PART 27

32K 1.9K 42
                                    

Happy Reading

Di dalam mobil hanya ada keheningan. Setelah pemberitahuan yang membuat mood Lau rusak membuatnya terus memikirkan itu tanpa ada hal lain yang terlintas di pikirannya. Mempunyai anggota baru bagaimana rasanya? Apalagi jika yang menjadi adiknya nanti adalah seorang perempuan. Akankah kasih sayang orang tuanya terbagi?.

"Dek, kenapa?" tanya Leon kepada Lau yang duduk di sebelahnya. Lau hanya diam, masih terfokus pada lamunanya.

"Mungkin ga denger, coba sekali lagi" titah Saga yang mengendarai mobil. Kebetulan hari ini Gevino, Leon dan Lau diantar oleh Saga atas paksaan Saga.

"Dek!" panggil Leon lagi dan Lau hanya diam melihat ke arah luar jendela.

"Melamun dia" gumam Gevino yang melihat adiknya tak kunjung menyahuti panggilan Leon.

"Lau!" sentak Leon seraya menggoyangkan bahu adik kembarnya itu.

Lau tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah Leon dengan tatapan bertanya, "Ah.. Iya?"

"Kamu ngelamunin apa si?"

"Hah? Siapa yang melamun? Orang aku cuma liatin jalan"

"Terus kalo bukan melamun apa? Kamu dipanggil ga nyaut-nyaut dek!" bentak Leon.

"Maaf Babang.." Lau menundukan kepalanya seraya memainkan jemarinya.

Leon melihat ke arah depan fi sana ada Gevino yang berkata tanpa suara agar Leon meminta maaf kepada Lau.

Leon memeluk Lau, "Maaf Babang bentak Adek" ucapnya kemudian.

Lau tidak membalas pelukan Leon, "Gapapa" jawabnya.

Lima belas menit kemudian mereka telah tiba di SMA Geraldi. Setelah mobil berhenti tepat di depan gerbang, Lau langsung membuka pintu tanpa berpamitan kepada ketiga abangnya. Biasanya tanpa pernah lupa ataupun tertinggal Lau selalu mengecup pipi abangnya ketika ingin masuk ke sekolah tapi berbeda dengan sekarang.

Leon sangat tahu dan hafal dengan tingkah kembarannya itu. Sebagai kembaran tentunya Leon dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Lau. Hal yang dikatakan Alvino menganggu pikiran Lau itulah alasan yang Leon ketahui yang menyebabkan perbedaan tingkah Lau pagi ini apalagi seluruh anggota keluarganya sudah setuju. Dan apapun yang membuat Lau seperti itu membuat Leon juga membencinya. Ia sangat menyanyangi kembarannya, belahan jiwanya dan separuh nyawanya. Dari mulai didalam perut sang Mami mereka sudah bersama dan sampai kapan pun akan tetap bersama.

Sakitnya Lau juga sakitnya Leon. Senang dan sedihnya Lau juga Leon rasakan. Leon berfikir, Ayah dan Maminya sudah lama menjaga Lau dari mulai kecil hingga sebesar ini tapi mereka tidak peka apa yang diingin dan tidak inginkan Lau.

"Udah tau Lau pemikir malah mau ngelakuin hal yang gak dimau sama Lau. Aneh!" ucap Leon dihadapan Gevin dan Saga.

"Maksudnya apa?" tanya Saga heran dengan perkataan Leon.

"Kalian gak cukup peka mengerti Lau" jawab Leon kemudian bergegas meninggalkan keduanya.

"Ngerti apa?"

Saga hanya menggidikan bahunya tanda tak tahu.

oOo

Lau dan kedua abangnya baru saja pulang dari sekolahnya, saat sampai di halaman rumahnya terdapat 5 mobil yang Lau tau bahwa itu mobil milik keluarganya. Sepertinya keluarganya akan mendiskusikan soal pengangkatan anak yang dibicarakan Alvino tadi pagi.

"Dek, ayo masuk!" ajak Leon kepada Lau.

Lau mengangguk lalu melangkahkan kakinya mengikuti kedua abangnya itu.

"Mau ngomongin tentang angkat anak itu ya?"

Gevin yang sedang berjalan di sebelah Lau mengangguk, "Kayaknya si iya"

Lau menghela nafas dengan berat mendengar hal itu.

"Eh.. Anak-anak Mami udah pulang. Dijemput Pak Bim kan?" tanya Ara yang kebetulan melihat ketiganya.

"Iya Mi" jawab Leon setelah mencium punggung tangan Ara.

"Yaudah sekarang naik ke atas ganti baju, terus ke bawah lagi ya. Makan" titah Ara.

Leon dan Gevin mengangguk sedangkan Lau hanya diam menatap Ara.

"Adek, kenapa liatin Mami kayak gitu?" tanya heran Ara.

Lau yang sadar hanya menggeleng dan langsung berjalan menaiki tangga untuk sampai di kamarnya.

"Adek kenapa?" tanya Ara kepada Gevino dan Leon.

"Gatau Mi. Dari pagi begitu" jawab Gevino

"Babang tau ga Adek ken--"

Leon menggidikan bahunya, "Mami yang tau pasti alesannya" gumamnya.

Ara serta Gevino menatap heran ke arah Leon.

"Aku ke atas dulu" ucap Leon lalu meninggalkan Mami dan abangnya itu.

Leon sampai di atas. Namun saat ingin masuk ke kamarnya, Ia mendengar suara isakan dari arah kamar Lau. Karena penasaran, Leon berjalan menuju ke kamar Lau dan dibukanya pintu berwarna hitam itu.

Terlihat Lau yang sedang duduk di atas tempat tidurnya sembari menelungkupkan kepalanya di atas kedua lututnya. Lau belum menyadari kehadiran Leon di kamarnya itu. Leon menatap Lau dengan tatapan sendu, belum apa-apa adik kembarnya itu sudah seperti ini, bagaimana nanti.

Leon yang mendengar isakan Lau yang sepertinya semakin berat segera mendekati Lau, "Dek!" panggil Leon.

Lau mengangat kepalanya menatap Leon dengan nafas yang sedikit tersendat. Tanpa sadar Lau memegang dadanya yang serasa sakit, membuat Leon khawatir.

"Dek, kenapa? Jawab Babang!" desak Leon kepada Lau.

"Sa-- kit" jawab Lau terbata.

"Tarik nafas pelan-pelan dek, jangan nangis. Abang panggil Mami dulu" Leon dibuat khawatir dengan keadaan Lau yang sepertinya semakin kesakitan akibat sesak nafas, dirinya segera keluar dan memanggil Ayah serta Maminya.

"Kenapa Bang?" tanya Ara khawatir.

"Tolongin Adek Mi" ucap Leon memohon dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Alvino berlari memasuki kamar anak bungsunya itu dan dirinya langsung melihat Lau yang sedang memegangi dadanya menahan rasa sakit serta dengan mulut terbuka.

"Adek, Yaallah nak!" Ara berteriak histeris melihat keadaan Lau yang tidak bisa dikatakan baik itu. Alvino segera membawa Lau ke bawah untuk dibawa ke rumah sakit.

Di bawah, semua keluarganya khawatir melihat keadaan Lau yang sedang ada dalam gendongan Alvino. Lalu mereka semua bergegas menyusul Alvino ke rumah sakit.

Jangan lupa vote dan comentnya yaaa
Maaf gabisa cepet2 update cerita ini, makasih yang udah jadi pembaca setia serta sabar nungguin cerita ini. Thx uuuu💓

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang