Bismillahhirrahmanirrahim
SELAMATMEMBACA 🎉🎉🎉
****
Jam 12 MalamSeusai lomba balap motornya Rafa kembali kerumah. Namun sampai didepan rumah ia berfikir, mengapa mobil papa sama mamanya ada digarasi? Apakah mereka sudah pulang?
Cklek...
Rafa membuka pintu perlahan dan pasti, kan benar apa yang dipikirkan Rafa ternyata menjadi kenyataan. Sepasang mata menatapnya tajam siapa lagi kalau bukan Hendri -papa Rafa-. Dan Sari -mama Rafa- memandangnya sendu.
"Nak kamu dari mana saja?" tanya Sari dengan karakternya yang lemah lembut. Sari menghampiri Rafa dan menggapai tangannya namun tangan mamanya ia tepis begitu saja.
"Kamu tahu sekarang jam berapa? Kenapa baru pulang? Dari mana saja kamu?" bentak Hendri.
"Bukan urusan kalian" Rafa berjalan meninggalkan mereka tiba tiba...
Plak
Seketika tamparan mendarat dipipi kanan Rafa. Siapa lagi kalau bukan papanya yang menamparnya.
"Papa, apa yang papa lakukan?" tanya Sari ditengah isakannya. Yah, sedari tadi wanita paru baya dengan balutan hijab syar'inya tak henti hentinya menangis. Bukan menangis karena dicuekin sama anaknya tapi karena ia sebagai orang tua tidak becus mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh ataupun baik akhlaknya.
"Biarin aja ma, anak yang gak sopan ini pantas menerimanya" ucap Hendri penuh amara, "jadi ini kelakuanmu selama papa sama mama gak ada? Sering keluar rumah malam-malam? Dan dimana sekarang sopan santunmu nak?" lanjutnya.
Yang tadi Rafa berjalan kini berhenti dan mengatakan, "Apa yang terjadi pada diriku itu semua karena kalian." ucap Rafa penuh penekanan. "Kalian masih ingat rumah ini? Anak malang yang tinggal dirumah ini? Kufikir kalian sudah lupa. Dan satu lagi, kukira kalian sudah tiada." lanjutnya langsung bergegas pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang mematung tak percaya dengan ucapan Rafa barusan.
Didalam kamar semua benda yang tadinya rapi kini tergeletak tak karuang diatas lantai. Semua amarah ia lampiaskan dengan benda benda yang ada didekatnya.
Bisakah hati ini menjadi cair? Menerima takdir yang telah ditentukan? Apakah bisa rasa benci ini menjadi musna? Rafa tak tahu dengan harus menjawab apa.
Ketika Rafa memandang kedua orang tuanya rasa benci semakin meningkat. Namun ketika Rafa tidak menemui mereka rasanya mereka sudah melupakan dirinya. Rafa sekarang berada dalam keadaan bimbang.
Kenapa dia tidak bisa melupakan masa pahitnya dan bahagia bersama kedua orang tuanya. Tidak semuda itu Rafa melapakan kejadian kesendiriannya.
Ditinggal kedua orang tua untuk bekerja diluar kota disaat menginjak masa remaja, saat saat itulah seseorang ingin belahan kasih sayang dari kedua orang tua. Curhat berdua bersama ibunda, tidur dipangkuannya. Tertawa, bercerita bersama keluarga, hanya itu yang Rafa inginkan tidak lebih.
Hendri memiliki banyak cabang diluar kota sehinga dia harus bolak balik mengecek keluar kota dan Sari menemani suaminya ketika bekerja sehingga meninggalkan Rafa malang sendirian dirumah besarnya.
Tak tahu dorongan dari mana tiba tiba Rafa duduk termenung dibalkon kamarnya, menatap banyaknya bintang bintang dilangit.
"Bulan, lo beruntung selalu ditemani banyak bintang"
***
Matahari sudah mengintipkan sosoknya disebelah timur. Pukul enam pagi Rafa terbangun dari tidurnya karena cahaya yang masuk disela sela cendelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diamku
Tâm linhبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم Disinilah tempat ia menunggu, menunggu ditepi hatinya. Menanti cela itu terbuka untuk diri yang tak mungkin bisa bertahtah. Tak lama cela itu terbuka, namun bukan untuk dirinya. Yah, cela itu untuk orang lain yan...