You, with your words like knives. And swords and weapons that you use against me. You, have knocked me off my feet again. Got me feeling like a nothing.ㅡMean, Taylor Swift.
Juna
|Kamu dimana?
Lagi mau otw butik, Jun|
|Ke kantor aku sekarang,
|aku mau makan siang
|sama kamu.Tapi aku harus ke butik dulu|
Ada hal penting yang mau aku urus||Kan ada Lea, kamu bisa
|nyuruh dia. Yang ngelola
|butik itu bukan cuma kamuTapi ini penting banget, Jun|
Ada salah satu desainer yang|
mau ngajak kerjasama||Jadi aku sama pekerjaan kamu
|emang lebih penting pekerjaan
|kamu? Gitu?|Kamu bahkan belum minta maaf
|soal kejadian kemarin|Apa aku emang ga seberharga itu
|buat kamu?Bukan gitu, Jun. Aku minta maaf|
soal kemarin. Aku minta sedikit|
pengertian dari kamu|Oke aku bakal kesana sekarang|
nanti biar aku kasih tau Lea|
kalau aku ga bisa ke butik||Aku tunggu.
Shinta menghela napas. Ia kemudian mencari nama Lea pada kontak di handphonenya. Ia ingin menelpon adik sepupu sekaligus orang yang berjasa membantu dalam membangun bisnis butik yang dikelolanya hingga sebesar sekarang ini.
"Lea, Kamu dimana?" Tanyanya, setelah panggilan telpon itu berhasil tersambung.
"Aku udah di butik, Kak. Kakak dimana?" Jawab suara dari seberang telepon.
"Gini, Lea, Kakak minta maaf, Kakak ngga bisa datang ke butik hari ini. Kamu bisa handle semuanya kan?"
"Terus gimana soal pertemuan buat bahas kerja sama kita sama desainer itu?"
"Kamu bisa temui dia sendirian kan?" Suara Shinta terdengar memohon.
"Emangnya Kak Shinta mau kemana? Kok mendadak banget? Bukannya tadi Kakak bilang udah mau kesini?"
"Kakak bener-bener minta maaf, hari ini Kakak tiba-tiba ada urusan mendadak."
"Urusan apa, Kak? Jangan bilang sama Kak Juna? Kakak dipaksa lagi sama dia? Iya?"
Shinta terdiam, tidak dapat menjawab pertanyaan Lea yang seperti memojokkannya. Dan kediaman Shinta itu malah semakin memperkuat dugaan Lea.
"Kakak tuh kenapa sih masih aja nurut terus sama dia? Bahkan Kakak sampai rela ninggalin pertemuan penting sama collega bisnis cuma gara-gara cowok kaya gitu."
"Kakak ngga punya banyak waktu. Kakak percayain semuanya sama kamu. Kakak tutup ya."
Shinta memutus sepihak sambungan telpon itu, lalu memasukkan handphonenya ke dalam tas. Setelah itu, ia buru-buru masuk ke mobil dan melajukannya ke kantor milik Arjuna. Ia tidak punya banyak waktu atau Arjuna akan marah lagi seperti hari-hari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN OF PAIN ✓
Fiksi Penggemar[completed ✓] ❝ All i want is just drown in your love, not in your ocean of pain. ❞ ©fallforten, 2019