TIGA

126 16 0
                                    

     "Apa anda harus menelpon saya sepagi ini?" Tanya seorang laki-laki dengan kesal kepada seseorang ditelepon. Ia melirik jam diponselnya. Pukul 07.30. Lalu kembali menempelkan ponselnya ketelinga.

     Lelaki itu turun dari kasurnya sambil memijit pelipisnya. Kepalanya masih sedikit pusing. Ia pulang larut malam lagi bersama teman-temannya. Kali ini ia minum wine terlalu banyak sampai membuat kepalanya sangat pusing.

       Perlahan ia berjalan mendekati jendela dan membuka tirainya dengan kasar. Sinar matahari pagi menyilaukan matanya. Lelaki itu memiliki bola mata hitam bulat yang tajam dan berwajah dingin dengan kulit sedikit pucat. Dia memiliki rambut dan alis berwarna hitam kecokelatan yang menunjukkan sisi ketampannya.

     Mendengar jawaban seorang lelaki dari seberang sana membuatnya mengacak-acak rambutnya. "Oh sial. Sulit dipercaya, kenapa mama saya bisa mempekerjakan orang yang nggak becus seperti anda. Yasudah saya akan kesana... Ya. Jika hal ini terjadi lagi saya nggak akan segan-segan memecat anda. Mengerti??"

     Setelah itu ia langsung menekan simbol merah dilayar ponselnya lalu melemparnya keatas kasur. Oh sialan. Kenapa aku selalu terlibat dengan orang-orang yang menyebalkan. Katanya merengut. Ia langsung berjalan ke kamar mandi dikamarnya.

     Setelah selesai mandi dan bersetelan kemeja hitam rapi, ia turun kebawah untuk sarapan. Ternyata ibunya sudah menunggunya dibawah. Ibunya tersenyum saat menyadari kedatangannya.

     "Akhirnya kamu turun juga, Nak. Mama udah nungguin kamu dari tadi untuk sarapan bersama". Ujar bu Salma pada anak laki-lakinya, Araafi Kurniawan.

     “Rafi kesiangan karena kecapean, Ma. Kata Araafi mengambil posisi duduk di samping ibunya. Ia mengambil sehelai roti diatas meja makan.

     "Kamu pulang larut malam lagi? Emang kemana sih?" tanya Bu Salma.

     Araafi mengoles selai cokelat di roti diatas piringnya. "Rafi ada acara bersama teman-teman." jawabnya acuh tak acuh.

        "Acara apa? Apa lebih penting dari janji kamu sama Mama?"

        Araafi tidak lupa janjinya untuk pulang kerja lebih awal. Sore itu saat ia ingin pulang kerumah, ia mendadak menepikan mobilnya di tepi jalan. Matanya berkilat marah ke arah ponsel yang sedari tadi di genggamnya. Lagi-lagi ibunya mengirimnya pesan untuk segera pulang. Ada tamu istimewa yang datang ke rumahnya sore itu. Tentu saja tamu istimewa yang dimaksud ibunya adalah calon istrinya, seorang gadis yang akan dijodohkan dengannya. Calon istri? Pernikahan? Geramnya didalam hati.

        Ia belum memikirkan untuk menikah di usianya yang masih tergolong muda saat ini, meskipun menurut oranglain tidak terlalu muda. Tapi menurutnya umur 26 tahun masih umur yang masih tergolong muda. Ia masih ingin menikmati kebebasan di usianya saat ini. Setelah membaca pesan dari ibunya, Ia mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah dan langsung menemui teman-temannya di club.

      "Oh iya, Rafi baru ingat kalau mama mau mengenalkan Rafi dengan anak teman Mama itu kan?" tanyanya tanpa menatap wajah ibunya. Ia masih sibuk mengoleskan rotinya dengan selai.

        Bu Salma menggeleng tak percaya. "Mama tau kamu pura-pura lupa. Kamu sengaja mereject panggilan Mama. Pesan Mama juga udah kamu baca, kan?" tanya bu Salma kesal.

        Araafi tidak berkomentar. Ia kembali mengambil sehelai roti lagi dan meletakkannya diatas roti yang sudah dioleskan dengan selai.

        "Jadi benar, teman-teman kamu lebih penting dari Mama? Begitu, Rafi?" desak bu Salma.

        Araafi menghela nafas. Ia menghentikan gerakannya dan menatap ibunya. "Ma, please. Rafi nggak mau berdebat dengan Mama saat ini." katanya berusaha merendahkan suaranya.

Senja Yang Hilang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang