Assalamu'alaikum,,,
Author kembali, hehe. Ternyata agak lama yah updetnya. Author menyempatkan buat nulis part ini ditengah tugas yang numpuk, jadi maklumin aja yah sayy.Kalau part ini ceritanya amburadul, gak karuan, gak masuk akal. Paksa aja buat masuk keakal, hehe.
***
Tengah malamCeklek
Rafa memasuki rumahnya dengan jalan sempoyangan. Disudut bibir Rafa terlihat sedikit berdarah, disekujur wajahnya banyak luka sembab. Tangan sebelah kiri Rafa sulit untuk digerakkan jika digerakkan akan terasa sakit. Sebab tadi ketika berantem salah satu musuhnya menghajar bertubi-tubi dibagian tangannya.
Perkelahian berhenti ketika terdengar suara sirine polisi. Jika tidak ada sirine polisi Rafa bisa-bisa binasa ditangan musuhnya. Namun yang membuat Rafa bingung, ketika semua orang sudah berhamburan pergi tak tahu kemana dan Rafa sendirian disana sebab tak kuat untuk berdiri. Mengapa polisinya tidak kunjung hadir? Apakah ini hanya tipu daya seseorang? Jika benar, Rafa akan banyak berterimakasih padanya.
Rafa sudah tak kuat lagi menahan rasa ngeri disekujur tubuhnya. Ia mendudukkan tubuhnya diatas sofa yang ada diruang tamu. Menaiki anak tangga, Rafa tidak akan sanggup melakukannya.
Pyar
Terlihat seorang wanita paruh bayah dari kejahuan tengah berdiri tak jauh dari tempat Rafa. Sari, ia terkejut melihat kondisi anaknya yang tepar diatas sofa.
Tidak mempedulikan pecahan beling yang disebabkannya, Sari sedikit berlari menghampiri anaknya.
"Sayang, kamu kenapa?" Tangan Sari ingin menyentuh luka sembab yang ada diwajah Rafa, namun Rafa dengan kasar menepisnya. "Jangan sentuh gue"
Sari hanya bisa diam, "Mama ambilin obatnya dulu" Sari beranjak dari tempatnya untuk mengambil obat di P3K.
Karena ulah Sari yang memecahkan gelas membuat semua penghuni rumah terbangun dari tidurnya. Tak terkecuali mbok Ina
"Aden kenapa? Kok babak belur semua?" tanya Ina khawatir. "Bentar mbok ambilin obat dulu" ketika Ina beranjak dari tempatnya Sari sudah datang dengan kotak obat ditangannya.
"Biar mama obatin" ucap Sari sembari melangkah lebih dekat dengan Rafa. Namun ketika Sari hendak mengobati luka Rafa, Rafa mengambil obat dari tangan Sari dengan kasar.
"Mbok tolong obati Rafa" Rafa memberikan kotak obat yang Sari ambil tadi.
"Hah?" Ina merasa tak enak dengan Sari, Ia memandang Sari mengisyaratkan untuk meminta ijin. Sari hanya tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya.
Ina mengambil ahli dan pelan pelan mengobati sembab diwajah Rafa. Sari memundurkan badannya agak menjauh dari posisi sebelumnya. Memberi ruang untuk ditempati mbok Ina.
Sari hanya manusia biasa yang pernah merasakan kecemburuan hati. Seperti sekarang ini, tidak cemburu, bohong. Sari tahu ini hanya sebatas hal kecil, tidak sewajarnya ia cemburu. Namun Sari hanya ingin bertanggung jawab sebagai seorang ibu. Dan ia sangat rindu dengan hal kecil yang pernah ia dan Rafa lakukan. Menyuapi, membelai rambutnya, mendongeng, banyak hal kecil yang dilakukan dan menimbulkan kebahagiaan walau sesaat. Namun kini sudah berubah, tak ada lagi menyuapi, membelai rambut, mendongeng, bahkan Rafa kini tak ingin disentuk sedikitpun dengan dirinya. Ibu mana yang tak sedih dengan sekenario ini semua. Sari sadar bahwa ini semua salahnya yang selalu meninggalkan Rafa disaat ia membutuhkan kasih sayang dari dirinya. Kalau memang waktu bisa diputar kembali, pasti Sari sudah akan memutar waktu dijauh jauh hari. Ah, itu hanyalah khayalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...