31. Lampu hijau pertama

460 70 6
                                    

Waktu perlahan tapi pasti telah mengubah kepribadian seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu perlahan tapi pasti telah mengubah kepribadian seseorang

....

"Ngapain kamu?"

Mahardika sangat malu saat pertanyaan itu dilontarkan Aliya begitu ia masuk kedalam mobil yang disewa Rafathan sekitar empat puluhan menit lalu.

Saat ini dia sudah berada diteras masjid yang katanya terdekat dari lokasi mobilnya mogok tadi. Begitu tiba disini, tak lama kemudian adzan isya' terdengar. Bahkan ketika mereka belum menunaikan ibadah sholat magrib. Dika merasa bersalah, coba saja dia tidak keras kepala pasti keempatnya masih bisa menunaikan ibadah tepat waktu.

"Ya pokoknya saya nggak mau tahu, saya mau besok pagi ada mobil pengganti dihotel saya atau saya kasih tempat anda review jelek di internet!"

Mahardika mengakhiri conversasinya lewat telepon. Dengan penanggung jawab rental car tempatnya menyewa mobil yang ternyata tidak dalam kondisi prima.

Ketika Dika berbalik, dia menemukan Fathan masih belum selesai dengan kegiatannya. Entah dzikir apa yang dia amalkan yang jelas itu membuatnya merasa ciut. Padahal sejauh ini dalam pikirnya lelaki itu bukan orang yang akan taat beribadah seperti yang dilihatnya sekarang, tapi sepertinya yang dikatakan Viona benar. Waktu perlahan tapi pasti telah mengubah kepribadian seseorang.

"Bang! Bang Dika!"

Mahardika menoleh, dibelakangnya Aliya dan Viona sudah menunggu. Dika turun dan menghampiri mereka. Ngomong-ngomong, Aliya sudah mualaf terhitung sebelas hari ini dan sudah banyak belajar tentang cara beribadah. Sudah lancar bacaan sholat dan sudah berusaha menunaikan lima waktu dalam sehari. Walaupun ayahnya masih marah kepadanya, tapi tekatnya sudah bulat. Lagipula Aliya seorang wanita dewasa yang memiliki hak untuk menganut agama menurut kepercayaannya sendiri.

"Mobilmu gimana? Ditanya Kak Aliya.." Ucap Viona, masih ketus.

Kesalnya pada Dika belum hilang. Tidak semudah itu, mereka kan saudara. Kalau memiliki gengsi yang sama sama tinggi kan wajar.

"Bentar lagi diambil sama pihak rentalnya, kalian pulang duluan aja. Aku tunggu disini.."

"Sendiri?" Tanya Viona lagi.

"Ya kalau cewek aku ngambek ya sendiri.."

"Aliya sama Viona pulang duluan aja.."

Dika menoleh kesamping, Rafathan tiba-tiba sudah berdiri disana.

"Aku panggilin taksi ya? Biar aku temani Kak Dika disini.."

Aliya dan Viona berpandangan sejenak. Kemudian keduanya sama sama menatap Mahardika yang diam saja, sok sibuk sendiri dengan ponselnya.

"Yakin? Dia kan berbisa.." Tanya Viona, kemudian diangguki oleh Aliya.

Dua perempuan beda usia itu memandangnya penuh rasa khawatir. Siapa tahu kan Dika ngamuk terus tiba-tiba kelepasan memukuli Fathan.

{✔️Complete} MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang