gimana perasaan kalian setelah di chapter sebelumnya tau alasan dari sikap juna ke shinta? :)
.
.
.Di atas sana, langit sudah dikuasai oleh warna jingga dengan sedikit semburat merah. Lalu, dua pasang langkah kaki itu berhenti di tepian pantai dengan ombak yang mulai merayap hingga ke atas kaki. Pandangan mereka lurus ke depan, pada hamparan air hidup berwarna sedikit oranye karena pantulan dari langit di atasnya.
Rama dan Shinta. Mereka berdua berakhir duduk di atas pasir sambil menikmati suguhan senja.
Kemarin malam, Rama tiba-tiba memberitahu Shinta kalau ingin mengajaknya pergi ke pantai. Dan Shinta mengiyakan. Sekitar pukul empat tadi, Rama menjemputnya di butik.
"Gimana kemarin?" Rama memulai pembicaraan.
"Kemarin?" Shinta menatap Rama dengan ekspresi penuh tanya.
"Arjuna."
Tidak langsung menjawab, Shinta terdiam cukup lama. Tangannya memainkan ranting kering yang entah kenapa bisa sampai di sana. Menggerakkannya membentuk pola asal di atas pasir. "Dia sempet nahan aku sampai jam delapan, katanya masih kangen. Aku ngga enak mau nolak, soalnya ada mamanya Juna juga. Mamanya Juna belum tau kalo aku sama Juna udah putus. Aku ngga tau gimana cara ngasih taunya."
"Kenapa?"
"Mamanya Juna pengen banget aku sama Juna bisa sampai nikah, Ram."
"Dan kamu mau?"
"Mau apa?"
"Nikah sama Arjuna?"
Gerakan tangan Shinta terhenti, perempuan itu melempar asal ranting kering yang dimainkannya tadi. "Aku ngga tau, Ram. Kemarin, salah satu sahabatnya Juna datengin aku ke butik. Dia yang bikin aku akhirnya mau datang ke rumah Juna. Dia cerita soal masa lalunya Juna. Tentang kenapa Juna seposesif itu ke aku selama ini." Shinta menghela napas pelan, Rama masih setia menaruh atensi, menunggu kelanjutan cerita Shinta.
"Dia bilang, Juna pernah diselingkuhin sama mantannya, orang yang selingkuh sama mantannya itu sahabatnya Juna sendiri. Dan bahkan mantannya itu sampai hamil. Makanya Juna trauma, dia takut aku bakal ninggalin dia kaya mantannya dulu."
Rama masih menatap Shinta dalam diam selama beberapa saat. Dari raut wajah Shinta, Rama bisa melihat keraguan dan kegelisahan terpancar disana. Seakan Shinta benar-benar sedang berada di ambang kebingungan. Jujur, Rama mulai khawatir. Khawatir tentang Shinta yang akan luluh lagi pada Arjuna.
"Aku harus gimana, Ram?" Shinta mengalihkan matanya dari hamparan air, menatap Rama sendu.
"Perasaan kamu ke Arjuna sekarang gimana?"
Shinta menggeleng pelan, "aku ngga tau, Ram. Aku kasian sama dia. Dia juga korban dari masa lalunya dulu."
"Kalo misalnya kamu mau balik ke Arjuna, apa kamu yakin dia ngga akan nyakitin kamu lagi? Aku ngga akan rela dia nyakitin kamu kaya dulu. Ngga ada pembenaran soal laki-laki yang nyakitin perempuan secara mental dan fisik, apapun alasan di baliknya."
Ucapan Rama yang terdengar sedikit posesif itu, cukup menimbulkan pertanyaan di kepala Shinta. Namun, Shinta memilih menyimpannya sendiri.
"Kamu tau kenapa aku ngajak kamu kesini?" Rama tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Melontarkan pertanyaan yang hanya mampu dijawab dengan gelengan kepala oleh Shinta.
"Dari dulu aku pengen ngajak orang yang menurutku spesial buat sekedar nikmatin sunset di pinggir pantai, berdua." Seakan sengaja menggantung kalimatnya, Rama menoleh bertepatan dengan Shinta yang juga menolehkan kepala ke arahnya sembari memasang ekspresi bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfiction[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019