"Kak, ada yang nyariin. Namanya Dara, Kakak kenal dia katanya." Kepala Lea menyembul dari balik pintu ruangan Shinta setelah sempat mengetuk sebelumnya.
Mendengar nama Dara, Shinta yang tadinya sibuk dengan kegiatannya langsung mengalihkan pandangan ke arah Lea. Alisnya bertaut, bingung. "Dimana sekarang?"
"Masih di bawah, dia siapa, Kak? Kaya ngga pernah liat."
"Temen Kakak." Bohongnya. "Tolong kamu anterin kesini aja ya, Le."
"Iya, Kak."
Selepas kepergian Lea, Shinta termenung memikirkan tujuan Dara sampai datang mengunjunginya kemari. Dan bagaimana bisa perempuan itu tahu butik ini adalah miliknya?
Pintu terbuka dari luar, Lea mengantarkan Dara sampai di depan pintu, lalu berpamitan. Shinta mempersilahkan Dara masuk dan menuntunnya duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Selama beberapa saat, mereka berdua belum ada yang membuka percakapan.
Hingga akhirnya Shinta bersuara lebih dulu, melontarkan pertanyaan tanpa basa-basi, "ada apa?"
"Juna sakit."
"Aku udah tau."
Dara menatap Shinta yang duduk di hadapannya selama beberapa saat, sebelum kembali berucap, "kenapa lo ngga dateng? Dia nyariin lo dari kemarin."
"Aku udah ngga ada hubungan apa-apa sama Juna."
Helaan napas Dara terdengar, "gue tau, Juna cerita sama gue. Tapi apa lo ngga kasian? Juna ngga mau makan sama sekali, dia cuma pengen ketemu sama lo."
Shinta tertunduk, kebingungan mendera. Hatinya kembali goyah. "Bukannya udah ada kamu?" Tanyanya, suaranya mengecil.
"Juna ngga pernah punya perasaan apapun ke gue. Dia cuma nganggep gue sebagai adik, ngga lebih. Dia bahkan dua kali nolak gue dengan alasan yang sama, dia bilang, dia cuma cinta sama lo."
Shinta kembali mengangkat wajah, menatap Dara dengan pandangan kosong. "Apa kamu tau apa yang selama ini Juna lakuin ke aku?"
"Gue tau, tapi dia punya alasan untuk itu."
Shinta mengangkat satu alisnya, "alasan apa yang membenarkan laki-laki nyakitin perempuan, bahkan sampai main fisik?"
Wajah Dara dan Shinta berhadapan, air muka Dara yang tadinya kaku berubah sendu, "Dia punya trauma."
Alis Shinta kembali bertaut, "trauma apa?"
"Dua tahun sebelum pacaran sama lo, Juna pernah punya pacar, namanya Olivia. Juna sayang banget sama dia, dulu Juna bukan tipikal cowok posesif kaya Juna yang lo kenal sekarang. Sampai akhirnya Oliv selingkuh sama sahabatnya Juna, ㅡdan hamil." Meski belum sepenuhnya selesai dengan ucapannya, Dara memilih diam lebih dulu, menatap Shinta yang kini membeku mendengar penjelasannya tadi. Shinta benar-benar sampai tidak tahu harus bereaksi bagaimana, syaraf di sekujur tubunya seakan menegang. Arjuna tidak pernah bercerita perihal masa lalunya.
"Juna jadi posesif ke lo karena dia takut lo bakal ninggalin dia kaya Oliv." Lanjut Dara.
Shinta berusaha menghilangkan keterkejutan yang masih menderanya, lalu kembali menimpali ucapan Dara. "Tapi aku ngga akan kaya gitu."
"Iya, Juna bodoh karena sikapnya sendiri yang bikin lo pergi. tapi dia terlanjur trauma."
Shinta menatap kosong ke depan, otaknya seakan menghilang dari tempat seharusnya. Membuatnya tidak bisa berpikir sama sekali.
"Shinta, gue cinta sama Arjuna. Bahkan jauh dari sebelum lo ketemu sama dia. Gue jatuh cinta sama Juna sejak gue sama dia masih SMA. Tapi rasa cinta gue masih kalah sama rasa cinta Arjuna buat lo. Itu yang bikin gue mutusin buat nyerah ngejar dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfiction[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019