Ditempat lain ada seorang yang masih berada disekolah, lebih tepatnya ditengah lapangan. Siapa lagi kalau bukan Rafa. Hari ini adalah jadwal ekstra basket sehingga membuat Rafa tidak pulang tepat waktu. Menurut Rafa basket adalah hobinya dan balap motor adalah statusnya.
Dulu Rafa tidak seperti ini, balap motor, pulang malam, hingga berani berbicara kasar sama orang tua. Dulu Rafa memiliki sifat pendiam, penurut, sayang sama orang tua. Namun, kondisilah mendorong ia berubah menjadi seperti sekarang ini.
"Guys gue punya berita nih" ucap Aldi sembari mengajak ketiga sahabatnya duduk bersama dirinya.
"Ada apa?"
"Geng motor sebelah nantang kita buat balapan nih, terutama buat Rafa. Gimana diterima gak?"
"Gue terima" jawab Rafa percaya diri. "Mal, gue pinjam motor lo yah?"
"Oke"
"Tapi nanti malam gue gak ikut dulu yah soalnya mama gue udah pulang" ujar Fadli.
"Oh, baiklah"
Seluruh siswa yang mengikuti ekstra basket membereskan barangnya masing-masing sebab sudah waktunya pulang.
"Bro gue pulang dulu yah" pamit salah satu teman Fadli sembari menepuk bahahunya.
"Wokke"
Fadli berjalan menuju parkiran. Dinaikilah motor ninja miliknya. Fadli mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang hingga sampai dirumahnya.
Terlihat rumah bernuansa putih, bertingkat tinggi, namun memiliki taman yang kecil.
Ceklek
"Kenapa baru pulang sayang?" ucap wanita paruh baya dari belakang tubuh Fadli.
"Mama..." Fadli menghampiri Rosa -mama Fadli- dan memeluknya. "Fadli kangen" lanjutnya.
"Masak ditinggal dua hari saja udah kangen."
Kedua orang tua Fadli memang sibuk, misal papanya memiliki pekerjaan diluar kota pasti mamanya ikut buat ngurusin dan Fadli ditinggal sendiri bersama asisten rumah tangga. Namun berbeda dengan Rafa, Fadli hanya ditinggal beberapa hari sehingga tidak membuat dirinya seperti salah satu sahabatnya, Rafa.
Sedangkan Rafa ditinggal kerja hingga berbulan bulan bahkan sampai bisa bertahun tahun, sebab itu yang membuat dirinya seperti sekarang ini.
"Mulai deh manjanya, yang sini dianggurin" ujar Rahman -papa Fadli- ketika ia selesai menuruni anak tangga.
"Papa mau kemana?" tanya Rosa yang melihat suaminya berpakaian rapi.
"Mau ada rapat dulu, jadi nanti pulangnya agak malam"
"Ya, sudah papa berangkat dulu, Assalamu'alaikum" Rosa mencium tangan Rahman diikuti dengan Fadli.
"Waalaikumussalam"
Ketika Rosa sudah duduk diatas sofa diruang keluarga disaat itulah Fadli menjadikan paha Rosa sebagai bantal.
Fadli bersyukur dilahirkan dikeluarga ini, ia merasa sangat disayang apalagi Fadli anak tunggal.
"Ma!"
"Ia sayang" Rosa membelai rambut halus milik Fadli.
"Ma, bagaimana kalau Fadli melamar cewek yang Fadli suka diumur saat ini? Apa mama mensetujui?" tanya Fadli tiba-tiba.
"Sama siapa? Kalau mama setuju-setuju asal dia masuk dalam kriteria mantu idaman. Soalnya mama hanya punya satu mantu dan dia bakalan jadi satu-satunya mantu yang akan mama banggakan. Gimana sih ceweknya? Sampai-sampai buat anak tunggal mama ini kesemsem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...