15. Renungan Viona

425 68 4
                                    

The past can hurt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The past can hurt. But from the way I see it, you can either run from it, or learn from it

-Rafiki, The Lion King-

...

Kata Aliya, waktu lima tahun tentu bukan hal yang mustahil untuk membuat orang berubah. Yang pasti manusia berharap perubahan akan selalu pada hal yang lebih baik, seperti yang diceritakan Viona padanya tentang Rafathan. Tentu saja wajar jika seseorang berubah pada hal yang positif tetapi hal itu membuat Viona malah merasa semakin jauh dari sosok itu.

"Kenapa kamu memutuskan berubah?"

Pertanyaan itu Viona loloskan pada suatu sore, saat ia dan Rafathan duduk di food court Hartono Mall Jogja. Mereka duduk paling tepi dekat jendela, langit senja yang menguning eksotik menjadi pemandangan.

"Harus ada alasannya ya kalau seseorang itu berubah?" Balas Fathan, dengan pertanyaan juga. Dan pertanyaan ini membuat wanita dihadapannya menggedikkan bahu.

"Kalau aku selalu ada alasan kenapa aku memilih berubah.." Jawab Viona, kemudian mengalihkan pandangan pada langit senja yang memanjakan pandangan. "Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa selama ini aku menjadi Viona yang sekarang dibanding memilih menjadi cewek pendiam seperti aku yang sebelum kenal kamu.."

Viona mengembalikan pandangan kedepan, menatap presensi Rafathan yang duduk berhadapan dengannya. "Dan selalu ada alasan kenapa aku demikian.."

"Alasannya?"

Pertanyaan Fathan tak mendapat jawaban karena perempuan itu memilih diam sambil mengaduk green tea latte miliknya dengan pandangan lurus menatap kedua iris gelap milik lelaki dihadapannya.

"Kamu tahu seharusnya kamu tidak perlu bertanya Than, kamu yang mengenalkanku pada duniamu yang terasa menyenangkan untuk gadis lugu yang bosan karena kehidupan monotonnya ini.." Jawabnya kemudian.

"Dan disitulah alasan aku berubah Viona.."

Viona kembali mengangkat pandangan menatap Fathan dengan tatapan tidak mengertinya dan lelaki itu hanya tersenyum.

"The past can hurt. But from the way I see it, you can either run from it, or learn from it. Seperti kata Rafiki yang baru kamu tonton, dan bagiku daripada lari dari kenyataan di masa lalu ada baiknya kita belajar dari bagaimana kesalahan kita dimasa lalu. That's why I choose to face you, either run from you.."

"Am I that hurting you?"

"Nggak, bukan kamu yang menyakiti aku. Tapi diriku sendiri, Rafathan yang dulu lah yang menyakiti Rafathan yang sekarang dengan kenangannya.."

Entah bagaimana obrolan mereka sore itu menjadi salah satu hal yang membuat otak Viona terus mengulang-ulangnya seperti kaset rusak. Membuatnya hanya terjaga dimalam panjang, termenung seorang diri disofa ruang tengah rumah kontrakan Aliya, dengan secangkir cokelat panas yang sudah tidak lagi mengeluarkan uap panasnya teronggok diatas meja.

{✔️Complete} MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang