🚫This part containts a lot of harsh words and curses.***
Atensi Rama teralih ketika layar ponselnya yang berada di meja tidak jauh darinya tiba-tiba menyala. Laki-laki itu menghentikan kegiatannya, memanggil salah satu barista untuk menggantikan pekerjaannya. Sementara dia mundur ke belakang sembari membawa ponselnya. Mengecek, siapa yang mengiriminya pesan.
Ram, tolong.
Rama mengerutkan dahi, nama yang tertera di layar benar-benar Shinta, dan perempuan itu meminta tolong kepadanya.
Rama memutuskan untuk membalas pesan itu terlebih dahulu, bertanya ada apa dan dimana posisi Shinta saat ini.
Beberapa detik berlalu dengan lambannya, namun tidak ada balasan yang masuk.
Khawatir, Rama akhirnya menelepon. Namun tidak diangkat. Pukul 08:36 adalah terakhir kali perempuan itu online, yang artinya tepat sesaat setelah pesan itu dikirim.
Rama semakin dibuat bingung serta khawatir. Dia menelepon ke nomor Shinta sekali lagi, dan tetap tidak diangkat. Rasa khawatir itu semakin mendesaknya. Otaknya berkecamuk. Membentuk pikiran-pikiran buruk.
"Cas, titip kedai. Nanti lo tutup sekalian, kayanya gue ngga bakal balik lagi. Nih kuncinya."
Lucas, salah seorang bartender disana menangkap kunci yang dilempar Rama dengan ekspresi bingung. Pasalnya, Bosnya itu terlihat sangat tergesa-gesa dan gelisah. Sangat bukan Bos yang biasa dia lihat setiap harinya.
Rama adalah sosok orang yang sangat tenang, maka ketika melihat Rama yang penuh kegelisahan seperti ini, Lucas tentu penasaran. "Mau kemana, Bos?" Tanya laki-laki bermata belo itu.
"Gue ada urusan. Gue pergi." Hanya itu jawaban yang diberikan Rama, sebelum akhirnya berjalan tergesa keluar kedai. Laki-laki itu melanjutkan langkahnya dengan berlari ke mobilnya karena hujan yang belum juga berhenti sejak sore tadi.
Sesampainya di mobil, Rama terdiam selama beberapa saat. Berpikir, dimana kemungkinan Shinta berada saat ini. Ingatan tentang bagaimana pertama kali dia melihat Arjuna bertindak begitu kasar kepada Shinta kembali terlintas di otak Rama.
Rama semakin dibuat kalut, bisa saja Shinta meminta tolong karena Arjuna melakukan sesuatu terhadapnya.
Tanpa pikir panjang, Rama langsung mengendarai mobilnya menuju ke rumah Shinta. Salah satu tempat dengan kemungkinan terbesar Shinta berada saat ini. Rama memang tidak benar-benar yakin, dia hanya mengikuti insting.
100km/jam di tengah jalanan yang licin dan pandangan yang lumayan sulit akibat hujan lebat, Rama seperti sedang mengendarai mobilnya di sirkuit formula satu. Menelisip di tengah-tengah dua mobil, menyalip sana sini, bahkan menerjang lampu merah.
Dua puluh menit normalnya, berhasil dipangkas menjadi hanya sepuluh menit perjalanan. Laki-laki itu kini sudah sampai di depan rumah Shinta.
Ketika melihat dua mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah mewah itu, Rama langsung turun. Dia berlari ke teras dengan tangan yang menutupi kepalanya, agar pakaiannya tidak terlalu basah terkena air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfic[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019