PART 11

42K 2.4K 16
                                    

Brukk..

Winda berlari ke arah Lau yang tak sadarkan diri disusul oleh teman-temannya yang lain. Teman-temannya langsung mengerubungi Lau dan ada yang pergi untuk memberitahu guru.

Winda menepuk pipi Lau pelan, "Lau.." panggil Winda.

Dara dan Salsa yang melihat pun sontak berputar balik untuk ikut melihat Lau yang usdah tergelak lemas itu. Sam yang melihat Lau pingsan pun kemudian berlari ke arah kerumuan itu, "Awas!" ucap Sam kepada dua siswi yang menghalangi langkah Sam.

"Yaampun darah!" ucap Dara saat melihat hidung Lau yang mengeluarkan darah segar nan merah itu. Bibir Lau memucat juga nafas yang tak teratur.

"Awas" ujar Sam dan kemudian menggendong Lau dan membawanya ke UKS, banyak siswa maupun siswi yang menatap kejadian itu apalagi sepanjang koridor menuju UKS banyak kakak kelas yang terang-terangan menatap ke arah Lau dengan tatapan tidak suka namun Sam tidak peduli.

Sampai di UKS Sam menidurkan Lau dan menyuruh siswi yang menjaga UKS untuk memberikan pertolongan utama kepada Lau namun ketiga siswi itu hanya diam menatap kagum Sam dan Sam jengah melihatnya.

"Gue bakal bikin perhitungan kalo sampai kalian diem ga guna kaya gitu" ucap Sam kemudian keluar UKS. Seketika ketiga siswi penjaga UKS itu kemudian mendekati Lau dan membantu membersihkan hidung Lau yang mengeluarkan darah.

"Lo mau kemana?" tanya Salsa saat melihat Sam keluar dari UKS.

"Ganti baju sekalian ambil minum buat Lau" jawab Sam kemudian melanjutkan langkahnya tanpa peduli panggilan dari Salsa.

"Ish.. Tu orang bener-bener ya baik cuman sama Lau aja. Orang gue mau ngasi tau gausah ambil minum atau segala toh bang Gevin juga nanti kesini" gerutu kesal Salsa.

***

"Kalian bisa keluar gak?" ucap seseorang yang tak lain adalah Gevino diikuti oleh satu orang dokter yang tadi Gevin telpon untuk segera ke sekolahnya karena Lau yang pingsan.

Dan tanpa bantahan apapun semuanya kekuar termasuk Winda, Salsa dan juga Dara.

Di dalam dokter sedang memeriksa kondisi Lau seraya mengelap hidung Lau yang kotor oleh darah. Gevino tengah sibuk menghubungi keluarganya, tepatnya Ayahanya.

"Halo" ucap orang yang baru saja mengangkat panggilan Gevin.

"Yah, Lau pingsan lagi. Apa perlu Gevin bawa Lau ke rumah sakit? Tapi dokter Angga udah periksa Lau" ucap Gevin.

"Kenapa bisa pingsan Vin? Apa dia ikut olahraga?" tanya Alvino dengan nada khawatir.

"Sepertinya gitu Yah, soalnya Lau pake baju olahraga"

"Ayah kesana sekarang"

Tutt.. Panggilan berakhir dengan sepihak. Gevino menghela nafas melihat adik bungsunya yang masih di periksa oleh dokter pribadi keluarga mereka.

Dokter Angga berbalik menghadap Gevin, "Seperti biasa saat Lau lelah pasti begini" ucapnya kemudian mengambil sesuatu di atas meja yang ada di UKS tersebut kemudian menyuntikan cairan yang berisi vitamin ke lengan kanan Lau.

"Dia terlalu ngeyel Dok, udah di bilangin berapa kali juga tetep kekeuh sama apa yang dia mau" ucap Gevin.

"Sepertinya kita harus bawa ke rumah sakit" ucap Dokter Angga.

"Oke" jawab Gevin kemudian mengangkat Lau dan berjalan meninggalkan UKS. Di luar ada sahabat Lau yang menatap ke arah Lau dengan cemas dan Sam yang datang sambil membawa teh hangat hanya diam memperhatikan Lau yang di angkat oleh kakak kelasnya itu.

***

"Ayah.." ucap Lau lirih sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Adek, Alhamdulillah udah sadar. Masih pusing? Mau apa bilang sama Mami" ucap Ara tergesa sekaligus senang melihat putri bungsunya yang sudah sadar.

"Mamii.." Lau memanggil Ara dan Ara mendekat kemudian dengan cepat Lau memeluk erat Ara.

Setetes air mata jatuh di pipi Ara, dirinya sedih melihat sang putri yang tidak seperti anak lainnya yang bebas melakukan segala hal tanpa ada resiko. Jika bisa Ara ingin penyakit yang ada diri Lau berpindah padanya namun itu tidak mungkin karena takdir harus menakdirkannya pada Lau.

"Mami kenapa nangis? Adek gapapa ko" ucap Lau dengan nada lemas.

"Maafin Mami sayang.." Ara mencium Lau berkali-kali seolah dirinya mempunyai kesalahan besar kepada putrinya itu. Semua orang tidak ingin mempunyai penyakit, begitu juga dengan Lau. Namun takdir Tuhan berbeda dari keinginannya dan Lau pun masih bersyukur karena penyakitnya tidak separah orang yang ada di luar sana.

Lau menggeleng di pelukan Ara, "Ini bukan salah Mami" ucapnya kemudian.

"Mami gerah" ucap Lau.

Ara tersenyum, "Rambut kamu udah panjang apalagi ga di iket gini pasti gerah. Lagian tadi Dokter Angga suruh Mami buka iketan rambut kamu, katanya takut kamu pusing" ucap Ara menjelaskan.

"Engga Mi, adek ga pusing" ucap Lau menyakinkan, "Ayah mana?" tanya Lau kemudian.

"Yaudah sini balik badan, Mami iketin lagi rambutnya" ucap Ara dan Lau berbalik membelakangi Ara dengan gerakan lamban karena tubuhnya masih sangat lemas, "Ayah lagi ke depan urus administrasi dulu"

Lau menunduk, "Maafin adek ya Mi. Gara-gara adek Mami sama Ayah keluar banyak uang, padahal uangnya bisa di pake buat keperluan yang lain. Coba aja ad--"

"Sst.. Ga boleh ngomong gitu, ini bukan salah adek. Ayah sama Mami ingin adek sehat seperti yang lain dan hal apapun bakalan kami lakuin buat itu sayang" ucap Ara mengelus rambut Lau dengan lembut dan meneruskan kembali merapihkan rambut Lau.

Lau hanya menghela nafasnya dan Ara malah memikirkan perkataan Lau. Lagi-lagi nalurinya sebagai seorang Ibu bekerja, tak tega melihat putri satu-satunya sakit barang hanya sakit biasa apalagi sekarang Lau sakit dan sakit itu bukan kategori sakit biasa. Hah...

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa vote dan coment yaa💖

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang