Your words in my head, knives in my heart.
You build me up and then I fall apart.
'Cause I'm only human.ㅡHuman, Crhistina Perri
"Jun, kita mau kemana? Kamu udah gila ya? Pelanin mobilnya."
Ucapan Shinta dihiraukan oleh Arjuna. Laki-laki itu tetap melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Padahal jalanan siang itu tidak bisa dibilang lengang.
"Juna!"
Tepat saat Shinta sedikit berteriak, Arjuna menghentikan mobilnya secara mendadak. Bahkan Shinta hampir terpental ke depan kalau saja ia tidak mengenakan sabuk pengaman.
"Kamu udah berani bentak aku?!" Arjuna menatap tajam ke arah Shinta.
Dan kali ini, Shinta memberanikan diri untuk balas menatap. "Kamu kenapa sih, Jun? Tadi itu cuma masalah sepele, tapi kenapa kamu sampai kaya gini? Aku selalu memprioritaskan kamu, bahkan aku rela ninggalin pertemuan penting demi kamu. Kurang apalagi, Jun?" Suara Shinta bergetar, matanya memerah menahan tangis.
"Oh ya? Jadi kamu pikir selama ini aku ngga pernah berkorban untuk hubungan kita? Iya?"
"Aku ngga bilang kaya gitu, aku cuma minta dihargai. Aku minta ruang buat urusanku sendiri. Ngga banyak, Jun. Cuma buat urusan pekerjaanku aja. Apa itu salah?"
Arjuna menggeram tertahan. "Turun."
"Juna."
"Aku bilang turun!"
"Kamu egois, Jun."
Arjuna mengambil handphone milik Shinta yang tergeletak di bawah, lalu melemparnya ke arah perempuan itu. Benda berwarna hitam persegi panjang itu hampir mengenai wajah Shinta kalau saja ia tidak sigap menangkap.
Shinta kembali menoleh ke arah Arjuna selama beberapa saat. Laki-laki itu kini tengah menatap lurus ke depan. Setelah itu, Shinta membuka pintu mobil dan turun dari mobil milik Arjuna.
Beberapa saat setelah Shinta turun, Arjuna benar-benar melajukan mobilnya meninggalkan Shinta.
Rasanya, semua hal yang di lakukan Shinta selalu salah di mata Arjuna. Bahkan masalah kecil sekali pun bisa membuat Arjuna semarah ini hingga tega meninggalkannya di jalan.
Awal masalahnya hanya karena Shinta membalas pesan dari Lea. Hanya pesan dari adik sepupunya, bukan laki-laki lain.
Shinta memutuskan untuk mencari taxi. Dan beruntungnya, tidak memerlukan waktu lama, ada taxi yang lewat.
Shinta harus kembali ke kantor Arjuna terlebih dahulu untuk mengambil mobilnya. Barulah setelah itu ia akan ke butik.
Kalau kalian bertanya apa yang dirasakan Shinta saat ini, jawabannya tidak tahu.
Shinta benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya. Ia hanya merasa sudah terlalu biasa dengan perlakuan Arjuna hingga rasanya, menangis adalah sebuah kesia-siaan.
Jauh dari dalam lubuk seorang Aruna Shinta, ia ingin pergi sejauh-jauhnya dari seorang Arjuna. Namun banyak hal yang menahannya, menariknya agar tetap bertahan disana. Salah satunya alasan klasik mengenai rasa cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfiction[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019