2. Nadila Viona Dewi

607 84 0
                                    

Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi

-Ilana Tan, Autumn in Paris-

...

Nadila Viona Dewi itu anak bungsu dikeluarganya.

Disayang dan dimanja adalah kebiasaan yang dilakukan kedua kakak lelakinya. Ayahnya sibuk bekerja diluar negeri. Ibunya juga tinggal diluar Kota dengan keluarga barunya. Jadi kalau pulang ke Indonesia mau kemana lagi Vio kalau bukan kerumah kakak-kakaknya.

Bang Dika, sulungnya membeli apartemen hasil kerja kerasnya membangun bisnis restoran bersama kakak tengah, Bang Angga. Apartemen yang akhirnya dijadikan rumah tempat ketiga bersaudara itu pulang. Melupakan kalau mereka sebenarnya memiliki rumah yang dibeli ayahnya. Rumah yang sebenarnya cukup besar namun sepi dan menyayat hati karena penuh kenangan mengerikan.

"Viona pulang.." Ucapnya sambil menggeret koper besar dan melepas sepatunya berganti dengan sandal rumah.

"Ihh kok sepi, pada kemana?" Gumamnya.

Viona meninggalkan koper besarnya diruang tamu dan beranjak menuju dapur, membuka lemari pendingin dan menarik satu botol berisi air mineral dingin.

Setelah meminumnya, Viona berinisiatif keliling apartemen mencari barangkali ada salah satu abangnya diapartemen.

"Abaang.." Panggilnya.

Membuka satu persatu kamar akhirnya ia menemukan presensi kakak tengahnya sedang menggulung diri dengan selimut diatas kasurnya.

"Bang Angga.." Panggilnya agak lirih, terbiasa kalau memanggil kakak tengah nya tidak boleh dengan teriakan.

Ia menghampiri duduk ditepian kasur mengamati wajah tidur kakak tengahnya.

"Lho bang Angga sakit?" Ucapnya kemudian setelah memegangi kening dan bagian tubuh sang kakak yang tidak terbungkus selimut tebal.

Dewangga Gentara Syailendra, lelaki itu menggeliat lalu berusaha membuka kedua matanya.

"Vio.." Sapanya lirih dan serak.

"Bang Angga sakit? Bang Dika mana?" Tanyanya.

"Bang Dika di Jogja. Kamu kapan dateng?"

"Barusan. Abang sudah panggil Om Rendra?"

Om Rendra itu dokter langganan. Sepupu ayah mereka.

Si kakak menggeleng. "Nggak usah, pusing dikit doang, abang banyak lemburan Vi.."

"Dibilangin juga abang sih ngapain pake jadi asdos segala.."

Angga hanya tersenyum menanggapi omelan adiknya, itu misi rahasia Vi asal kamu tahu saja abangmu sedang berusaha menaklukan Ratu Singa.

"Sudah sana kamu istirahat. Kan capek barusan landing dari Soetta.."

"Nanti. Abang belum makan kan? Vio buatin bubur ya? Bang Dika kenapa pula sih ke Jogja, masa Bang Angga ditinggal sendiri.."

Jujur sih. Angga semakin pusing mendengar omelan Viona, tapi ya bagaimana lagi. Di apartemen ini kalau bukan Viona siapa lagi yang akan ngomel masalah rumah tangga. Mereka hanya tinggal bertiga semenjak orangtua mereka bercerai.

"Iya iya terserah kamu. Bodo amat, sana keluar abang butuh tidur lagi.."

Duh Angga ini, untung Viona sayang.

Jadi akhirnya Viona benar-benar berjuang membuat bubur didapur. Beruntung kakak sulungnya, Mahardika Satya Bumi Reksa tahu benar kalau didalam kulkasnya harus selalu ada bahan makanan mentah. Yang penting, buah dan sayur. Jadi Viona tidak perlu repot repot keluar untuk membelinya, tinggal membuat saja.

{✔️Complete} MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang