Part - 19

6.6K 380 5
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat kamu disakiti, dosamu diampuni. Saat kamu didzolimi, doamu dijabah."

***

"Ada apa As-Syifa?" tanya Zidan pelan menoleh ke arahku.

Zidan menghapus air mataku dengan ke dua ibu jarinya.

"Maryam benar-benar membutuhkan kamu," ucapku melihat ke arah Maryam.

"Maksud kamu apa As-Syifa?" tanya Zidan heran.

"Halalkan Maryam," titahku.

Aku tak bisa membendung air mataku saat mengatakan itu, namun aku harus mengatakannya pada Zidan. Zidan menghapus air mataku dan menatap dalam mataku.

"Kenapa kamu mau saya melakukan hal yang membuat kamu sakit?" tanya Zidan serius.

"Karena Maryam sangat membutuhkan kamu saat ini Zidan. Halalkan dia, rawat dia, sayangi dia, dan perlakukan dia sebagaimana kamu memperlakukan aku." Aku menangkupkan tanganku di pipi Zidan sambil tersenyum.

Aku meraih tangan Zidan dan membawanya menuju Maryam. Seketika Zidan menghempas tanganku dengan keras.

"Awh!" rintihku.

"Saya tidak akan melakukan ini As-Syifa, saya tidak mencintai Maryam. Saya hanya mencintai kamu," jelas Zidan kesal.

"Lakukan ini Zidan, jika kamu benar-benar mencintai aku," paksaku.

"Tapi As-Syifa," tolak Zidan.

"Zidan ... aku mencintai kamu dan sangat menyayangi kamu. Tolong lakukan ini demi aku," pintaku.

Zidan menatapku pasrah dan meraih tanganku lalu mengecupnya. Air mata Zidan menetes di tanganku. Zidan memelukku sangat erat dan air mataku pun ikut menetes dalam pelukkan Zidan.

***

Pernikahan sederhana antara Zidan dan Maryam pun digelar. Maryam masih belum sadarkan diri, namun kini Maryam telah sah menjadi istri Zidan.

Ijab telah selesai, Zidan meraih tangan Maryam dan mengecupnya. Aku tak kuasa melihat pemandangan ini. Aku pergi meninggalkan ruangan itu dan Ayesha mengikutiku.

"Syifa ... kamu perempuan hebat. Allah telah menyiapkan syurga untuk kamu. Kamu rela mengorbankan perasaan kamu untuk Maryam," jelas Ayesha mengusap-usap pundakku.

Aku terlonjak kaget dan menoleh ke arahnya. Aku menghapus air mataku dan tersenyum kepadanya.

"Syifa," kata ke dua mertuaku yang baru saja tiba dari Indonesia.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang