Part - 11

8.1K 445 1
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayangilah dia, maka dia akan amat lebih menyayangimu."

***

Semua keluarga terdekat berkumpul di rumah sakit untuk mengetahui kabarku dan semua nampak cemas.

Dokter keluar dan memanggil Zidan untukku. Zidan masuk menghampiriku yang sedang terbaring lemah.

"Maaf Pak ... istri Anda mengalami pendarahan yang mengakibatkan janinnya tak dapat selamat. Kandungan Ibu Syifa sangat lemah dan sepertinya akhir-akhir ini dia tidak mengagendakan kegiatannya hingga dia sangat lelah dan berakibat kepada kandunganya," jelas Dokter.

Zidan menatapku dan aku membalas tatapan Zidan dengan mata yang berkaca-kaca. Aku merasa bersalah, karena tak memberitahu Zidan tentang kehamilanku.

"Terima kasih Dok," ucap Zidan singkat.

Dokter mengangguk dan beranjak dari ruangan itu. Aku tak bisa membendung air mataku lagi. Zidan duduk di sampingku lalu meraih tanganku dan menciumnya.

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Aku sangat sedih dan merasa sangat bersalah pada semua.

"Sudah jangan menangis sayang. Ini sudah rencana-Nya. Kita ambil hikmahnya dari semua kejadian ini," tutur Zidan.

"Aku minta maaf Zidan, aku salah. Aku nggak kasih tau kamu saat itu. Harusnya aku kasih tau kam---"

"Stttt!" potong Zidan meletakkan jari telunjuknya di bibirku.

"Sudah ... tidak ada yang salah As-Syifa. Saya minta maaf. Mungkin saya kurang meluangkan waktu untuk kamu akhir-akhir ini," ungkap Zidan.

"Zidan kamu nggak marah sama aku?" tanyaku menunduk.

Zidan mendongakkan wajahku dan menatapku sambil menggenggam tanganku.

"Marah saya tidak akan merubah keadaan As-Syifa," ungkapnya tersenyum tipis.

"Kamu istirahat saja ya. Saya panggilkan Ibu dan Mamah untuk kamu," tambahnya beranjak.

Aku hanya terdiam dam air mataku terus saja mengalir membasahi pipiku. Aku tak percaya dengan kejadian ini.

"Nak apa yang terjadi?" tanya ibu dan ibu mertuaku.

Aku tak dapat berkata-kata dan aku hanya memeluk ibu. ibu mertuanku mengusap-usap kepalaku dengan lembut. Aku menangis di pelukkan ibu.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang