Part - 24

6K 342 4
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berada jauh darimu membuatku mengerti  sebuah arti kerinduan."

***

Hari sudah gelap. Aku dan keluarga Maryam telah selesai melakukan sholat maghrib berjamaah.

Hadid dan Ayesha akan segera melakukan akad. Kami semua berkumpul di sebuah masjid untuk moment sakral ini. Tanpa kusadari, sejak tadi aku terus saja memandangi Ayesha.

Ayesha terlihat sangat cantik dan anggun. Hadid beruntung mendapatkan Ayesha. Ayesha masa laluku yang masih menghantuiku.

Aku beranjak saat Hadid melafadzkan ijab. Ayesha terus memperhatikan kepergianku dan aku pun sebaliknya.

Ponselku berdering, itu sebabnya aku beranjak dari sana. Mamah yang menelponku.

"Assalamualaikum," kataku membuka pembicaraan.

"Jika kamu tidak bisa berlaku adil, maka pilih salah satu istrimu dan ceraikan!" pekik mamah.

"Mah ... ada apa ini? Kenapa Mamah bicara seperti itu? Zidan sudah berusaha berlaku adil untuk Maryam dan As-Syifa," jelasku heran.

"Cukup Zidan! Inikah yang kamu sebut dengan keadilan. Syifa sedang mengandung anak kamu. Kandungannya lemah dan dia membutuhkan kamu di sisinya. Siang tadi Syifa menelpon kamu untuk mengabari bahwa Ibunya telah meninggal dunia, tapi bukannya menjawab telpon darinya kamu malah me-reject panggilannya. Mamah benar-benar tidak percaya dengan sikap kamu ini Zidan. Jika kamu mencintai Syifa, pulanglah ke Indonesia sekarang untuk Syifa. Syifa dan anak-anak sangat membutuhkan kamu," jelas mamah panjang lebar.

"Innalillahiwainailaihi rojiun ..."  batinku meneteskan air mata.

Aku benar-benar shock dan tak dapat berkata-kata lagi setelah mendengar kabar itu. Aku merasa sangat bersalah pada Syifa dan aku merasa telah mendzolimi istriku sendiri.

Aku tau mamah menangis mengatakan semua itu padaku. Mamah langsung menutup panggilan. Aku memutuskan untuk menelpon Syifa.

"Assalamualaikum," ucapku membuka obrolan.

"Walaikumssalam," sahut seorang lelaki.

"Fatir?" tebakku.

"Iya ... aku Fatir," sahutnya dingin.

"Di mana As-Syifa? Kenapa ponselnya ada sama kamu?" tanyaku heran dan cemas.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang