I tell my love to wreck it all,
cut out all the ropes and let me fall.ㅡSkinny love, Birdy.
Sejak sekitar sepuluh menit yang lalu, Shinta hanya melempar senyum ramah sambil sedikit membungkuk ketika Arjuna mengenalkannya pada kolega-kolega bisnis laki-laki itu.
Tangan Arjuna setia melingkar di pinggangnya, tanpa melepas barang sebentar saja. Shinta tidak merasa risih, yang ia rasakan malah rasa nyaman. Bahkan meskipun Shinta termasuk orang yang tidak terlalu suka berada di tengah-tengah keramaian, sekarang ia merasa tenang berkat rengkuhan hangat tangan milik Arjuna.
Suasana di sebuah ballroom hotel berbintang 5 malam itu begitu meriah. Seisi ruangan diisi oleh orang-orang borjuis dengan jas dan pakaian mewah yang menempel pada tubuh mereka. Melihat sekilas dari penampilannya saja, kalian sudah bisa membayangkan bagimana gaya hidup mereka, kendaraan apa yang mereka pakai sehari-harinya, atau tempat-tempat mewah seperti apa yang mereka tinggali.
Shinta sudah tidak asing dengan suasa seperti ini, mengingat ia juga berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya adalah seorang bussiness man sukses di Kanada. Dulu, Shinta sudah sering diajak menghadiri pesta semacam ini oleh Ayahnya sewaktu ia kecil.
"Mau dansa?" Bisik Arjuna, tepat di samping telinga Shinta. Mengalihkan pikiran Shinta yang sempat melayang jauh ke masa kecilnya.
Perempuan itu menoleh, menatap Arjuna yang malam ini mengenakan kemeja putih dan dibalut dengan jas berwarna hitam. Terlihat sangat tampan. Ia tersenyum sebagai jawaban iya atas pertanyaan Arjuna tadi.
Sejurus kemudian, Arjuna berpamitan pada kolega-kolega bisnisnya yang berada disana. Ia membawa Shinta berjalan ke arah lantai dansa. Bersama dengan beberapa pasangan yang juga sedang berdansa disana, Arjuna dan Shinta mulai berdansa mengikuti alunan musik yang memenuhi ruangan itu.
Shinta mengalungkan tangannya di leher Arjuna, sedangkan satu tangan Arjuna tetap bertengger manis di pinggang Shinta. Sembari menyepadankan gerakannya dengan sang kekasih, mata Arjuna terfokus pada wajah cantik Shinta. Membuat sang pemilik wajah tertunduk malu.
"Kenapa nunduk? Kamu cantik."
Ucapan Arjuna membuat Shinta kembali mengangkat wajah. Rona merah yang muncul di pipinya, berbaur dengan blush on yang teraplikasikan disana. Shinta tersenyum malu menanggapi pujian dari Arjuna.
Dress di atas lutut berwarna hitam dengan sedikit aksen gemerlap yang Shinta kenakan terlihat sangat pas di badannya. Dress itu tidak berlebihan, malah terkesan elegan dan sedikit memunculkan kesan seksi.
Semua orang yang pernah bertemu dengan Shinta pasti akan mengakui kalau perempuan itu memang cantik, namun malam ini Shinta terlihat berkali lipat lebih cantik. Dengan rambut yang dikuncir rendah dan poni yang disibak di kedua sisinya, ia tampak seperti seorang putri yang baru saja keluar dari negeri dongeng.
Mereka terus berdansa, melupakan sejenak orang-orang yang berada di sekeliling. Keduanya saling melempar senyum. Di mata Shinta, senyum Arjuna malam ini adalah senyum termanis yang pernah ia lihat setelah perubahan drastis Arjuna satu tahun belakangan. Ia bahkan lupa mengenai Arjuna yang terkadang bisa berubah menjadi seperti seorang iblis mengerikan.
Beberapa menit kemudian, mereka menyudahi kegiatan dansa. Arjuna menyuruh Shinta untuk menunggunya, sementara ia akan mengambil minuman untuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fanfiction[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019