Part - 13

7.9K 436 3
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang ada yang dipertemukan, namun tidak dipersatukan. Dia datang hanya sebagai ujian."

***

"Zidan aku kok bisa di sini?" tanyaku pada Zidan dan berusaha bangun sambil memijat pelipisku.

Aku sudah berada di sebuah ruang rawat inap rumah sakit. Di tanganku telah terpasang selang infus dan Zidan duduk seorang diri di sofa. Bergegas Zidan mendekatiku saat melihatku telah sadarkan diri.

"Terima kasih sayang," ucap Zidan menatapku dan mencium tanganku.

"Hah?" Aku mengeryitkan dahiku.

"Kamu harus banyak istirahat dan makan yang teratur untuk kesehatan kamu serta calon anak kita," jelas Zidan mengusap perutku.

Seketika air mataku lolos menggenangi ke dua pipiku, ketika mendengar penjelasan Zidan. Aku menangis haru untuk kabar bahagia ini. Aku memeluk erat Zidan.

Zidan menghapus air mataku dan nampak wajahnya berbinar bahagia tak seperti biasanya.

"Saya cari makanan dulu. Sejak tadi kamu belum makan. Tunggu sebentar ya sayang," ujar beranjak mencium keningku dan mengusap lembut perutku.

***

Revan tiba-tiba saja datang ke ruanganku dan duduk di sampingku.

"Kamu jangan terlalu senang Syifa. Anak yang ada di kandungan kamu itu anakku. Anak kita maksudku," tutur Revan sambil memainkan ponselnya.

"Revan ... kamu jangan ngada-ngada dan lebih baik kamu pergi dari sini, sekarang sebelum suamiku kembali. Aku nggak mau terjadi keributan di sini!" tegasku.

"Aku datang untuk jelasin kebenaran ini sama Zidan, bahwa anak ini adalah anak kita," ujarnya sambil mengusap-usap perutku.

Aku menepis kasar tangannya dari perutku. Revan mendekatkan wajahnya dengan wajahku sehingga mata kami pun saling bertatap. Aku berusaha mendorongnya, namun aku tak berdaya.

"Syifa," kata Zidan berdiri di ambang pintu.

Niqabku telah terbuka di hadapan Revan. Zidan bergegas menghampiriku dan Revan. Spontan Zidan menarik Revan dari hadapanku dan menatap sinis ke arah Revan.

Tanpa kata, Zidan memukul Revan dan Revan pun membalas pukulan Zidan. Terjadi perkelahian antara Zidan dan Revan. Aku berusaha bangkit untuk melerai mereka, namun tak sengaja aku terpeleset hingga mengalami pendarahan lagi yang sangat hebat dari sebelumnya.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang