Bruk...
Buku yang sedari tadi berada dalam pelukan Najwa kini sudah beralih berjatuhan dilantai. Tak sengaja ia menabrak seorang gadis yang berjalan tergesah-gesah.
Sontak cewek itu berjongkok dan mengambil buku yang terjatuh.
"Maaf gue tadi gak sengaja.""Gak papa. Ehm kamu gak perlu repot-repot." kini buku sudah berpindah ahli ketangan Najwa.
"Santai, lagian ini salah gue. Eh sebentar, gue gak pernah lihat lo disekolahan ini. Lo anak baru yah?" Najwa menganggukan kepalanya dan tersenyum seramah mungkin.
"Terus lo sekarang nempati kelas apa?"
"Kelas XI IPA 2."
"Berarti kita satu kelas."
"Oh yah, Alhamdulillah."
"Kenalin nama gue Alina, nama lo?" ucapnya seraya menjulurkan tangannya.
"Najwa, salam kenal." Najwa membalas uluran tangan Alina.
Setelah berkenalan Alina mengajak Najwa kekelas. Setiap langkah tak ada kata canggung ataupun malu-malu, malahan sebaliknya. Alina adalah sosok gadis yang ramah, mudah bergaul, dan orangnya asik sehingga mempermuda Najwa untuk akrab dengannya. Mulut Alina tak henti hentinya berceloteh tentang sekolahan ini, mulai dari guru kiler, temannya si clurut dan si bucin, dan banyak lagi. Menurut Najwa mungkin berteman dengan Alina hal yang tidak buruk. Najwa tidak ingin berpilih pilih teman, meskipun penampilan Alina tidak seperti penampilannya.
Terlalu larut dalam cerita Alina sehingga mereka berdua tak sadar sudah sampai didepan kelas. Lebih tepatnya kelas yang sedari tadi Najwa cari.
Najwa membuntuti Alina dibelakangnya dan mulai melangkahkan masuk kedalam kelas.
"Assalamu'alaikum." salam Najwa."Waalaikumussalam." jawab beberapa mahasiswa, sebagian anak tidak menjawab. Mungkin karena terlarut memandangi gadis cantik dengan hijab lebarnya yang berada dibelakang Alina. Siapa lagi kalau bukan Najwa, pandangan semua mata tertuju padanya sehingga membuat Najwa merasa malu. Alina yang tahu hal itu langsung mengangkat bicara.
"Gak usah gitu kali mandanginya kayak gak pernah lihat cewek cantik aja." ucap Alina, serempak siswa bersorak padanya. Karena kaum adam merasa tersindir dengan ucapan Alina.
"Yeh lebay amat sih...gue mau ngenalin kalian kedia. Namanya Najwa siswa baru disekolah ini dan menempat dikelas kita. Ada yang mau ditanyakan?" didepan Alina serasa seperti guru yang memperkenalkan murid barunya. Ngomongin soal guru, guru sedang ada rapat saat ini sehingga semua siswa maupun siswi bebas dari tugas walaupun sesaat. "Boleh kan?" sambung Alina yang diangguki Najwa.
Salah satu siswa mengancungakan tangannya sambil berucap,"udah punya pacar belum?" spontan penghapus melayang kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Alina yang melemparnya.
"He, curut kalau mau nanya itu yang bener, misalnya asal sekolah pindahan mana? Asal kota mana? Baru berfaedah." ujar Alina.
"Kan lo tadi ngomong ada yang mau nanya, lah sekarang udah nanya dimarahin pula." bela siswa yang dipanggil Alina curut. Gak masalahkan jika seseorang membela dirinya sendiri?.
Alina ingin menimpali ucapan curut namun ditahan oleh Najwa. Dia tidak mempermasalahkan sekali dengan pertanyaan yang dilontarkan si siswa. Alina yang paham gerak gerik Najwa langsung terdiam.
"Najwa tidak pacaran." jawabnya penuh dengan keramahan.
"Kenapa?" tanya salah satu siswa lain.
"Gak dibolehin yah sama orang tua." yang lainnya ikut menimpali. Namun Najwa tersenyum sekilas.
"Itu salah satunya, tapi yang paling penting dilarang sama Allah. Kenapa kita harus mencari yang tidak pasti sedangkan Allah sudah mempersiapkan yang sudah pasti." jawab dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...