kini sudah gersang ini, walaupun tak sederas hujan. Yang penting tetap menebar kebaikan walaupun sedikit yang penting terus menerus.”
“Iya Abi, seperti halnya abi. Fahim ingin menjadi manusia yang bermanfaat, tidak pun bagi dunia atau pun bangsa. Sedikitnya bagi diri sendiri juga orang – orang di sekeliling kita.”
Ihsan tersenyum, menepuk ke dua bahu putranya. Di bawah rindangnya pohon di sepanjang jalan pesantren. Ihsan menatap putranya yang sudah menjelma pemuda luar biasa.
Tutur katanya serta adab ilmunya membuat Ihsan suka tak percaya bahwasannya kini Allah kabulkan permintaannya untuk diberikan anak yang shaleh dan shalihah.
“Alhamdulilah, Abi dan bundamu masih diberikan umur panjang untuk senantiasa menyaksikan kehidupan kalian.”
“Abi, berumurlah panjang dan diberkahi. Sampai Fahim memberikan cucu yang lucu untuk Abi nanti.”
“Aamiin. Abi tunggu ya.”
Fahim tersenyum hangat sehangat mentari pagi.Putra dan Abi itu berjalan menuju kediaman mereka dengan canda serta nasehat yang menentramkan. Dirumah, Abi Ihsan sudah duduk bersila dikarpet dengan Keira juga Hima menyiapkan sarapan pagi.
Keluarga Sidiq itu makan pagi bersama. Menyantap makanan yang dibuat oleh perempuan dirumah ini dengan penuh cinta.
***
Jalanan Jakarta selalu padat pagi – pagi begini karena semua orang pun memulai aktivitas mereka. Neneknya Aruni tetap santai di balik kemudi dengan suara murrotal Al – Qur’an menggema dimobil ini.
“Jika dibuat ngedumel pun, kemacetan ini tidak akan terurai begitu saja. Penuhi perjalananmu dengan mendengar kalam ilahi, dzikir dilisanmu. Perjalanan ini, insya Allah barokah.” Ujar Nenek.
![](https://img.wattpad.com/cover/195159636-288-k70844.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Spiritual(COMPLETED) COVER NOVEL : Dede Yogi Darsita Lakuna diartikan sebagai kekosongan dalam dua sisi jiwa yang mencari muara untuk saling menyempurnakan kekurangan yang ada. Kepingan Puzzle yang belum sempurna. Semesta menjadi saksi para hati yang saling...