36 | Drown in Pain

2.5K 285 35
                                    


We were always meant to say goodbye,
even with our fists held high.
It never would have work out right.
We were never meant for do or die.

ㅡAlready gone, Sleeping at Last.







Setelah dua minggu menginap di rumah sakit, Shinta akhirnya diperbolehkan untuk pulang hari ini. Namun ada yang membuat orang tua Shinta kalang kabut, Shinta tiba-tiba meminta untuk dipertemukan dengan Arjuna.

Mereka tidak bisa beralasan apa-apa lagi. Bahkan tidak bisa membuat Shinta mau menunggu sampai besok. Shinta terus bersikeras ingin bertemu Arjuna hari ini. Ia bilang, ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Arjuna sesegera mungkin.

Dan memang, cepat atau lambat, Shinta harus tahu. Orang tua Shinta memutuskan untuk meminta tolong pada Rama karena Rama dan Lea yang tahu letak persis makam Arjuna mengingat mereka ikut datang ke pemakaman waktu itu.

Maka, disinilah Shinta sekarang, berjalan dengan penuh kebingungan di samping Rama menyusuri jalan yang di kanan kirinya diisi oleh batu-batu nisan. Matahari masih bersinar dengan terangnya, meski cahayanya sudah mulai berubah menjadi keemasan.

"Ram, kita mau ngapain kesini?" Tanya Shinta.

Rama menoleh sebentar. Tangangannya menggenggam tangan Shinta, mengajak berjalan agak lebih cepat. Ia belum bersuara sejak tadi.

"Ram."

"Kamu mau ketemu Juna kan? Dia ada di sini."

"Maksudnya?" Shinta semakin terlihat bingung.

Rama kembali mengajak Shinta untuk melangkah. Ia berhenti di samping sebuah makam yang masih terlihat baru. Rumput-rumput di sekelilingnya bahkan hanya tumbuh sedikit.

"Ini Juna."

Shinta mengalihkan pandangan dari Rama dan beralih menatap gundukan tanah yang ditunjuk oleh Rama. Rama bisa melihat dengan jelas perubahan raut wajah dan gesture yang Shinta tunjukkan. Perempuan itu terlihat sangat terkejut, bahkan langsung mematung. Matanya terpaku pada nisan bertuliskan nama Arjuna di hadapan mereka.

Kaki Shinta terasa lemas tiba-tiba. Ia hampir limbung kalau Rama tidak memeganginya. Suara tangisan tertahan mulai terdengar. Menghancurkan sunyinya tempat itu.

"Juna." Lirihnya. "Kenapa ngga ada yang bilang sama aku?" Ada rasa kecewa bercampur marah di dalam nada pertanyaan itu.

Rama sudah tahu sejak awal jika ia akan kembali melihat Shinta yang hancur seperti hari-hari sebelumnya ketika memutuskan untuk mengajaknya kemari. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menarik tubuh Shinta lebih dekat dan memeluknya. Tangis Shinta semakin pecah di pelukan Rama. Tubuh perempuan itu bergetar hebat, lalu merosot jatuh hingga membuatnya berakhir dengan bersimpuh di samping makam Arjuna, bersama tubuh Rama yang masih merengkuh.

"Juna bunuh diri setelah dia nusuk kamu." Ujar Rama, dengan suara pelan.

Kecewa, sedih, merasa bersalah, semuanya bercampur menjadi satu. Membuat Shinta tidak lagi bisa menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini. Semuanya terlalu membingungkan baginya. Semuanya terlalu tiba-tiba, akal sehatnya tidak bisa menyerap kejadian demi kejadian yang ia alami sendiri.

Ia kecewa karena semua orang menyembunyikan kejadian ini darinya selama dua minggu. Ia sedih karena Arjuna harus berakhir seperti ini. Dan ia merasa bersalah karena dirinya adalah penyebab utama Arjuna melakukan bunuh diri. Dari semua perasaan itu, rasa bersalah adalah yang paling mendominasi. Perasaan bersalah itu seolah memojokannya.

OCEAN OF PAIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang