***
Bel masuk berbunyi beberapa menit yang lalu namun Najwa belum mengembalikan buku milik cowok tadi. Gimana mau ngembalikan, Najwa saja tidak tahu kelas yang ditempati cowok itu. Mau tanya ke temannya dia malu.Rasa bingung menyelimuti Najwa, pasalnya dia takut jika buku ini tidak cepat dikembalikan pemilik akan lebih meningkat emosinya.
'Hem'
Tidak ada pilihan lain selain bertanya ke Alina,"Alina, kakak-kakak yang tadi ketemu aku ituh nempatin kelas apa?" cicitnya.
"Siapa? Maksuda lo kak Rafa sama gengnya itu"Najwa menganggukan kepalanya.
'Jadi namanya kak Rafa'
"Untuk apa?" lanjutnya.
"Mau ngembalikan buku miliknya"
"Wa, lebih baik lo jangan dekat-dekat sama mereka, terus yah jangan sampai lo kenak bulian mereka" ujar Alina.
"Kenapa?"
"Dulu sebelum lo masuk kesekolahan ini sudah ada korban bulian, sampai-sampai dia depresi. Dia itu polos kayak lo, setiap hari dia itu selalu punya masalah, dan sering nangis. Kak Rafa sama gengnya itu seperti melampiaskan masalahnya sama siswi yang dibuli" cerita Alina sendu. Terlihat Alina tidak asing dengan sosok yang dibuli.
"Kalau boleh tahu siapa namanya?"
"Namanya Rara, dia sahabat paling dekat sama gue. Sekarang dia ada di Singapura buat berobat." Najwa tidak tahu dengan masa lalu Alina, dan juga ia tidak bisa membantu apa-apa. Yang Najwa bisa lakukan hanya memberi kebahagian.
"Maaf"
"Tidak masalah" sesekali Alina menyekang air mata yang hampir saja jatuh.
"Dimana kelas kak Rafa?"
"Sekarang dia nempat dikelas XII ips 3, dekat dengan ruang guru" jelas Alina.
"Trima kasih"
"Tapi gurunya udah ot_" belum sempat menyelesaikan ucapannya Najwa sudah berlari keluar kelas.
Diperjalanan ia mencari cari alamat kelas yang diberikan Alina. Ketika ia melewati lapangan Najwa melihat sosok yang ia cari dari tadi. Tapi keadaannya, hormat didepan tiang bendera disiang bolong kayak gini. Apa dia dihukum, pikir Najwa. Mungkin bisa jadi ini salahnya karena tidak mengembalikan buku Rafa tepat waktu. Habislah sudah.
Dengan sedikit keberanian Najwa menghampiri sosok Rafa yang menatap tajam kearahnya. Namun hati Najwa bereaksi lain, jatung yang berdetak lebih kencang tidak seperti biasanya. Meskipun setiap bertemu akan bereaksi yang sama tapi kali ini lebih kencang, apa karena Najwa akan menemui Rafa tanpa ditemani kedua temannya.
Langkah yang dihasilkan Najwa semakin dekat, dan saat itulah jantungnya menambah lebih cepat.
'Ya Allah kenapa dengan jantung hamba'
"Bismillah" gumamnya.
Dengan keberanian Najwa berucap, "Kak ini bu-kunya" Najwa menyodorkan buku milik Rafa dengan tangan sedikit gemetar.
"Telat" Rafa mengambil bukunya dengan kasar. "Gue udah dihukum lo baru dateng, ini kesalahan lo yang keduan kalinya dan gue gak akan buat hidup lo tenang."lanjutnya histeris. Najwa menelan salivinya, pikirannya kembali terngiang dengan cerita Alina tadi. Apakah dia akan menjadi korban bulian kedua?.
"Tunggu apa lagi sana pergi, gak bergunah."
Tatapan Najwa masih menunduk, ia meninggalkan Rafa sendirian disana. Entahlah habis ini bagai mana kisah hidup Najwa, Apakah dia akan seperti yang diceritakan Alina. Jangan sampai. Sekejam itukah Rafa dan komplotannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Espiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...