35 | This Night

1.7K 276 36
                                    


Suara berisik yang berasal dari luar kamar inap membuat Shinta yang tadinya sedang berbincang dengan mamanya, merasa sedikit terusik. "Ma, itu suara apa sih?"

Dian juga jadi ikut penasaran. "Sebentar ya, mama mau cek dulu."

Dian beranjak dan berjalan keluar dari kamar Shinta. Saat sudah di luar, ia terkejut mendapati wanita yang ia kenal baik sebagai ibunda Arjuna sedang menangis dan bersimpuh di depan kaki Damian. Di belakangnya ada Ardiㅡsuami wanita itu yang mencoba menenangkannya. Untungnya, lorong di depan kamar rawat Shinta sedang sepi.

Dewi berkali-kali meminta maaf atas nama Arjuna. Ketika melihat Dian keluar, wanita itu langsung beralih pada Dian. Melakukan hal yang sama seperti tadi. Walaupun jauh di dalam hati Dian ada sepercik rasa kesal pada Arjuna, namun mengingat bahwa Arjuna telah pergi, Dian jadi merasa iba pada Dewi.

Ini sudah bukan waktunya untuk menyalahkan Arjuna.

Dian menarik tubuh Dewi agar berdiri dan langsung memeluknya. "Mba, sudah ya. Ngga perlu kaya gini. Saya dan papanya Shinta sudah memaafkan Arjuna. Saya juga turut berbela sungkawa atas kepergian Arjuna. Ini kelalaian kita juga, Mba. Kita yang terlalu percaya dengan hubungan mereka yang selalu kelihatan baik-baik saja."

Tangisan Dewi mulai Reda. Dian menuntunnya ke arah bangku panjang di lorong itu. "Ayo duduk dulu."

Damian dan Ardi hanya berdiri dalam diam menyaksikan mereka.

"Mba, kalau boleh tau, apa masalah mereka sebenarnya?" Tanya Dian, mencoba sehati-hati mungkin. Pertanyaan itu yang sejak kemarin membuatnya benar-benar penasaran.

Dewi terdiam cukup lama. Namun akhirnya mau bercerita tentang apa yang ia ketahui dari hubungan Arjuna dan Shinta yang selama ini mereka berdua sembunyikan.

"Beberapa waktu lalu salah satu sahabat Arjuna cerita, ternyata Arjuna sudah sering kasar pada Shinta hanya karena masalah sepele. Arjuna cemburuan, sangat posesif, bahkan bisa sangat marah hanya karena tau Shinta punya teman laki-laki. Sampai akhirnya Shinta meminta putus, danㅡ" Dewi tidak sanggup melanjutkannya, wanita itu menghela napas berat.

Damian dan Dian jelas sangat terkejut. Setahu mereka, Arjuna adalah laki-laki yang sangat sopan dan selalu memperlakukan Shinta dengan baik. Bahkan hingga mereka memberi kepercayaan penuh pada laki-laki itu untuk menjaga Shinta.

"Tapi, ada alasan di balik itu semua, Dian." Dewi menghela napas sekali lagi, seolah sedang berusaha menguatkan dirinya. "Dulu Juna pernah dikhianati, mantan pacar Juna selingkuh dengan sahabat Juna sendiri, bahkan sampai hamil. Darisana, sifat posesif yang berlebihan itu muncul. Dan Shinta yang malah jadi korbannya. Sekali lagi, saya minta maaf atas nama Arjuna."

Dian tidak bisa mengatakan apapun dan hanya kembali memeluk wanita yang usianya terpaut lima tahun di atasnya itu. "Mba, saya tau ini juga berat untuk Mba sendiri. Sudah, saya sudah memaafkan Arjuna. Semoga Arjuna bisa tenang disana ya, Mba."

"Dian, saya mau lihat Shinta." Ujar Dewi, setelah pelukan mereka terlepas.

Dian menatap suaminya. Bukannya ia tidak memperbolehkan. Namun, kedatangan orang tua Arjuna hanya akan membuat Shinta bertanya tentang kondisi atau bahkan keberadaan Arjuna saat ini.

"Mba, bukannya saya ngga memperbolehkan Mba Dewi dan Mas Ardi bertemu Shinta, tapi sampai hari ini Shinta bahkan belum tau kalau Arjuna sudah ngga ada. Saya takut kedatangan kalian membuat Shinta bertanya tentang keberadaan Arjuna. Saya ngga mau Shinta jadi drop lagi."

Ardi ikut duduk di bangku itu, di sebelah istrinya. Mencoba membantu memberi pengertian. "Ma, Dian benar. Nanti kalau kondisinya Shinta sudah membaik, baru mama bisa ketemu."

OCEAN OF PAIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang