[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA - PART MASIH LENGKAP]
Sungguh Allah maha membolak-balikkan hati manusia.
"Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf. Yusuf menjauhinya, tapi saat Zulaikha mengejar cinta Allah, maka Allah dekatkan Yusuf untuknya."
Berbeda de...
Hi kamu! Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja. Jangan lupa follow NurlinSugar768 Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dear my wife ... jika saya bisa menjadi apa pun yang saya inginkan, maka saya hanya ingin menjadi seseorang yang selalu kamu cintai. "
***
"Jadi begini, mual dan pusing yang dialami Maryam disebabkan, karena Maryam sering menunda waktu makannya. Maryam mengidap penyakit asam lambung. Tidak boleh menunda waktu makan dan tidak boleh memakan makanan terlalu asam atau pun terlalu pedas," papar dokter itu.
Aku merasa lega dan menarik napas panjang mendengar penjelasan dokter.
"Baik Dok ... terima kasih," kataku menjabat tangan dokter.
"Sama-sama, jangan lupa obatnya. Saya pergi dulu," ucap dokter itu berlalu.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Maryam melihat sinis ke arahku. Aku duduk di samping Maryam dan menghadapnya.
"Maryam ... besok saya akan kembali ke Indonesia. Saya sudah berjanji pada anak-anak untuk kembali besok dan saya akan menetap di Indonesia," tuturku.
"Ceraikan Syifa dan bawa anak-anak kamu tinggal di sini," ujar Maryam sinis.
"Maryam kenapa kamu selalu menginginkan saya dan As-Syifa untuk bercerai!" pekikku tak dapat menahan emosiku.
"Karna aku mencintai kamu dan aku cuma mau kamu menjadi milikku satu-satunya!" teriak Maryam lebih keras dariku.
Sungguh ingin sekali aku berlaku kasar pada Maryam. Sikapnya benar-benar menguji kesabaran.
"Astaghfirullah," batinku bangkit dari dudukku dan mengusap dada.
Aku berjalan menuju jendela sambil menggaruk-garuk alisku yang tidak gatal. Aku bingung harus bagaimana lagi pada Maryam. Mana mungkin aku menceraikan Syifa dan mana mungkin aku bisa mencintai Maryam, jika sikapnya padaku selalu seperti itu.
"Zian," ucap Maryam pelan.
Aku menoleh ke arahnya dan melihat air matanya menetes, aku pun menghampirinya.
"Ada apa Maryam?" tanyaku pelan sambil menghapus air matanya.
"Sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak?" tanya Maryam penasaran.
"Haruskah saya menjawab pertanyaan itu Maryam?" tanyaku balik.