"Lea, kamu lagi sibuk?"
Lea yang tadinya sedang terfokus pada lembaran kertas berisi gambar desain baju, mengalihkan pandangan ketika Shinta datang.
Lea adalah lulusan salah satu sekolah fashion terbaik di Indonesia. Maka dari itu, dia sering menyumbang ide untuk membuat model pakaian-pakaian baru di butik Shinta.
"Engga, Kak. Cuma lagi lanjutin gambar aja. Ada apa, Kak?"
"Ada yang mau Kakak bicarain."
"Soal apa?"
"Rama."
Lea menaruh pensilnya, atensinya tertuju pada Shinta sepenuhnya. "Kak Rama kenapa?"
Shinta terdiam sebentar, menyusun kalimat agar Lea tidak tersinggung karena bagaimanapun, Lea lah yang merekrut Rama sebagai fotografer tetap disini.
"Maaf ya, Le, tapi kayanya kita udah ngga bisa pake jasa Rama disini."
"Loh, kenapa, Kak? Hasil fotonya Kak Rama ngga memuaskan?"
Shinta lekas menggeleng. Pada kenyataannya Shinta sangat menyukai hasil bidikan Rama. "Bukan soal itu, Kakak suka banget sama hasil fotonya Rama. Tapi masalahnya Juna ngga suka Kakak deket deket sama Rama."
Tatapan Lea seketika berubah, yang tadinya terlihat begitu khawatir, kini malah menatap Shinta dengan tatapan seakan mengatakan 'seriously? Alasannya hanya karena itu?'
"Terus sekarang mau gimana, Kak? Kak Rama udah terlanjur tanda tangan kontrak."
"Biar aku yang nemuin Rama dan bicarain soal ini sama dia."
Helaan napas kecewa keluar dari mulut Lea. Perempuan itu heran, kenapa Shinta bisa menuruti semua perintah Arjuna dengan begitu mudahnya? Seakan Arjuna adalah yang paling terpenting di kehidupan Kakak sepupunya itu.
"Kak, bukannya aku mau ikut campur, ya. Tapi Kak Shinta kenapa, sih, kaya gampang banget nurutin semua perintah Kak Juna seakan hidup Kakak tuh under his control?"
"Kamu tau sendiri, kan, Arjuna itu kaya gimana? Dia pasti akan marah besar kalo aku nolak."
Lea menjentikkan jari. "Nah, itu tau. Kenapa masih dipertahanin?" Melihat raut wajah Shinta yang sedikit murung, membuat Lea lekas melanjutkan ucapannya. "Bukannya aku mau sok nasehatin, ya, Kak, tapi coba deh Kakak pikir-pikir lagi, baru jadi pacar aja seposesif ini, gimana kalo udah jadi suami?"
Ucapan Lea itu benar, Shinta tahu. Namun hatinya menolak. Sebagian dari diri Shinta selalu percaya bahwa itu adalah bentuk dari rasa sayang Arjuna. Meski terkadang, sikap berlebihan yang Arjuna tunjukkan juga membuatnya muak.
"Kakak mau siap-siap dulu buat ketemu Rama."
Lea menatap Kakak sepupunya dengan penuh rasa kecewa. Namun perempuan itu berusaha untuk tidak terlalu mencampuri urusan Shinta. Karena kalau sudah berbicara soal Arjuna, dia pasti akan selalu kalah.
"Iya, Kak."
Shinta melangkah pergi meninggalkan Lea yang masih dipenuhi rasa penasaran bercampur gemas. Apa yang membuat Shinta sebegitu tunduknnya pada Arjuna?
Pikiran ngawur seperti Arjuna menggunakan guna-guna, bahkan sempat terlintas di otak Lea saking ia tidak mengerti kenapa Shinta seakan sangat mudah menuruti semua perintah laki-laki itu.
Padahal, tanpa sepengetahuan Lea, terkadang Shinta juga lelah sendiri menghadapi Arjuna. Bukan hanya sekali dua kali pikiran untuk menjauh dari Arjuna itu muncul. Tapi masalahnya, Shinta tidak pernah bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfiction[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019