Part - 10

8.8K 465 2
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lelaki yang  hebat bukanlah seorang lelaki yang layan ramai wanita. Tetapi, lelaki yang hebat adalah lelaki yang mampu menolak ramai wanita demi seorang wanita yang dicintainya."

***

Aku sedang sendiri di kamar sambil merapikan pakaian yang berada di lemari. Ibu pergi untuk mengantar si kembar studi tour. Zidan belum kembali dari Jerman, padahal sudah dua pekan lebih dia berada di Jerman.

Seseorang mengetuk pintu kamarku dan bergegas aku menuju pintu untuk membukakanya.

Aku terkejut melihat seorang lelaki dengan topi dan masker berdiri di ambang pintu kamarku. Setelah aku membukakan pintu untuknya, langsung lelaki itu masuk ke kamarku tanpa salam atau pun permisi.

Aku membaca tulisan yang ada di belakang bajunya. Di sana tertera tulisan 'Ac Service' . Aku heran kenapa petugas Ac itu bersikap sangat tidak sopan.

Aku bingung harus melakukan apa. Lelaki itu mendekatiku dan tiba-tiba mencekal pergelangan tanganku.

"Maaf ... Anda mau apa!" bentakku menepis tangannya dari tanganku.

"Saya mau service Ac," sahutnya sambil menatapku.

Aku menundukan pandanganku dan bergegas menuju pintu untuk pergi, namun kamarku terkunci dan nampaknya lelaki itu yang mengunci kamarku.

Dia kembali menghampiriku yang tengah bersandar di pintu. Lelaki itu melepas bajunya di hadapanku dan sontak aku langsung menundukkan pandanganku. Aku sangat takut.

Lelaki itu mendekat padaku dan membuka topi juga maskernya. Dia mendongakkan daguku dan reflect tangan kananku nyaris menampar wajahnya, jika tangan kiri lelaki itu tak menghalaunya.

Aku melihat ke arahnya dan ternyata lelaki itu adalah dia. Revan Bakhri. Aku benar-benar shock melihatnya bisa berada di kamarku.

"Syifa ..." katanya menatap intens diriku.

"Revan kamu mau apa datang ke sini?" tanyaku dengan nada bergetar.

"Aku mau kamu Syifa," ungkapnya.

Revan semakin mendekat denganku dan hendak membuka niqabku, namun terdengar derap langkah kaki seseorang yang sedang menuju kamarku. Bergegas Revan pergi dengan cara melompat dari jendela.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang