Jam belajar telah berakhir, kini Najwa dan kedua sahabatnya tengah berjalan menuju depan sekolah.
"Besok kan hari libur, gimana kalo kita lari pagi di taman Sariwangi?" ujar Alina.
"Boleh juga." sahut Salma.
"Najwa, lo bisa gak?"
"InsyaAllah, aku usahakan."
"Eh gue udah dijemput tuh, duluan yah." pamit Alina meninggalkan ke duannya.
Salma dan Najwa seperti biasa menunggu jemputan. di halte dekat sekolah. Najwa heran akhir akhir ini kenapa kakaknya slalu telat buat jemput.
Tak lama mobil putih berhenti didepan mereka. "Wa, mau gue antar ke rumah lo?" tawar Salma.
"Makasih Ma, lagian aku sudah minta dijemput sama kakak. Mungkin masih diperjalanan."
"Oh gitu yah. Gue pamit pulang dulu, Assalamu'alaikum." pamit Salma lalu memasuki mobil miliknya.
"Waalaikumussalam."
Sedikit demi sedikit siswa yang menunggu jemputan sudah dijemput dengan penjemputnya. Kini lagi lagi Najwa menunggu jemputan sendiri dihalte sekolah. Hingga beberapa menit berlalu tak ada tanda tanda kemunculan kakaknya. Dengan terpaksa hari ini Najwa pulang dengan jalan kaki.
Najwa berjalan menyusuri pinggiran jalan, hanya beberapa orang yang melewati. Sebab ini hanyalah jalanan kecil.
Diperjalanan tiba tiba mobil hitam berhenti didekat tubuh Najwa. Najwa yakin mobil itu bukan milik kakaknya, ia sangat hafal dengan plat nomernya.
Beberapa detik kemudian keluarlah tiga gadis berseragam dari mobil, lalu menghampiri Najwa yang masih berdiri diposisi sama. Salah satu si gadis menatap Najwa nalar. Ada rasa kebencian yang mendalam, dan saat inilah si gadis ingin meluapkan semuanya. Sedangkan Najwa membalas tatapannya sendu.
"Orang miskin mau gak nebeng pakek mobil gue?" ejek Sisil sembari memegang pundak Najwa. Yah gadis itu Sisil dan kedua sahabatnya.
"Lepas!" Najwa menghempaskan tangan Sisil yang memegang pundaknya dengan erat sehingga menimbulkan rasa sakit dipundak Najwa.
"Miskin blagu." ucap Sisil yang dibalas tawaan oleh kedua sahabatnya. Najwa tak ingin bilang kesiapa siapa kalau dirinya anak dari perusahaan yang memiliki cabang dimana mana. Najwa hanya diam mendengar cacian dari Sisil.
"Apa yang lo lakukan tadi?" Sisil mendorong bahu Najwa sehingga pemilik tubuh memundurkan satu langkah. "Mempermalukan gue ditempat umum. Membiarkan gadis jelek itu pergi. Sok bijak dihadapan banyak orang." Sisil bertubi tubi mendorong tubuh Najwa sampai tubuhnya tak bisa bergerak sebab tubuhnya menempel pada dinding pembatas.
"Aku percaya bahwa apa yang aku lakukan benar."
"Hm, sok bijak lo. Lo masih belum sadar?" tangan Sisil menepuk nepuk pipi tembem Najwa. "Dunia tahu kalo lo itu lemah, lo bahkan gak bisa ngelindungi diri lo sendiri. Kenapa sok soan jadi pahlawan? Hah?" Sisil mengangkan dagu Najwa yang sedari tadi menunduk.
Dikejahuan terlihat sosok tengah melihat kejadian demi kejadian yang dialami Najwa. Rasanya ia ngeri sendiri melihatnya.
"GAK BISA JAWAB KAN LO?"
"Sesama saudara muslim kita harus saling membantu satu sama lain." jawab Najwa dengan suara bergetar.
Plak
Saat tamparan mendarat mulus dipipi Najwa saat itupula air mata jatuh membasahi pipinya. "Lo ceramahin orang yang salah." ucap Sisil lalu meninggalkan Najwa sendirian dengan gelinang air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...