28 | Best Part

1.9K 305 58
                                    

If life is a movie,
oh you're the best part.

ㅡBest Part, Daniel Caesar ft. H.E.R.




Rama terlihat sangat terkesan ketika pertama kali memasuki ruangan dengan banyak alat musik di dalamnya ini. Ruangan yang kata Shinta adalah bekas studio pribadi milik ayahnya ini benar-benar seperti studio yang biasa digunakan untuk rekaman para musisi, karena ayah Shinta dulu memang punya band. Rama baru tahu beberapa saat yang lalu karena cerita singkat Shinta soal asal mula studio ini.

Alat musik disana sangat lengkap. Mulai dari gitar listrik, gitar akustik, bass, drum, piano bahkan flute. Ada beberapa foto yang juga terpasang di tembok. Di antara beberapa foto masa muda ayah Shinta bersama teman-temannya, ada salah satu foto yang menarik perhatian rama, foto Shinta yang sedang bermain piaono. Di foto itu, Shinta sekiranya baru menginjak 12 atau 13 tahun.

"Kamu bohong ya?"

Shinta yang sedang sibuk dengan gitar akustiknya menoleh ke arah Rama. "Bohong apa?"

"Katanya kamu cuma bisa main gitar, itu kamu juga bisa main piano."

Shinta terkekeh. "Aku ngga bilang ngga bisa main piano, aku cuma bilang aku bisa main gitar."

"Iya deh, tapi intinya kamu ngga cuma bisa main gitar kan?"

Shinta hanya tersenyum, lalu kembali sibuk dengan gitarnya, ada banyak yang tidak Shinta ceritakan pada Rama. Termasuk keahliannya mamainkan beberapa alat musik, bukan hanya gitar dan piano, namun juga flute dan saxophone.

"Gitarnya udah siap nih, mau nyanyi lagu apa?" Tanya Shinta.

"Lagu favorit kamu?"

"Sama kan kaya kamu?"

Rama mengangkat satu alisnya, menatap Shinta dengan tatapan tidak terbaca. Yang tidak Shinta tahu, di balik wajah santai Rama ada debaran yang semakin tidak beraturan. Shinta yang menyadari kecanggungan tiba-tiba hadir di tengah mereka, kembali bersuara, "kemarin kamu bilang kamu suka lagu best part kan? Itu kan juga lagu favorit aku." Ujarnya, dengan tawa kecil di akhir.

Rama mengangguk dengan senyum yang kini terlukis manis di bibirnya, menarik kursi lebih dekat ke arah Shinta, dia membasahi bibir sebelum berujar, "oke, jadi kita mau nyanyi best part?"

"I-iya." Shinta jadi gugup sendiri ketika menyadari jaraknya dengan Rama begitu dekat. Hanya menyisakan ruang kecil di antara mereka.

"Sebentar." Rama beranjak untuk menyalakan kamera yang memang sudah dipersiapkan sejak tadi, lalu kembali duduk di samping Shinta, melempar senyum, seakan memberi kode bahwa dia sudah siap.

Menangkap kode itu, Shinta langsung memetik senar gitarnya. Beberapa saat kemudian, suara merdunya mengikuti, menyanyikan bait pertama pada lagu best part. Di sampingnya, Rama mengulum senyum, memperhatikan Shinta yang sesekali juga menoleh ke arahnya.

Shinta itu cantik, sangat. Rama juga tahu itu, namun Shinta jauh lebih cantik disaat sedang memainkan alat musik sambil bernyanyi dengan suara merdunya seperti ini. Terlalu tidak nyata untuk ukuran manusia. Satu lagi maha karya Tuhan yang terlalu luar biasa untuk ada di dunia. Dia, Aruna Shinta.

Sementara itu, Shinta tidak tahu perasaan macam apa yang sedang hinggap di hatinya, dia benar-benar merasa gugup ketika Rama menatapnya. Namun Shinta berusaha membuang jauh-jauh pikiran anehnya, dan mencoba menganggap itu sebagai sesuatu yang normal, siapa yang tidak gugup ketika ditatap begitu intensnya oleh laki-laki setampan Rama Kavindra?

Suara Rama menyusul setelah Shinta selesai dengan bagiannya. Suara berat namun lembut itu seakan bisa menghipnotis pendengarnya, membawanya melambung jauh dari batas kewarasan. Ketika lirik "and those brown eyes, yes you're the one that i desire" mengalun dari bibir Rama, laki-laki itu menoleh ke arah Shinta, menatapnya tepat pada bola mata coklat perempuan itu. Menurut Shinta, mungkin itu hanya sebuah ketidaksengajaan, namun bagi Rama, adalah sebuah keberanian ketika dia berhasil mengunci pandangannya pada mata cantik Shinta.

OCEAN OF PAIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang