BILUR

5K 604 73
                                    

Bilur – bilur membiru dalam kalbu
Atas prasangka semu
Tangis yang tertahan pilu
Karena harapan atas perangainya kembali keliru.

Suasana Meja makan ini diisi dengan pertanyaan yang selalu tertuju pada perempuan muda satu – satunya diruangan ini. Di mana hari ini akhir pekan yang tidak dibebankan sebuah rutinitas.

“Gimana Dr. Fathur menurutmu?” Tanya Nenek.

“Lelaki yang baik nek, Tapi kami tidak mengobrol banyak semalam.”

“Loh, kenapa?”

“Melihat kemacetan, rasanya sudah malas untuk membangun obrolan seru.” Timpal Aruni sedikit kesal.

Kakek  dan nenek tidak melanjutkan obrolan karena telpon rumah berdering.

“Biar Aruni yang mengangkatnya nek.” Aruni langsung mengangkatnya.

Ternyata telpon dari tantenya Salwa yang mengatakan akan mengunjunginya siang bersama Syifa.

Aruni mengiyakan, menyimpan telpon rumahnya kembali.

“Tante Salwa. Katanya akan ke sini bersama Syifa.”

Obrolan ditelpon tadi, Salwa menyuruh Aruni untuk berganti pakaian katanya dia akan mengajak ke suatu tempat. Agar nanti saat dia datang Aruni sudah siap.

Tidak berapa lama mereka pun datang.

“Onty,,.” Teriak Syifa langsung memeluk Aruni erat.

Mereka pun langsung naik ke dalam mobil yang dikemudikan Salwa, nenek dan kakeknya mewanti – wanti mereka untuk hati – hati.

“Kita mau ke mana?”

“Memanah, Kamu senang memanah kan? Ada tempat panahan yang keren. Ada tempat penitipan anak juga. Jadi aman. Tante sering ke sini.”

“Aruni lagi gak mood untuk memanah papan sasaran.”

“Emmm, maunya memanah hati ustadz Fahim?” Ledek Salwa.

“Tann,, jangan meledek gitu deh.”

“Kenapa?”

“Sudah berakhir, tidak perlu dipaksakan, dia ternyata mengharapkan perempuan lain.”

“Iyaa?” Tanya Salwa kaget mendengar curahan hati Aruni.

“Hmmmm, Aku tak sengaja membaca suratnya untuk perempuan itu. Sudahlah.”

“Jadi, beralih bersama dokter Fathur?”

“Info ini pun sampai.”

“Mas Yusuf diceritain Papa katanya, Aruni jalan sama Fathur semalam.”

“Rasanya sama saja, Gak di Turki ataupun di sini, semua orang antusias mendekatkanku dengan para lelaki.”

Salwa tertawa mendengar keluhan keponakan iparnya itu. Aruni melihat papan dipintu masuk bertuliskan Fawwaz Archery. Setelah masuk tempat panahan ini begitu luas dan tertata begitu baik sekali dan sudah banyak orang juga di sini.

Ada tempat makan juga di dalam sini, Aruni langsung menemani Syifa ditempat bermain anak. Dia memang sedang tidak ingin memanah hari inu.

Handponenya berdering. Panggilan dari Hasna.

“Wa’alaikumsalam kenapa Na?”

“Kamu sedang di mana?”

“Sedang menemani tanteku memanah.”

“Di Fawwaz Archery.” Tebak Hasna tepat, di seberang sana.

“Kok Tahu?” Tanya Aruni berusaha terdengar heran.

LAKUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang