"Saya terima nikah dan kawinnya Aidah Najwa Fadhilah binti Imron Fadhilah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang dua puluh juta dibayar tunai."
"Sah?" tanya penghuli kepada para saksi yang ada.
"Sah"
"Sah"
Suara para saksi begitu bergema dikamar pengantin wanita, siapa lagi kalau bukan Najwa yang kini tengah duduk didepan cermin. Melihat wajahnya yang berbeda dengan hari biasanya. Apakah hari ini adalah hati spesial untuk dirinya? Entahlah.
Hari ini Najwa tampil berbeda dengan biasanya. Sekarang tubuhnya terbalut gaun putih yang terlihat begitu elegan. Dengan wajah yang penuh polesan make up dan hijabnya yang dimodel tetapi masih menutupi dada tak lupa dengan mahkota yang bertengger indah diatas kepalanya.
"Sayang, sudah saatnya untuk kamu turun." pinta Sarah dengan penuh kelembutan.
Najwa menghembuskan nafasnya gugup. Jantungnya yang tak berhenti berdetak lebih cepat dari biasanya.
Sarah menuntun Najwa keluar kamar. Ketika mereka menuruni anak tangga mata para tamu berbinar melihat kecantikan Najwa. Sedangkan mempelai pria melihat tanpa berkedip. Apakah bidadari yang berjalan kearahnya sudah menjadi miliknya? Pikirnya.
Kini mempelai pria dan wanita berdiri berhadapan. Keduanya diselimuti rasa gugup, jantung berdegup lebih cepat dari biasanya, pokoknya campur aduk lah. Najwa lebih memilih menunduk dibandingkan menatap seseorang yang berada didepannya.
"Fadli!" panggil mamanya. "Pasangkan kejari Najwa!" seru mamanya sembari menjulurkan kotak berwarna merah.
Dengan senang hati Fadli memasangkan cincinya kejari manis Najwa. Ini baru pertama kali Fadli memegang tangan lembut Najwa dan sebaliknya ini baru pertama kali tangan Najwa disentuh laki-laki selain abi dan kakaknya.
Setelah cincin indah terselip cantik dimasing masing jari mempelai pengantin, pak penghulu memberi aba aba pada Najwa untuk mencium tangan Fadli.
Najwa ragu-ragu menyalimi tangan Fadli dengan hitmat. Sedangkan pemilik tangan salah tingkah tak karuan.
"Cium kak."
"Ciummm."
'Sapa sih tuh orang yang ngomong, jadi bahagiah nih hati.' batin Fadli.
Fadli mendekatkan dirinya kearah Najwa sehingga menghadirkan jarak kurang lebih sepuluh meter. Ketika bibirnya hendak menempel dikening Najwa.
Kringg...kring...kring
"Fadli bangu! Katanya mau sholat subuh jamaah, udah ditunggu papa tuh dibawa." teriak mama Fadli sembari memukuli anaknya dengan guling.
"Iya ma." Fadli beranjak dari pembaringannya. "Loh, kok sepi? Tamunya pada kemana?" Fadli mengucek-ngucek matanya agar penglihatannya normal kembali. Namun apa yang ia lihat ternyata benar, kamarnya sepi dan hanya menampakkan sosok mamanya.
Mama Fadli mengernyit heran, "Kamu halu yah? Mana ada pagi buta kayak gini ada tamu."
"Fadli gak bohong kok, tadi ada tamu banyak yang datang dipernikahan Fadli sama Najwa. Terus yah ma Fadli tadi mau cium kening Najwa tapi gak tau kenapa semuanya hilang." ucap Fadli setengah sadar dari tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualitéبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...