18. Kesunyian Malam

388 65 1
                                    

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'..kadang kita hanya perlu memberi kenyamanan dibanding mendesak seseorang untuk nyaman pada kita..'

-Rafathan-

...


Rafathan tidak bisa begitu saja lupa pada detik-detik dimana ia pertama kali menyadari perasaannya kepada Viona. Katanya, jatuh cinta itu datangnya tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi kepada siapa. Ternyata, Fathan juga mengalaminya. Perasaan dimana ia terkejut dan berusaha mengelak kalau dirinya sedang jatuh cinta.

"Seseorang bisa menjadi dekat kalau sudah tahu satu sama lain, katanya kalau sudah begitu suatu hubungan bisa bertahan lama.." Kata Viona, pada suatu malam tujuh tahun lalu.

"Nggak juga, bukan sebuah bukti kalau kita kenal baik lalu bisa berteman lama, kamu tahu sendiri kebanyakan teman yang awet itu justru yang nggak tahu satu sama lain tapi mereka saling ada saat kita ingin menghibur diri, kadang kita hanya perlu memberi kenyamanan dibanding mendesak seseorang untuk nyaman pada kita.." Jawab Fathan kala itu.

Malam sedang cerah berbintang, mereka mengobrol berdua di balkon lantai dua sebuah café. Gemerlap lampu-lampu kota, semilir angin sejuk musim panas di malam hari dan Viona yang duduk dihadapannya. Momentum yang tepat untuk membuat Rafathan perlahan menyadari kalau Viona ternyata lebih indah dari itu semua, lebih indah dari langit malam berbintang, dan pemandangan kota malam yang gemerlap.

"Ohoo, yang udah jadi mahasiswa biasa aja kata-katanya gausah kayak orang dewasa dong.."

Fathan ingat, dirinya tidak bisa tertawa receh seperti biasanya saat itu. Padahal Viona dengan jelas mengejeknya dengan lirikan mata merendahkan, seperti biasa ketika Fathan terlalu percaya diri akan dirinya. Entah bagaimana ia malah tergagap, dan hanya tertawa dengan paksa. Ia lebih sibuk mengatur degup jantungnya.

Hari itu pertemuan kembali mereka setelah sebulan penuh Fathan sibuk dengan kegiatannya sebagai mahasiswa baru yang menguras tenaga dan pikirannya selama masa orientasi. Dan entah bagaimana dalam waktu satu bulan saja ada yang berubah dari kinerja hati Fathan begitu bertatap muka kembali dengan Viona, atau mungkin waktu berpisahnya mereka yang mempengaruhi? Entahlah. Yang jelas akhirnya Fathan paham, kalau malam itu sesosok Viona sudah berubah dalam pandangannya.

"Vi, kok aku sayang ya sama kamu.." Ucapnya, suatu sore, setelah ia menjemput Viona dari sekolah dan berhenti disebuah tempat makan.

Viona tertawa, kencang bahkan sampai lupa untuk menatap raut serius dimuka Rafathan.

"Ya aku juga sayang kamu.." Balas Viona, diakhiri dengan sebuah tawa.

Entah kenapa Fathan juga memilih ikut tertawa, seolah yang dikatakannya tadi hanya berupa candaan, mengikuti keinginan Viona untuk menganggap hal tersebut hanya sekedar candaan. Mungkin lain kali.

{✔️Complete} MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang