Teddy bears and "i'm sorry letters",
don't seem to make things better.ㅡI fell in Love with the Devil, Avril Lavigne.
Ada hal tidak terduga yang menyambut Shinta sore ini. Ketika dia mengajak Lea menemaninya mengambil beberapa barang di rumahnya, di depan gerbang rumah, mereka disambut oleh Arjuna yang berdiri disana dengan wajah tertunduk.
Saat mobil milik Lea datang, Shinta bisa melihat bagaimana laki-laki itu langsung mengangkat wajah, menghampiri mobil dengan tergesa. Di tangan laki-laki itu ada sebuket bunga dan juga boneka beruang berukuran sedang.
"Shinta, tolong keluar. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau minta maaf." Arjuna mengetuk kaca mobil berkali-kali. Wajah dengan bekas lebam yang jauh lebih parah dari pada wajahnya, bisa Shinta lihat dengan jelas dari dalam mobil. Mungkin, bekas pukulan-pukulan Rama malam itu.
Wajah angkuh, mengintimidasi, dan penuh amarah yang Shinta lihat terakhir kali malam itu, kita pergi entah kemana. Arjuna yang sedang berdiri disana tidak seperti seorang Arjuna Danar Gasendra. Dia tampak sangat kacau.
"Nah, kebetulan banget dia ada disini. Biar aku yang turun, Kak Shinta disini aja."
Shinta menahan tangan Lea yang akan membuka pintu mobil. "Jangan, Le. Ngga usah."
"Aku gedek banget sama dia. Udah deh Kak Shinta diem disini. Pokoknya jangan ikut turun." Lea mengibaskan tangan Shinta yang menahan tangannya, perempuan itu buru-buru membuka pintu mobil dan langsung turun. Meninggalkan Shinta dengan wajah frustrasi di dalam mobil.
Dengan segenap keberanian yang dia kerahkan, Lea menghampiri Arjuna. "Mau apa lagi lo?" Tanyanya, suaranya sinis.
"Suruh Shinta turun, gue mau bicara sama dia." Wajah Arjuna berubah dingin begitu yang diajak bicara adalah Lea.
Lea yang memang sejak dulu selalu takut dengan aura Arjuna yang baginya menyeramkan itu, berusaha untuk tetap tenang dan tidak goyah. "Ngomong aja ke gue, Kak Shinta ngga mau ketemu sama lo."
Decakan keluar dari mulut Arjuna. Laki-laki itu menghiraukan Lea dan malah kembali mengetuk kaca mobil berulang kali. Dia juga terus-terusan memanggil nama Shinta agar perempuan itu mau turun.
"Dibilang Kak Shinta ngga mau ketemu sama lo, ngeyel baget sih!"
"Shinta, please. Aku mau minta maaf."
"Setelah apa yang lo lakuin ke Kak Shinta, lo pikir maaf aja cukup? Lo tuh pantesnya dipenjara tau ngga! Lo udah ngelakuin kekerasan, ada pasalnya. Untung ya Kak Shinta masih berbaik hati ngga ngelaporin lo ke polisi."
"Gue khilaf."
"Khilaf kok berkali-kali. Itu namanya bukan khilaf lagi, tapi kebiasaan. Tapi untungnya Kak Shinta cepet sadar kalo lo itu ngga baik buat dia."
Tatapan tajam Arjuna sedikit membuat Lea ciut. Perempuan itu seketika diam.
"Aku janji bakal berubah, tolong maafin aku." Arjuna beralih lagi pada Shinta yang masih enggan keluar.
Di dalam mobil, Shinta berusaha untuk tidak menatap ke arah Arjuna, karena dia tahu, pertahanannya pasti akan runtuh lagi. Sebesar apapun rasa kecewanya, rasa cinta yang tersisa untuk Arjuna masih lebih besar. Dan Shinta benci mengakuinya.
"Please!" Suara Arjuna mulai memelan. Dia terlihat begitu memohon.
"Udah ya, Kak Arjuna mending pulang. Gue sama Kak Shinta mau masuk."
"Aku baru akan pulang setelah kamu mau bicara sama aku." Ancam Arjuna. Masih tidak mengalihkan pandangan dari Shinta.
"Astaga, Mamanya dulu ngidam apa sih?" Gumam Lea. Dia menghela napas kasar. "Kak, lo udah diputusin sama Kak Shinta gara-gara kelakuan lo sendiri. Jadi tolong sadar diri dikit."
"Gue mau berubah, gue mau ngubah sikap gue buat Shinta."
"Gue mewakili Kak Shinta udah nerima maaf lo, tapi Kak Shinta tetep ngga akan pernah balik lagi sama lo." Lea melenggang pergi, membuka pintu gerbang dan kembali masuk ke mobil. Mengendarainya memasuki pekarangan rumah Shinta.
Tapi, Arjuna tetaplah Arjuna. Keras kepala. Apa yang diinginkan harus dia dapatkan. Laki-laki itu mengikuti mobil itu masuk ke pekarangan rumah Shinta. Lalu, ketika Shinta turun, Arjuna langsung meraih tangannya.
Shinta terkesiap, bayangan tentang kejadian malam itu benar-benar membuatnya takut dengan sosok Arjuna. Tubuhnya seperti terkena sengatan listrik ketika Arjuna menyentuhnya.
"Please, maaf. Aku minta maaf."
Tatapan sendu dan penuh penyesalan yang Arjuna berikan mengusir sedikit ketakutan itu. Mengundang rasa tidak tega jauh di lubuk hatinya. Namun Shinta berusaha mengusirnya jauh-jauh.
Jangan lagi!
Shinta menatap ke arah lain, menghindari tatapan Arjuna. "Aku udah maafin kamu."
"Kamu mau balik lagi sama aku, kan?"
Shinta melirik ke arah Lea yang berdiri tidak jauh darinya. "Engga. Kita udah berakhir, Jun"
"Kenapa? Karena Rama? Kamu udah ngga ada perasaan buat aku?"
"Ngga ada hubungannya sama Rama. Ini tentang kita, aku dan kamu yang memang udah ngga bisa disatukan lagi. Aku cape sama sikap kamu. Kamu terus-terusan ngulangin kesalahan yang sama. Dan kalau pun aku masih cinta sama kamu, aku ngga mau egois sama diri sendiri."
"Aku bakal berubah."
"Rasa sakit di tubuh aku ngga sebanding sama rasa sakit yang aku simpan di hati aku selama ini, Jun."
Genggaman tangan Arjuna melemah. Laki-laki itu sempat terdiam selama beberapa saat, memandangi Shinta dengan penuh penyesalan. "Aku tau aku salah, tapi tolong kasih sempatan. Aku janji akan berubah."
Lea menatap malas ke arah Arjuna yang masih terus memohon. Sejak tadi, dia seperti sedang disuguhi pertunjukan teater, seperti yang ditontonnya di sekolah dulu.
"Ayo, Kak." Lea memutuskan untuk menarik tangan Shinta. "Lo mending pulang deh, Kak Shinta tetep ngga akan berubah pikiran." Lea menoleh sebentar ke arah Arjuna, mengucapkan kalimat itu.
Arjuna menggenggam kuat sebuket bunga di tangannya, sembari masih mentap Shinta yang kini sudah hampir masuk ke rumah. Dia melempar asal buket bunga dan boneka beruang itu ke tanah.
Baginya, Shinta masih miliknya. Sampai kapan pun, Shinta akan selalu menjadi miliknya. Dan Arjuna tidak akan membiarkan orang lain mengambil miliknya. Siapa pun itu.
ㅡOCEAN OF PAINㅡ
Aku mau berterimakasih sama kalian yang udah ngevote dan rajin komen, berkat kalian aku bisa semangat lanjutin cerita ini. Makasih banyaaaaaak💙💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfic[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019