Kring...kring...kring...
"Ayo cepat keburu antre nih kamar mandinya" ucap Alina terburu buru.
Sekarang dikelas Najwa waktunya olahraga sehingga mewajibkan seluruh siswa kelas berganti baju. Najwa bersama temannya yang lain sibuk mengganti pakaiannya. Hingga beberapa menit kemudian seluruh siswa sudah siap dengan pakaian olahraga ditubuhnya.
Seluruh siswa dikelas Najwa tengah berada dilapangan melaksanakan pemanasan, tak terkecuali Najwa.
"Lari mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali" seru guru olahraga. Dan dipatuhi oleh seluruh siswa.
Didalam hati banyak siswa yang menggerutu ataupun bergumam tak jelas. Terutama siswa perempuan. Mereka bilang panaslah, nanti kulitnya hitam, capek, bedaknya luntur, dan banyak lagi.
Sesudah berlari sebanyak tiga putaran semua siswa berselonjoran ditengah lapangan.
"Baik, materi kita hari ini adalah bermain basket. Jadi persiapkan diri kalian masing masing." jelas pak Samsul. "Najwa" panggilnya.
Najwa yang merasa namanya terpanggil menoleh kearah sumber suara, "iya pak" jawab Najwa.
"Kamu bisa tolong ambilkan bola basket digudang olahraga?" suruh pak Samsul yang diangguki Najwa. "Ini kuncinya" pak Samsul menyerahkan kunci gudang ke Najwa.
Najwa beranjak dari tempatnya dan ingin pergi kegudang olahraga yang berada cukup jauh dari lapangan.
"Wa, gue anterin!" Alina ingin beranjak namun ditahan dengan suara Iqbal. "Gue aja" ucapnya.
"Lo diem aja disini sambil nunggu jodoh lewat, biar gue yang nganteri Najwa" ucap Alina.
"Kenapa gk lo aja yang nunggu jodoh, gue udah ketemu. Ini lagi mau gue anterin." kata Iqbal tak mau kala.
"Udah lo disini aja, Najwa pasti gak mau jalan sama celurut soalnya bau, jijik gak pernah mandi"
Alhasil Najwa bingung, lebih baik dia pergi sendiri dibandingkan akan memilih salah satu temannya yang akan membuat teman lain kecewa. "Gak papa Najwa bisa sendiri kok" ucapan Najwa yang diangguki serempak oleh Alina dan Iqbal. "Memangnya kamu tahu gudangnya dimana?" Najwa mengangguk. Bagaimana Najwa tidak tahu sedangkan tadi dijam istirahat ia habis dari sana. Seketika ingatannya beralih pada adegan yang membuat hatinya sedikit sakit. Najwa harus benar benar melupakan adegan diatas tujuh belas tahun yang sudah mengotori matanya. Matanya terlalu suci untuk melihat seperti itu, sebab diusia Najwa yang masih dibawah tujuh belas tahun lebih tepatnya masih enam belas tahun yang tak pernah melihat hal sekonyol itu.
Najwa berjalan menyelusuri beberapa kelas yang tempatnya satu jalur dengan gudang olahraga. Sampainya didepan pintu gudang olahraga Najwa merasa tak yakin untuk masuk kedalamnya. "Kok gelap yah?" gumamnya. Dengan ragu Najwa membuka pintu dan memasuki gudang tersebut.
Ternyata benar yang dikatakan orang, sesempurna manusia pasti pernah mengalami lupa. Dan kini Najwa mengalaminya, ia lupa membawa masuk kunci gudang sehingga kuncinya masih terpasang ditempatnya.
Tak lama kemudia ada sosok cowok dengan berjalan santai menuju kearah pintu gudang. Ia melihat kunci yang masih bertengger ditempatnya. "Ceroboh" ucapnya sembari menutup pintu dan menguncinya. Cowok tersebut lamgsung pergi dengan membawa kunci gudang, sebenarnya ia tahu jika Najwa berada didalam gudang. Si cowok memang sengaja melakukan hal ini untuk menghibur dirinya sendiri. Memang cowok kejam. Biarlah.
Didalam gudang yang gelap tanpa ada pencerahan cahaya sedikitpun Najwa sudah menemukan apa yang ia cari. Najwa berjalan menuju pintu dan ingin membukanya. Namun pintu gudang tak kunjung terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...